2. Mencoba Peruntungan

13.6K 1.4K 24
                                    

Daya berdiri ragu di depan rumah besar dalam sebuah kompleks Perumahan elite. Menatap layar ponselnya sekali lagi guna memastikan bahwa dia tidak salah alamat kali ini, setelah beberapa kali dia mendatangi rumah yang salah.

Dipencetnya bel rumah besar itu dan menunggu seseorang membukakan pintu.

Seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek yang semuanya hampir memutih membukakan pintu untuk Daya.

"Ya? Cari siapa, Dek?" Sapa ibu itu ramah, di belakangnya seorang anak kecil dengan rambut coklat dan mata bulat yang lucu menatap Daya dengan polos.

Di tangannya, ia memegang sebuah robot yang Daya tebak adalah Baymax.

"Siapa Yang Ti?" Tanyanya polos pada ibu paruh baya yang tengah menunggu jawaban Daya.

"Ehm, maaf Bu. Benar ini rumah pak Ezra? Saya Daya, temannya Siska."

"Oalah, masuk sini. Siska sudah telepon Ibu tadi." Ibu itu mengulurkan tangan, "Elisa." Ibu dengan wajah ramah ini memperkenalkan diri. "Ini Troy cucu saya. Masuk dulu, Nak." Daya berjalan canggung mengikuti bu Elisa ke dalam rumah.

Bu Elisa–sang tuan rumah—mempersilahkan Daya untuk duduk dan berlalu ke bagian dalam rumah, memanggil seseorang untuk membawakan mereka minum. Sementara anak kecil yang diperkenalkan sebagai Troy, duduk di kursi berhadapan dengan Daya.

Matanya penuh rasa ingin tahu, siapakah perempuan yang tengah mencari ayahnya itu?

"Siska sudah cerita pekerjaannya seperti apa?" Bu Elisa duduk di sebelah Troy, tanpa basi-basi langsung bertanya tentang inti kedatangan Daya.

"Belum secara spesifik, Bu, tapi saya rasa seperti baby sitter." Jawab Daya ragu.

Bagaimana tidak ragu, Daya bukanlah seorang dengan latar belakang pekerjaan di bidang seperti ini. Lowongan yang ditawarkan Siska, teman SMA-nya, adalah pilihan terakhir. Karena Daya tidak lagi bisa bekerja dimanapun, di Perusahaan yang menginginkan latar belakang baik dalam melakukan seleksi karyawan.

Seorang asisten rumah tangga membawakan tiga gelas sirup dingin dan meletakkannya di atas meja, menginterupsi pembicaraan mereka.

"Gimana ya, kami tidak bisa menyebut demikian. Tapi memang, fokus pekerjaan ini untuk menemani Troy. Pengasuh sebelumnya menikah dan memilih berhenti karena pulang ke kampung halaman." Bu Elisa mengelus kepala Troy, Daya bisa melihat kasih sayang nenek satu itu kepada cucu tampannya. "Troy anak yang baik, ya kalau bandel pun ya masih dalam kategori wajar. Ehm Nak Daya, pernah menjadi pengasuh sebelumnya?"

Daya menggeleng, ini pertama kali baginya.

"Diminum dulu Daya." Bu Elisa menunjuk ke gelas yang terisi minuman berwarna merah, Daya mengucapkan terima kasih dan menyesap minumannya. "Sebelumnya bekerja sebagai apa"

Daya ragu untuk menjawab, kemudian ia memutuskan lebih baik mengatakan dengan jujur di awal daripada mengecewakan di akhir.

"Sekretaris, Bu."

Bu Elisa mengerjap, matanya menelisik penampilan Daya yang memang tidak bisa dikatakan biasa. Sederhana, tapi cukup menunjukkan dimana Daya bekerja atau pendidikan yang pernah diembannya.

Sebuah pertanyaan menari-nari di benak ibu dengan dua anak itu, tapi urung dilontarkannya kepada gadis yang kini menunduk malu. Biar Ezra saja yang mewawancarainya lebih lanjut, batinnya.

"Kamu bisa menunggu Mas Ezra disini, nanti makan siang dia akan datang untuk makan bersama Troy. Ezra yang akan memutuskan dan memberitahu kamu tentang pekerjaan ini."

"Baik, Bu, saya akan menunggu."

Bu Elisa tersenyum, "saya tinggal sebentar ya, tidak lama lagi jam makan siang. Troy dengan kakak Daya disini ya." Bu Elisa berbicara dengan cucunya, bocah itu mengangguk polos. Daya tak tahan untuk tersenyum padanya.

Sepasang Sayap [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang