Ify memarkirkan mobilnya di tempat parkir sekolah karena memang sekolah Ify mengijinkan muridnya untuk membawa mobil. Ify berjalan santai menuju kelasnya. Saat melewati toilet perempuan, seseorang membekap mulutnya dan menariknya masuk ke dalam toilet. Ify membulatkan matanya saat mengetahui siapa orang yang melakukan ini kepadanya.
“Ssstt,”
Ify langsung menyingkirkan tangan seseorang yang membekapnya dan menatapnya kesal.
“Lo apa-apaan sih,” seru Ify.
“Gue Cuma mau bilang sa..”
“Iya tapi kenapa harus di toilet? Kenapa gak di gudang sekalian hah?” kata Ify masih kesal.
“Lo bisa diem gak sih!” Ify langsung terdiam mendengar suara orang tersebut.
“Oke! Gue Cuma pengen kasih tau ke elo, gue gak pengen ada orang lain yang tahu tentang hubungan bokap gue sama nyokap lo. Anggep gak ada apapun yang terjadi selama kita di sekolah, apalagi ada yang tahu kalo kita bakalan tinggal serumah.” kata orang tersebut yang tak lain adalah Rio. Ify menepis kasar tangan Rio yang memegang bahunya.
“Siapa juga yang mau nganggep lo jadi bagian keluarga gue. Udah? Ada yang mau lo omongin lagi.. emm siapa nama lo? Roi? Ray?”
“Rio!” jawab Rio ketus.
“Yah Rio. Gue mau keluar,” saat Ify hendak keluar dari ruangan kecil itu, seseorang sudah membuka pintu terlebih dahulu dan membuat Ify maupun Rio gelalapan.
“Ify?” kata orang tersebut yang tak lain adalah Oik.
“Kenapa lo sama kakak kelas ini ada di dalem toilet? Berdua?” kata Oik tak percaya.
“Sorry salah toilet,” Rio langsung meninggalkan toilet tersebut tanpa memperdulikan Oik yang sudah memandangnya aneh. Ify mengangkat bahunya kemudian ikut meninggalkan Oik sendiri. Oik mengernyitkan dahinya penasaran.
+++
“Log36 di tambah log12 sama dengan..”
Ify menatap malas guru matematika yang mengajarnya. Berkali-kali ia menghembuskan nafas dengan kasar. ‘Emang lo kira ngitung utang temen gue pake log,” Ify memicingkan matanya pada guru yang tengah menulis rumus di depan. Ia kembali memikirkan pesan Mamanya untuk pulang lebih cepat. Rio. Kakak kelas itu sekarang benar-benar menjadi bencana bagi hidupnya. Apa yang akan ia lakukan bersama Rio selama tinggal berdua nanti? Berbagai pertanyaan muncul begitu saja dan menghantui pikiran Ify. Nama ‘Rio’ lah yang selalu melekat dalam pertanyaannya.
Guru yang melihat Ify tengah melamun menunjuknya untuk mengerjakan soal di depan kelas. Namun Ify tetap tak menyahut perintah guru tersebut hingga Sivia yang berada di sebelahnya menamparnya.
“Aw Rio sakit tauk!!”
“Apa Fy?” Alis Sivia menyatu mendengar ucapan Ify. Ify yang sadar dengan apa yang ia katakan barusan langsung menutup mulutnya. Bisa-bisanya ia menyebut nama Rio. Oik yang duduk di belakang Ify menatap Ify heran sementara teman-temannya yang lain sudah tertawa menertawakan kebodohan Ify.
“Ify kamu keluar dari kelas saya sekarang! Saya tidak mau ada murid saya yang kerjaannya melamun seperti kamu,”
Ify keluar dari kelas dengan santainya. Ketiga sahabatnya tertawa geli melihat kelakuan Ify.
“Emang lo kira gue mau lo ajar apa,” desis Ify sebelum keluar dari kelasnya.
“Ify!! Saya dengar apa yang kamu bilang tadi! Sekarang keliling lapangan sepuluh kali!”
Ify langsung terdiam mendengar teriakan gurunya. Ia memutar tubuhnya dan membalas tatapan gurunya yang tengah murka.
“Iyeee,” kata Ify kemudian berlari sebelum gurunya tambah murka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love U
FanfictionTakdir itu nyata. Itu bukan mitos dan bukan juga legenda. Aku percaya bahwa tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Aku percaya itu, karena aku telah melalui hal yang biasa orang-orang sebut dengan 'Takdir'.