"Deliaaa, lo ke mana aja, sih?" suara bariton itu membuat tubuhku seketika membeku.
Itu suara cowok berambut keriting kemarin, dan dia terkena bubuk mabuk cinta itu. Dari kemarin, aku berusaha menghindarinya dengan segala macam cara, namun sepertinya kali ini aku tertangkap olehnya.
"Lo kenapa, sih, jauhin gue? Gue mau pindah tempat duduk ke sebelah lo. Boleh, kan?" Cowok itu, Mail, memohon padaku dengan menatapku penuh harap.
Aku menggerutu kesal dalam hati. Tidak bisakah aku hidup tenang sehari saja? Aku langsung menggelengkan kepalaku dan saat aku mau beranjak pergi meninggalkannya, dia malah menahan pergelangan tanganku. Masih dengan tampang seperti tadi. Ah, aku benci tatapan itu!
"Jangan pernah deketin gue lagi atau lo bakal kena tampar, oke?" dengan geram aku melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku dan pergi.
Namun, baru saja aku mau keluar kelas, ternyata dosenku sedang dalam perjalanan menuju ke kelasku. Ah, hari ini suasana hatiku sangat kacau. Aku hanya sesekali mengangguk melihat dosen itu mengajar. Rasanya hari ini aku tidak mau belajar akuntansi. Hitung-hitungan membuat kepalaku pusing tujuh putaran. Kalau saja bubuk ini tidak pernah ada, mungkin aku bisa semangat seperti dulu lagi kalau sedang belajar akuntansi.
Tiba-tiba aku merasa ada aura yang aneh. Orang-orang yang berada di sekelilingku berhenti bergerak. Hanya aku sendirilah yang bisa bergerak dengan leluasa.
Ada apa ini? Lalu di tengah-tengah papan tulis muncullah sebuah pintu. Aku bangkit berdiri dengan perasaan heran. Dengan perlahan, aku berjalan menuju papan tulis itu. Aku merasa bahwa diriku masuk ke dunia lain. Aku berada di sebuah kerajaan yang terlihat sangat kuno.
Dahiku semakin mengernyit heran. Aku melihat ke sekeliling, kegelisahan menyelimutiku. Sampai akhirnya suara berisik-berisik dibalik dinding menarik perhatianku. Samar-samar, aku dapat mendengar mereka sedang bertengkar soal pernikahan. Ah, apa hubungannya denganku? Kenapa aku malah masuk ke dalam sini? Ini pasti karena rasa penasaranku yang begitu besar.
"Tapi, dia masih belum bisa menerima pernikahan itu. Tolong pikirkan perasaannya," ucap seorang wanita paruh baya itu dengan suara serak.
"Tidak bisa! Mau sampai kapan dia menolak terus dan main-main dengan semua ini?" sahut seorang lelaki paruh baya disampingnya.
Sebelum aku sempat mendengar dan mendekati ke arah sumber suara itu untuk mengetahui lebih lanjut, aku malah sudah balik ke tempat asalku, tepatnya di kelas. Sebenarnya, apa maksud dari tempat itu? Apa ada kaitannya dengan bubuk cinta ini? Atau aku harus membantu atau melakukan sesuatu dengan pernikahan itu?
5 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Spells
Short StoryKehidupanku berubah sejak bertemu dengan nenek tua yang tidak kuketahui asal-usulnya. Dia memberhentikanku dari aksi bunuh diri yang ingin kulakukan. Siapa sangka setelah itu, ia memberiku satu botol berisi mantra. Katanya, siapa pun yang menghirup...