Entah ini salah atau benar. Aku berharap semua ini bukan kesalahan. Aku hanya mengikuti skenario Tuhan. Jika ada satu bintang yang dapat mengabulkan doaku, akan kutunjuk dia dan berharap semua ini tak pernah terjadi.
+++
Hening. Itulah yang terjadi di meja makan di sebuah rumah megah milik seorang wanita yang hanya hidup berdua dengan putrinya. Ia memperhatikan sang putri tunggalnya yang sedari tadi diam tak seperti biasanya.
“Tumben Fy diem aja,”
Ify. Putri tunggal dari seorang singleparent yang terbilang cukup kaya. Ia hanya tinggal bersama Mamanya di rumah mewah di Jakarta. Papanya meninggal dunia saat umurnya 10 tahun. Ia ikut menatap mamanya namun dengan tampang malas.
“Mama ada salah sama kamu?” tanya Gina-Mama Ify-.
“Aku tuh tau Ma kalo Mama mau nikah lagi, kenapa mama gak cerita sama aku? Mama gak pernah ngenalin laki-laki itu sama aku, apa restu aku gak penting buat mama?” kata Ify dengan suara keras. Ia langsung meninggalkan meja makan dan menaiki tangga menuju kamarnya untuk mengambil tas sekolah.
Gina menundukkan kepalanya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menggigit bibirnya keras-keras mencoba menahan tangis.
“Maaf Ma,” Gina langsung menegakkan tubuhnya saat putrinya sudah berdiri di sampingnya. Ify menyentuh bahu Mamanya dengan perasaan bersalah.
“Maaf Ma tadi Ify bentak Mama. Ify gak bermaksud.” Kata Ify penuh sesal.
“Iya sayang gakpapa. Mama mengerti. Mama minta maaf karena mama gak pernah cerita tentang ini sama kamu. Mama..” Gina mencoba menahan agar bulir-bulir bening itu tak keluar pada waktu yang tidak tepat. Bahkan suaranya terdengar jelas parau di telinga Ify. Membuat Ify menatap tak tega pada Mamanya. “Mama sebenarnya pengen ngenalin laki-laki itu sama kamu tapi Mama takut kamu gak suka. Mama gak akan melangsungkan pernikahan itu tanpa restu kamu, maafin Mama. Dan kalo kamu memang belum siap untu punya Papa baru Mama gak ak..”
“Ma Stop!!”potong Ify.
“Apapun itu kalo itu membuat Mama bahagia pasti Ify ikut bahagia.” Lanjutnya sembari tersenyum. “Jadi..” Gina menunggu kelanjutan ucapan putrnya. “Ify ngerestuin!”
“Kamu gak becanda kan Fy? Makasih sayang,Mama sayang kamu,” Gina langsung memeluk putrinya dengan senang. Ify membalas pelukan Mamanya dan ikut tersenyum.
“Tapi calon Papa Ify harus keren ya Ma,” Gina terkekeh mendengar gurauan Ify. Ia mengacak rambut Ify dengan sayang.
“Kamu berangkat sekolah sana, nanti telat. Nanti malam kita akan ketemu sama Papa baru kamu,”
“Siap boss!”
+++
Ketiga sahabat Ify yakni Sivia, Agni dan Oik saling pandang karena melihat wajah Ify yang sejak tadi pagi tak bersahabat. Ify mengaduk minumannya tanpa selera. Ia menghela nafas berat. Otaknya sangat penuh dengan ucapan Mamanya perilah Papa barunya.
“Lo kenapa sih Fy?” tanya Sivia.
“Iya, dari tadi pagi muka lo cemberut terus,” sahut Agni.
“Gini. Gue punya masalah berat banget. Ya gak masalah banget sih. Coba lo bayangin! Masa gue mau punya papa baru!”
Oik yang tengah memakan bakso hampir saja menelan bakso itu bulat-bulat. “Lo gak becanda kan?” tanya Oik dengan mulut penuh bakso.
“Apa muka Ify pernah gak serius?” kata Agni menatap Oik.
“Asem lo,” Ify memukul pelan lengan Agni kemudian mereka sama-sama tertawa.
“I’m so serious! Kalo Papa gue nanti cakep sih gakpapa, nah kalo kayak Pak Min si tukang kebun sekolah kita gimana? Kepalanya botak, kumisnya tebel, matanya belo, tubuhnya besar, wajahnya sangar..”
“Kayak gendruwo,” timpal Sivia membuat Oik dan Agni memukul kepala Sivia dengan sendok.
“Ya, kayak gendruwo. Coba kalian bayangin bokap gue kayak genderuwo??!!” kata Ify histeris.
“Wah keren tuh Fy, nanti bisa masuk acara Hitam Putih,” Oik dan Agni kembali menatap tajam Sivia. “Hehe becanda,” Sivia tertawa garing.
“Kenapa gak nolak aja sama Mama lo?” tanya Oik.
“Ayolah girls, mana tega gue lihat nyokap gue sedih. Apalagi tadi pagi nyokap mau nangis gara-gara ucapan gue,”
“Mending liat kedepannya nanti, lagian lo belum lihat kan kayak apa calon bokap lo,” Ify mengangguk mengerti dengan ucapan Agni.
“Yaudah kita balik ke kelas yuk,” kata Sivia mulai beranjak dan diikuti oleh ketiga temannya.
Mereka berjalan menuju kelas mereka dengan tawa dan senandung yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Tanpa mereka sadari, dari arah berlawanan juga ada dua orang yang tengah bersendau gurau tanpa memperhatikan jalan.
“Eh,” kata Oik yang tanpa sengaja terdorong ke samping oleh bahu seorang laki-laki.
“Woyyy!! Kalo jalan pake mata,” teriak Sivia. Ify menutup telinganya rapat-rapat sedangkan Agni memandang Sivia dengan wajah datar.
“Gue gak sengaja,” kata laki-laki itu tanpa merasa bersalah.
“Minta maaf kek,” sahut Agni yang merasa kesal dengan laki-laki tersebut.
“Engg maaf ya, kita gak lihat kalian,” kata perempuan yang berada di sebelah laki-laki itu.
“Emang lo kira kita makhluk astral?”
“Udahlah Siv gak usah di ladenin,” kata Ify setengah berbisik.
“Kalian juga jalan gak lihat-lihat. Harusnya kalian tuh sebagai adek kelas menghormati senior kalian,” kata laki-laki itu- lagi-
“Emang cewek ini kakak kelas kita? Males banget ngehormati dia!” Oik menatap tajam perempuan yang berada di sebelah laki-laki tersebut. Perempuan itu hanya menundukkan kepalanya dan memegang kerah baju laki-laki itu kuat-kuat.
“Kita gak usah ngeladenin mereka, ayo pergi.” Laki-laki itu menggandeng tangan perempuan yang berada di sebelahnya dan meninggalkan Ify, Sivia, Oik dan Agni begitu saja.
“Wah wah wah, songong tuh kakak kelas,” kata Agni.
“Tapi dia cool,” Sivia memicingkan matanya mendengar penuturan Oik.
“Jangan bilang lo naksir dia?” Ify ikut memicingkan matanya pada Oik. Oik mengangkat bahunya acuh kemudian berjalan mendahului ketiga sahabatnya.
“Gue sih ogak sama laki-laki begituan,” kata Ify kemudian berjalan menuju kelasnya dan disusul Sivia dan Agni.
***
Bersambung
Tinggalkan jejak ya! Thanks :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love U
FanfictionTakdir itu nyata. Itu bukan mitos dan bukan juga legenda. Aku percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Aku percaya itu, karena aku telah melalui hal yang biasa orang-orang sebut dengan 'Takdir'.