Cahaya sore yang masuk lewat tirai yang berada di kamarku membuat mataku agak menyipit. Selagi menunggu kuliah sore, aku memutuskan untuk tidur dulu. Aku merentangkan kedua tanganku sambil menguap lebar. Saat meraba-raba ke sekitar ranjang, aku baru ingat kalau kemarin malam Snowy tidak ada di sampingku. Kenapa dia harus terkena bubuk itu? Aku merutuki diriku sendiri yang tidak berhati-hati.
Setelah berpakaian kasual, aku berkaca sebentar, lalu merapikan rambutku sekilas, kemudian langsung bersiap-siap untuk pergi kuliah. Rasanya hari ini bahuku berat sekali. Sebelum aku benar-benar keluar dari kamar, aku kembali melirik botol itu. Apa aku bawa saja, ya? Kalau aku taruh di kamar, nanti yang ada malah saat mama masuk, mama salah paham dan mengira itu bumbu untuk dimasak atau semacamnya. Bagaimana kalau semua orang yang berada di sini mabuk cinta denganku? Ah, sudah kubilang bahwa pikiranku benar-benar ngaco sejak kemarin. Sejak aku menerima botol itu tanpa berpikir lebih panjang.
Tenang Snowy, aku akan segera membebaskanmu dari kutukan mabuk cinta itu. Entah sejak kapan aku menamai bubuk itu kutukan mabuk cinta. Mungkin, pencarian cinta sejatiku akan kumulai hari ini. Tinggal empat belas hari lagi dan aku harus segera menemukan cowok yang akan menjadi cinta sejatiku. Ini demi Snowy. Aku merasa agak kosong karena kucing itu tidak berada di sampingku. Tapi, kalau aku membawa dia kembali masuk ke kamarku, bisa-bisa itu menjadi keputusan tergilaku.
Karena tempat di mana aku kuliah itu dekat dengan rumahku, jadi aku hanya berjalan kaki menuju ke sana. Mataku masih terkantuk-kantuk. Sejujurnya, hari ini aku agak malas untuk pergi kuliah. Aku berbelok ke sebuah gang kecil, langkah kakiku diseret-seret. Sampai akhirnya seseorang yang melompat keluar dari balik dinding itu membuat mataku membulat kaget dan tubuhku hampir terjengkang ke belakang.
Seorang laki-laki berwajah garang itu tengah menodongkan pisau ke depanku. Seluruh tubuhku gemetar. Kenapa aku harus sesial ini sampai bertemu dengan penodong di sore hari?
"Cepat! Serahkan semua barang berharga yang anda miliki!" perintahnya.
Barang berharga apa yang kumiliki? Aku sendiri saja baru sadar kalau diriku lupa untuk membawa ponsel karena sangking terburu-burunya dan takut terlambat masuk kuliah. Seolah ada lampu di atas kepalaku, aku langsung mengambil parfum yang berada di tasku dengan niat untuk menyemprot kedua matanya. Dengan perlahan aku membuka tasku, pura-pura ingin mengambil barang berharga.
"AAGGHHH." Aku menutup kedua mataku sambil menyemprot parfum itu ke mata si penodong. Tapi tunggu, kenapa aku tidak merasa menyemprotnya dan malah membuka tutup?
Aku membuka mataku dan melihat ke arah tanganku. Ah, ternyata aku salah mengambil barang. Bukannya mengambil parfum, aku malah mengambil botol mantra itu. Si penodong menjatuhkan pisau itu dari tangannya lalu mulai mendekatiku dengan kedua tangan yang direntangkan. Yang benar saja, dia ingin memelukku!
Aku menjerit histeris, cobaan macam apa lagi ini? Sambil berlari terbirit-birit, aku berteriak. "Tolong akuuuuu."
1 Juli 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Spells
Short StoryKehidupanku berubah sejak bertemu dengan nenek tua yang tidak kuketahui asal-usulnya. Dia memberhentikanku dari aksi bunuh diri yang ingin kulakukan. Siapa sangka setelah itu, ia memberiku satu botol berisi mantra. Katanya, siapa pun yang menghirup...