Yours

634 38 0
                                    

Sesampainya di rumah Ify langsung beristirahat di kamarnya. Ia melirik ke arah jam dinding yang sudah pukul 3 sore. Kamar Rio sekarang berada tepat di sebelah kamarnya.

“Ancur deh hidup gue,” gumam Ify.

“Kenapa kakak tiri gue harus Rio? Kenapa Rio yang harus Oik taksir?” Ify menghela nafas berat.

Akhirnya Ify tertidur di ranjangnya tanpa melepas sepatunya dan berganti pakaian.

Rio mematikan mesinnya setelah sampai di garasi rumah Ify. Ia sampai di rumah Ify sekitar pukul 5 sore karena ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan di sekolah. Rio berjalan santai menuju kamarnya yang berada di debelah kamar Ify.

“Ify lagi ngapain ya,” Rio hendak membuka pintu kamar Ify namun ia urungkan. “Biar istirahat aja deh,” ia melanjutkan langkahnya menuju kamar barunya.

Merasa lapar Rio memasuki dapur dan melihat makanan apa yang ada di kulkas.

“Gue kan gak bisa masak. Lagian piring belum ada yang kotor, Ify belum makan kalik ya. Udah cungkring, jarang makan. Ckckck miris,”

Rio menaiki tangga hendak membangunkan Ify. Pelan-pelan ia membuka pintu.

“Astaga, dari tadi belum ganti baju. Ini yang namanya adek gue? Fy bangun!” Rio menggoyang-goyangkan tubuh Ify. Ify bergumam tak jelas dan menggeliat kecil.

“Ayo masakin gue sesuatu. Ganti baju sana, ayo kita makan.” Rio semakin kesal dengan Ify yang masih betah memejamkan matanya.

“Yo gue ngantuk!”

“Nanti kalo lo sakit gue yang disalahin.”

“Hmm,” gumam Ify tak jelas.

Saat Rio hendak membangunkan Ify lagi justru ia malah tertarik oleh Ify hingga tubuhnya jatuh di sampingnya. Ify membuka matanya dengan berat dan sedikit terkejut saat mendapati wajah Rio tepat di depan matanya. Mereka terdiam sesaat dengan mata yang saling mengunci.

“Coba lo gak adek gue Fy,”

“Lo bilang apa tadi?”

“Ah gak lupain,” Rio langsung bangkit dan duduk di tepi ranjang. “Ayo bangun! Sepatu belum di lepas, seragam belum ganti,”

“Lemes Yooo,”

“Dasar kebo lo. Ayo bangun, gue laper nih.” Rio menarik tangan Ify agar Ify segera bangun. Namun justru tangan panas Ify yang ia rasakan.

“Lo sakit?” tanya Rio cemas. Ify tak menjawab. Ia kembali memejamkan matanya dan berusaha untuk tidur kembali.

“Kenapa gak bilang sih. Makanya cepet-cepet makan, kenapa bisa sakit? Lo salah makan atau gimana? Kecapean? “

“Biasanya orang sakit di beri obat, bukannya diberi ceramah,”

“Sakit aja masih ngeselin ,” Rio melepas sepatu Ify dengan pelan-pelan. Ia juga melepas rompi yang Ify kenakan. Ify hanya pasrah saja dengan apa yang Rio lakukan karena tubuhnya memang sudah tak bertenaga. Kemudian Rio menyelimuti Ify dengan selimut tebal. Ia mengelus kepala Ify dengan lembut.

“Cepet sembuh ya. Gue beli makanan dulu buat kita, sekalian beli obat buat lo,” Ify menarik tangan Rio sebelum Rio meninggalkannya.

“Cepet pulang ya,” kata Ify dengan mata terpejam.

“Iya,” jawab Rio halus. Sudut bibir Ify langsung tertarik saat suara motor mulai menjauhi rumahnya.

+++

“Iya tante, ini Ify lagi tidur di kamar.” Kata Rio pada seseorang melalui telepon yang tak lain adalah Mama Ify.

“Oh jadi Ify gak boleh kecapean. Iya sih tante tadi Rio sama Ify sempet main basket lama,” kata Rio lagi.

Because I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang