Magic Spells • 3

769 128 10
                                    

Rumah yang sederhana itu mulai muncul dibalik pepohonan yang rindang. Itu rumahku, tepat di seberang dari tempat aku berdiri saat ini. Memang tidak besar, tapi itu layak disebut sebuah rumah. Di saat aku sedang disibukkan oleh tugas kuliah yang menumpuk, aku selalu bisa melepas beban saat pulang ke rumah.

"Aku pulang," ucapku sambil melepas sepatu yang kupakai dan menaruhnya di rak sepatu.

"Oh, Delia? Sudah pulang?" Aku hanya mengangguk sambil menyunggingkan sebuah senyum saat mama bertanya.

Sambil berjalan menuju meja makan, aku meregangkan otot leherku yang terasa kaku. Selama perjalanan ke sini, aku tidak berhenti memikirkan perkataan nenek itu. Makan sore kali ini berlangsung sangat cepat dan simpel. Mungkin karena hari ini aku merasa lelah, jadi aku pikir waktu berjalan begitu cepat.

Hawa dingin langsung menyambutku begitu aku membuka pintu kamar. Di sana, tepat di ujung ranjangku, Snowy, tengah mengeong pelan. Ya, dia kucingku. Dia kucing Persia yang aku beli satu tahun yang lalu. Bulu-bulu putih yang ada di seluruh tubuhnya, ditambah lagi dengan perutnya yang buncit itu membuat kucingku ini menjadi gemas jika dilihat. Aku langsung menghampirinya dan mengelusnya pelan.

Setelah cukup lama bersama Snowy, aku segera berjalan menuju ranjangku dan duduk di sana. Kemudian dengan perlahan aku mengeluarkan botol berisi bubuk mantra itu dari dalam saku celanaku sambil bertanya-tanya dalam hati. Bagaimana jika diriku sendiri yang menghirup bubuk ini? Apa aku akan jatuh cinta dengan diriku sendiri? Ah, aku mulai berpikir yang aneh-aneh. Menggelengkan kepala, aku berusaha untuk tidak berpikir yang aneh-aneh lagi. Tapi kalau dipikir-pikir, tidak ada salahnya mencoba, kan?

Kubuka tutup botol itu dengan perlahan, lalu mulai menghirup bubuknya. Satu, dua, tiga... bukannya mabuk cinta, aku malah terbatuk-batuk sendiri. Bau aneh macam apa ini? Jangan-jangan nenek itu membohongiku lagi?! Ah, seharusnya tadi aku tidak usah terlibat dalam hal seperti ini. Lagian, mana ada, sih, orang yang tiba-tiba datang lalu memberikan sesuatu dengan gratis? Bukankah semua hal di dunia ini ada bayarannya? Sekarang aku jadi takut sendiri.

Memang, sih, aku tidak perlu mengeluarkan uang untuk botol bubuk mantra ini, tapi bagaimana kalau ternyata isinya racun? Bau bubuk ini seperti bau obat yang aneh. Kalau bubuk ini memang benar racun, apa aku akan mati sebentar lagi? Sekelebat pikiran mulai berdatangan dan bergumul di dalam otakku. Bagaimana mungkin aku bisa dibohongi di siang bolong seperti ini?

Dengan perasaan kesal, aku menaruh botol itu di atas meja yang ada di sebelah ranjangku. Karena saking kesalnya, botol itu jatuh, dan posisinya menjadi tertidur. Pada akhirnya, tutup botol yang tadinya tidak begitu kututup rapat, kini menjadi terbuka. Dan yang lebih parahnya lagi, bubuknya mengenai Snowy! Entah sejak kapan dia berada tepat di bawahku. Aku tercengang, kesialan macam apa lagi ini? Namun, bukannya merasa tidak enak dengan bau bubuk itu, Snowy malah mengeong pelan dan wajahnya seolah-olah berseri-seri. Dia mulai mendekatiku kemudian menatapku lama.

Snowy mabuk cinta!

Aku menepuk jidatku sendiri, bagaimana mungkin hewan juga bisa mabuk cinta seperti ini? Jadi, apa yang dikatakan nenek itu memang benar. Apa bau aneh yang tadi kucium itu hanya dapat dicium oleh diriku sendiri? Apa itu salah satu efek yang dikeluarkan karena diriku tidak bisa mabuk cinta?

Buru-buru aku membuat botol itu berdiri dan menutupnya dengan kencang. Aku menggendong Snowy keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Aku dapat merasakan bahwa seluruh tubuhku sudah merinding. Ah, benar-benar mengerikan.

"Pa, Ma, mulai hari ini Snowy tidur di luar, ya," ucapku spontan.

Wajah kedua orangtuaku langsung bingung. Kecuali adikku, bocah laki-laki itu sama sekali tidak mendengarkanku berbicara karena terlalu fokus dan asik dengan mainan barunya.

"Loh, kenapa? Bukannya kamu paling nggak bisa lihat Snowy tidur di luar? Kamu bilang takut dia kedinginan," sahut Papa dengan nada heran. Kemudian papa dan mama saling tatap, setelah itu mereka beralih menatapku dengan tatapan aneh.

"Dia udah mab—" Untuk sesaat, aku berhenti berbicara. Soal bubuk itu, mungkin seharusnya aku tidak usah memberitahu mereka. Aku tidak ingin mereka khawatir dan terlibat dengan hal tidak jelas seperti ini. Jadi, kuputuskan untuk mencari alasan lain.

"Aku banyak tugas dan nggak mau diganggu Snowy. Jadi, mulai sekarang dia tidur di luar," jawabku sekenanya.

Dengan perasaan tidak enak, aku naik ke lantai atas, meninggalkan orangtuaku yang masih kebingungan.

30 Juni 2017

Magic SpellsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang