Happy reading y'all 🌹
Angin yang cukup kencang membuat rambutku berantakkan. Tubuh ringkihku seperti akan jatuh saat angin itu menerpa tubuhku. Aku melihat ke bawah, jalanan dan rumah-rumah tampak begitu kecil. Semuanya terlihat seperti mainan.
Pipiku sudah basah akibat air mata yang tidak berhenti mengalir, rambutku juga sudah tidak keruan. Baju dan celana yang kupakai pun terlihat lusuh.
Hari ini adalah hari di mana aku akan mengakhiri hidupku. Sekarang, aku tidak perlu lagi merasa sakit hati karena perlakuan cowok-cowok yang memutuskanku seenak jidatnya. Dari dulu, aku sudah cukup sabar menahan semua ini. Aku berusaha berpikir positif dan menganggap bahwa semua cowok itu berbeda. Mungkin dengan putusnya aku dengan dia, aku bisa mencari cowok lain yang lebih baik. Tapi, pada kenyataannya tidaklah seperti itu.
Aku tahu wajahku tidak secantik artis, badanku tidak seideal model. Namun, itu bukan berarti aku jelek. Buktinya semua orang yang berada di kampus menganggapku orang yang lumayan menyenangkan dan baik. Berbekal rasa ingin menolong yang begitu tinggi, baik terhadap semua orang, perhatian yang begitu besar, seharusnya itu sudah cukup untuk membuktikan bahwa aku adalah orang yang tepat dan bisa dipacari. Kecantikan tidak harus dilihat dari penampilan, bukankah inner beauty lebih penting?
"Maaf, ya, aku rasa kita udah nggak cocok."
"Sekarang kamu udah beda, jadi lebih baik kita berhenti sampai di sini aja."
"Kita putus."
"Mungkin, putus adalah yang terbaik buat kita berdua."
"Kamu bukan lagi orang yang aku kenal dulu. Mendingan kita putus aja, ya."
"Daripada kita berantem terus, mending kita putus. Jangan cari aku lagi."
"Sori, sebenarnya selama ini aku udah tunangan."
Kembali teringat dengan kalimat-kalimat perpisahan yang diucapkan oleh mantan-mantanku itu membuat dadaku semakin terasa sesak. Bagaimana aku bisa menerima semua ini dengan ikhlas? Memangnya mereka kira aku boneka yang bisa dimainkan saat mereka mau dan dibuang begitu saja saat mereka bosan?
Bukannya aku tidak berpikir dua kali untuk bunuh diri dari gedung tinggi seperti ini. Tapi setelah dipikir-pikir, aku sudah terlalu capek. Jadi, kuputuskan untuk mengakhiri semuanya dan membuang semua beban dan rasa sakit yang menggerogotiku.
Sebelum melakukan hal ini, tentunya aku sudah mempersiapkan semuanya. Aku tidak akan melepaskan mantan-mantanku begitu saja. Akan kubuat mereka menyesal karena telah mencampakkanku dan membuatku seperti ini. Aku sudah menulis alasanku melompat dari gedung ini di secarik kertas yang sudah kuletakkan di atas meja belajarku.
Pada hitungan ketiga, aku akan melompat. Walaupun jantungku berdegup dengan cepat, aku berusaha untuk tidak mengindahkannya. Satu... dua... tiga. Kututup kedua mataku saat melompat. Tapi anehnya, aku dapat merasakan embusan angin masih menerpa wajahku dan aku masih bernapas.
Dengan pelan kubuka mataku, sepasang tangan tengah menarik belakang bajuku. Dengan alis bertaut, aku menoleh ke belakang, tetapi aku tidak dapat melihat wajah si pemilik tangan ini karena wajahnya seolah-olah bersembunyi di dalam jubah hitam yang ia kenakan. Namun, dari tangannya aku bisa tahu bahwa usianya tidak lagi muda karena urat-urat yang tampak begitu jelas. Aku tersentak kaget begitu diriku diangkat dengan mudahnya ke atas. Aku uring-uringan, diriku masih berusaha untuk menormalkan detak jantungku yang tidak beraturan. Bagaimana bisa aku tidak kaget? Satu menit yang lalu, aku bergelantungan di atas gedung. Melihat ke bawah saja, rasanya tidak akan berani.
"Halo, Nona."
Oke, untuk saat ini aku memberhentikan gerutuan yang ada di dalam hatiku. Kedua mataku memelotot. Aku benar-benar membeku saat suara serak itu memasuki indra pendengaranku. Suara itu seolah-olah mencekikku, yang membuat bulu kudukku mau tidak mau berdiri dan aku harus menelan ludahku sendiri dengan susah payah. Aku baru sadar bahwa saat ini aku dihadapkan dengan seseorang yang begitu menakutkan, atau bahkan lebih menakutkan daripada melompat dari gedung ini.
A/N: Halo semuanyaaa! Sebelumnya, aku mau kasih tahu kalau cerita ini sebenernya udah pernah aku publish waktu tahun 2016, cuma waktu itu aku hapus karena merasa agak nggak sreg dengan ceritanya. Jadilah sekarang aku putusin buat publish lagi. Well, cerita ini dibumbuhi fantasi, ya. Ceritanya ringan aja, kok. Semoga kalian sukaaa! Happy readinggg! 🤗
Fun fact: Asal mula ide cerita ini diambil dari mimpiku di tahun 2016 😆 Aku masih inget banget waktu itu aku kebangun tengah malem dan langsung gercep ambil pena sama kertas. Karena aku yakin mimpiku ini bisa dijadiin sebuah cerita. Karena aku takut pas paginya aku lupa sama mimpiku ini, jadilah aku buru-buru nulis mimpiku ini di secarik kertas. Sebenernya, awalnya tuh cerita ini mau dijadiin novel, tapi karena idenya cuma sedikit, akhirnya aku putusin buat jadi short story aja, hahaha. Ide dasar cerita ini memang berasal dari mimpiku. Tapi, tentunya aku ada tambahin beberapa scene supaya ceritanya lebih jelas.
Ngobrol-ngobrol yuuu di instagram: christina.lnrdo
Cuplikan cerita-ceritaku bisa dilihat di:
- TikTok: oakenheart_storiesBoleh screenshot bagian dari cerita ini yang kalian suka, terus share ke media sosial kalian, ya! Jangan lupa tag dan mention akuuu 🤩👆🏻
Kalau kalian suka, kalian boleh share cerita ini ke teman-teman kalian, ya! Biar mereka pada baca jugaaa! Hehehe 😆
Thank youuu 🤗
26 Juni 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Spells
Short StoryKehidupanku berubah sejak bertemu dengan nenek tua yang tidak kuketahui asal-usulnya. Dia memberhentikanku dari aksi bunuh diri yang ingin kulakukan. Siapa sangka setelah itu, ia memberiku satu botol berisi mantra. Katanya, siapa pun yang menghirup...