Ify duduk tak tenang di meja makan. Berbanding terbalik dengan Mamanya yang justru terus menyunggingkan senyum. Ify melirik jamnya hampir setiap menit bahkan detik.
“Udah gak sabar pengen ketemu Papa baru ya Fy?”
“Ehem calon,” Ify tak begitu menggubris ucapan Mamanya. Dalam benaknya ia terus membayangkan bagaimana karakter calon Papanya, apakah ia baik atau malah sebaliknya. Bagaimana kalo dia memang seperti tukang kebun di sekolahnya?
“Itu dia datang,” suara Mamanya membuyarkan lamunan Ify.
Ify memperhatikan pintu rumahnya lekat-lekat. Seseorang yang begitu asing muncul di balik pintu tersebut dan langsung melempar senyum pada Ify.
“Hai Ify,” sapa ramah laki-laki tersebut alias calon Papanya.
“Hai om,” balas Ify seramah mungkin. ‘Lumayan,’ batin Ify.
“Ayo silahkan duduk Mas,” kata Mama Ify.
Ify masih terlihat canggung berada dalam satu ruangan dengan laki-laki yang akan menjadi calon Papanya ini. Ify meminum segelas air putih yang berada di depannya untuk mengurangi rasa gugup.
“Oh sebentar, anakku masih diluar. Nak sini masuk!” Masih dengan meminum air putihnya, Ify menatap sosok pemuda yang kurang lebih berbeda satu tahun dengannya. Ia memperhatikan pemuda itu dari ujung sepatu hingga pucuk kepala.
“Uhuk uhuk!”
“Fy pelan-pelan minumnya,” kata Mama Ify menasehati.
“Mama gak bilang calon papa aku punya anak?” teriak Ify. Ia terkejut bukan main. Pemuda yang saat ini ada di depannya adalah kakak kelasnya sendiri dan seseorang yang sudah menabrak sahabatnya tadi pagi.
“Berisik,” gumam pemuda tersebut dan membuat Ify menatapnya tak suka.
“Sini Yo duduk. Ini anak Om Zeth Fy, dia juga satu sekolah sama kamu tapi senior kamu. Namanya Rio.”
“Ya! Cowok songong yang pernah gue temuin,”
“Fy yang sopan dong bicaranya,” kata Mama Ify.
“Tapi Ma..”
“Eh, lo tuh diem aja kenapa sih? Jadi ini Pa calon adik yang Papa bilangin? Yang katanya lemah lembut dan sopan? Papa aja baru ketemu dia sekarang. Nyesel gue ikut kesini,” potong pemuda itu yang bernama Rio.
“Eh ini rumah gue jadi suka-suka gue! Pergi lo dari sini,”
“Yo, kita di rumah orang yang sopan,”
“Kamu juga Fy, sama tamunya yang baik dong,”
“Tapi Ma-Pa,” Rio dan Ify saling pandang karena mereka mengucapkan kalimat bersamaan.
“Kayaknya kalian udah cocok jadi kakak adek, ngomongnya aja bareng,” Papa Rio sedikit terkekeh.
“Gak!” kata Rio dan Ify bersamaan.
“Lo ngikut-ngikut gue aja sih,” kata Ify tak terima.
“Haha, gue gak peduli,” sahut Rio datar.
“Oke oke stop! Kalo kalian baru ketemu aja berantem gimana nanti kalo kalian Cuma tinggal berdua di rumah,”
“APA???” kompak Ify dan Rio saat Mama Ify mengucapkan kalimat tersebut.
“Gin kenapa dibilangin,” desis Papa Rio dan membuat Mama Ify langsung menutup mulutnya.
“Maaf Mas kelepasan,”
“Mama bilang apa tadi? Tinggal berdua? Dirumah? Cuma kita?” tanya Ify bertubi-tubi.
“Kalo papa mau dapet restu aku, aku gak mau tinggal berdua sama cewek cungkring kayak dia! Aku Nerima dia buat jadi adek aku aja seharusnya papa udah bersyukur,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love U
FanfictionTakdir itu nyata. Itu bukan mitos dan bukan juga legenda. Aku percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Aku percaya itu, karena aku telah melalui hal yang biasa orang-orang sebut dengan 'Takdir'.