“Ify!!” Suara Rio memenuhi rumah Ify. Rio berlari menaiki tangga kemudian berhenti ketika sampai di ambang pintu kamar Ify.
“Fy..” panggil Rio pelan. Karena tak kunjung mendengar jawaban ia langsung membuka pintu tanpa menunggu persetujuan pemiliknya.Setelah berada di dalam kamar Ify, Rio tak menemukan sosok Ify dimanapun. Dibukanya pintu kamar mandi namun Ify tak juga ia temukan.
“Ify lo dimana?!” Teriak Rio frustasi.
“DORRR!!”
Rio terlonjak kaget saat seseorang menepuk punggungnya keras. Ia memperhatikan penampilan orang tersebut yang tak lain adalah Ify.
“Ify,” Rio langsung memeluk tubuh Ify begitu erat seolah tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. “Maafin gue. Maaf ya, maaf karena gue gak bisa jadi kakak yang baik buat lo,” Rio mengecup rambut Ify penuh kasih sayang.
“Lo kenapa sih,” Ify melepas tangan Rio yang memeluknya.
“Maafin gue,” Ify langsung mendorong tubuh Rio yang akan memeluknya lagi.
“Iya tapi gak usah peluk-peluk! Cari kesempatan. Dasar bego,” kata Ify kesal. “Trus kenapa lo nyengir gitu?”
“Berarti lo udah maafin gue,”
“Kata siapa? Gue bakalan ngadu ke Om Zeth dan bilang kalo lo gak ngejaga gue dengan bener,” ancam Ify.
“Terserah, yang penting gue bisa denger lo ngatain gue bego lagi,”
“Lo kan emang bego. Trus kenapa lo balik ke rumah lagi? Gak sekolah?”
“Lo sendiri gak sekolah kenapa?” tanya balik Rio.
“Apa peduli lo,” Ify mulai duduk di tepi ranjang. Rio mengikuti apa yang Ify lakukan. Rio menggenggam lembut jemari Ify. Mencoba menatap mata indah Ify dan meyakinkannya.
“Maafin gue,” kata Rio tulus. “Maaf udah jahat sama lo, lo boleh pukul gue, lo boleh nampar gue asal itu bisa ngebales sikap buruk gue sama lo,”
“Nampar? Gak jaman. Nanti pipi lo tambah kempot,”
“Yaudah cubit gue,”
“Mana kerasa! Orang kulit sama tulang aja nyatu,”
“Gak sadar diri lo,” Rio mengacak rambut Ify gemas. Kebiasaannya mengacak rambut Ify benar-benar membuat nya senang.
“Gue bakalan maafin lo. Tapi lo harus gendong gue keliling kompleks!”
“Haha, gampang itu sih. Ayo sini naik ke punggung gue,” Rio langsung berjongkok di depan Ify. Ify menyeringai senang.
“Beneran kan Kak Rio?”
“Iya adekku sayang,”
“Asyikkk!” Ify tertawa girang kemudian menaiki punggung Rio. Awalnya Rio tak begitu dapat menjaga keseimbangannya namun lama-kelamaan ia mulai terbiasa.
“Berat juga ya lo,” keluh Rio. Kini ia sudah mengelilingi kompleknya satu putaran.
“Gue gak peduli. Ayo jalan! Yihaaaa,”
“Heh lo kira gue keledai?” kata Rio kesal.
“Mirip kok. Sama-sama item, sama-sama bego,” kata Ify tertawa geli. Rio tersenyum jahil kemudian melangkahkan kakinya dengan cepat.
“Rioooo pelan-pelannnn,” teriak Ify namun masih dengan tawa. “Hahaha,” Rio tersenyum senang melihat Ify tertawa lepas. Ia terus menggendong Ify hingga langit berwana merah. Seharian ini ia membawa Ify keliling kompleks. Melewati rumah warga dan menyapa mereka. Hanya beberapa kali Rio beristirahat. Ify yang selalu setia menawarkan minum untuk Rio dan mengelap keringat yang mengalir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love U
FanfictionTakdir itu nyata. Itu bukan mitos dan bukan juga legenda. Aku percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Aku percaya itu, karena aku telah melalui hal yang biasa orang-orang sebut dengan 'Takdir'.