Chapter 5: Dunia Cermin dan Divia

19 4 0
                                    

Tanpa ingin berlama-lama di ruangan itu, Karin mengajak Aline untuk segera memasuki cermin yang seukuran dengan tinggi mereka berdua. Aline pun mencoba untuk melangkahkan kakinya ke arah cermin yang berada di depannya. Ia pun menyentuh cermin tersebut, dan tiba-tiba keanehan terjadi. Kalian tau itu apa? Ya, tangan Aline berhasil menembus cermin tersebut. Sontak saja, ia pun kaget karena melihat suatu kejadian aneh yang terjadi tepat di depan matanya.

"Kau kenapa? apa kau terkejut?" Tanya Karin yang berdiri di belakangnya.

"Ah, iya hehehe. Maklum aku baru pertama kali melihat yang seperti ini."

"Baiklah kalau begitu, sekarang cobalah kau langsung memasuki cermin itu, setelah itu akan kususul."

"Baiklah." Jawab Aline singkat.

Beberapa detik setelahnya, Aline langsung memasuki cermin yang berada tepat di depannya itu. Sesaat setelah Aline masuk, Karin langsung menyusulnya, berjalan tepat di belakangnya. Sungguh-sungguh sangat mengejutkan sekali, portal menuju dunia cermin itu sungguh sangat menakjubkan. Aline merasa dirinya seperti berjalan di luar angkasa, ia melihat banyak sekali bintang bertaburan. Lalu, isi dari portal cermin ini hampir mirip dengan portal jalan menuju ke Neverland, sebuah dunia khayal yang ada di cerita 'Peter Pan'. Di dalam portal ini, dirimu seolah tertarik masuk ke dalam sebuah pusaran blackhole yang mencekam. Karena saking kuatnya gaya gravitasi dari pusaran blackhole itu kau serasa tidak bisa mengendalikan tubuhmu. Seolah tubuhmu hanyalah seonggok besi raksasa yang tertarik oleh medan magnet yang sangat kuat.

Beberapa menit telah berlalu, tanpa terasa Aline sudah menginjakkan kakinya di atas rumput hijau yang segar. Setelah itu, disusul dengan Karin yang sudah berdiri tegak di belakangnya. Kemudian Aline memutar kesana kemari pandangannya. Dapat tertangkap oleh sudut matanya, banyak bunga-bunga tengah bermekaran disana-sini. Kemudian pandangan Aline berhenti pada suatu bentuk bunga yang sangat aneh, bahkan ia belum pernah melihat bunga itu seumur hidupnya. Ia pun angkat bicara.

"Karin, kau bisa beritahu padaku bunga apa itu?" Tanya Aline.

"Ah... kau belum pernah melihat bunga yang seperti itu ya?" Jawab Karin.

"Ya, tampaknya di duniaku tidak ada bunga seperti itu." Balasnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Oh benar, disana kan tak ada bunga seperti itu, itu namanya Bunga Sionpo. Cantik bukan?"

"Ya, sangat indah sekali, hmm Sionpo ya? Nama yang sangat asing di telingaku." Balas Aline sembari berjalan ke arah bunga yang berwarna kuning cerah dan bisa dibilang lumayan besar untuk bunga seukurannya. Ia pun menyetuhkan jari telunjuknya pada bunga tersebut. Namun sebelum ia melakukannya, Karin menepuk tangan kanannya dengan keras.

"Dasar bodoh jangan sentuh bunga itu!" Cetus Karin.

"Hah??? kenapa? bukankah bunga ini tidak berbahaya? lagian juga bunga ini sangat harum."

"Kau ini, penampilan kan bisa saja menipu, aku beritahu ya, bunga ini sangat berbahaya dan bunga ini bisa melukaimu bahkan bisa membunuhmu, kau tahu itu." Jelas Karin panjang lebar.

"Oh begitu ya? terimakasih kau sudah memberitahuku."

"Sama-sama, sekarang kita harus segera ke tempat Kakek Karim." Katanya sembari menggandeng tangan Karin dan berjalan cepat menuju tempat tujuan.

"Hey..., siapa Kakek Karim dan untuk apa kita kesana?" Tanyanya.

"Nanti kau akan tahu sendiri, yang penting kita harus kesana dan memberitahukan kedatanganmu. Astaga waktunya tak cukup jika kita berjalan, tunggu sebentar."

Mirror: The Signal of Two DragonsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang