I Like You Like You Do

628 44 0
                                    

Ify, Sivia dan Agni sudah kembali seperti sedia kala. Mereka sudah tertawa bersama seperti dulu sebelum terjadi kesalah pahaman. Oik belum merubah sikap nya terhadap Ify. Namun Ify akan terus mencoba membujuk Oik agar memaafkannya dan menjelaskan lagi kejadian yang sebenarnya. Oik lebih memilih duduk di kursi perpustakaan dari pada bergabung dengan Ify di kantin. Agni dan Sivia saling pandang kemudian menatap Ify kasihan.

“Udah Fy gak usah difikirin, Oik udah kenal lo sejak SMP. Paling dia gengsi buat maaafin lo,” hibur Agni.

“Nah betul tuh kata Agni.” Seru Sivia.

“Iya sih betul, tapi lo gak usah teriak bisa?”

Ify terkekeh melihat Agni yang kesal dengan Sivia. Kemudian matanya menangkap Rio dan Shilla yang berjalan beriringan menuju kantin. Rio memalingkan wajahnya saat matanya beradu dengan mata Ify.

“Itu kakak lo kan, mangkin lengket aja sama Shilla,”

“Gue lagi berantem sama dia,” kata Ify lesu.

“Loh kenapa?”

‘Gak usah heboh deh Siv,” protes Agni pada Sivia yang justru malah nyengir.

“Masalah Shilla. Gue ngejelek-jelekin Shilla di depan Rio. Tapi dia tuh bener-bener gak tau kejadian sebenarnya. Sekarang dia bersikap dingin sama gue, tepatnya sejak tadi malem.”

“Emang kenapa sama Shilla?” tanya Sivia dengan suara pelan.

“Kalian gak ngerti,” jawab Ify lemas. Ia kembali melihat kehangatan diantara Rio dan Shilla. Membuatnya berfikir untuk mengulang waktu kemarin saat Rio bersikap manis kepadanya. Usilnya Rio, marahnya Rio, semuanya ia sangat rindu dengan kelakuan Rio yang suka membuatnya kesal.

“Gue ke toilet dulu ya, nanti kalo udah bel gue nyusul kalian ke kelas,”

Ify meninggalkan kantin setelah mendapat jawaban dari kedua sahabatnya. Tak butuh waktu lama untuk dirinya sampai di toilet perempuan. Ia mematut dirinya di depan cermin toilet.

“Mungkin seharusnya lo gak bilang kayak gitu ke Rio Fy. Sekarang lihat apa akibatnya? Dia marah sama lo,” kata Ify pada dirinya sendiri. Seseorang berdiri di belakangnya dan membuat Ify membalikkan badan.

“Shilla?”

“Hai Ify,” sapa Shilla. Ify tahu ada udang dibalik batu dengan sikap manis Shilla. “Tadi gue disuapin Rio loh,”

“Haha terus?” Ify memperhatikan Shilla yang tengah tersenyum kepadanya.

“Lo gak cemburu kan? Makanya gak usah ngadu kalo gak mau di jauhin,”

“Apa maksud lo?” Kini Ify sudah mengangkat dagunya dan menatap tajam Shilla.

“Masa lo gak tau maksud gue sih. Denger ya Fy, Rio itu gak secare kayak dulu sama gue sekarang. Lebih tepatnya setelah ada lo di hidup Rio, mana ada sih orang yang di taksir deket-deket sama perempuan lain. Yakan Fy?” Ify semakin kesal dengan Shilla yang mengajaknya berbicara dengan nada yang dibuat-buat.

“Suka sama seseorang wajar, tapi kalo lo maksa Rio untuk suka sama lo, itu namanya lo egois,” Kalimat ini keluar begitu saja dari mulut Ify. Kalimat yang ia kutip dari Rio. Ah Rio, Ia kembali merindukan sosok Rio. Ia berharap Rio ada disini dan mendengarkan semua ucapan Shilla agar dia sadar bahwa Shilla tak sebaik seperti yang ia katakan.

“Gue ini adek tiri Rio, adek Shil adek. Kenapa lo bisa mikir buat saingan sama gue sih?”

“Iya, karena lo adek tiri Rio, karena lo selalu ada di samping Rio, karena lo yang selalu bersama Rio tiap hari, tiap pagi, tiap malem. Dan itu gak mustahil untuk merubah perasaan lo buat suka sama Rio atau sebaliknya, perhatian Rio ke lo itu gak wajar. Kalian sangat cocok, sangat serasi. Dan gue gak suka! Lo bisa bayangin jadi gue? Lihat orang yang lo sayang bersama orang lain, saling menggenggam dan memberi kekuatan, lo orang yang hampir setengah umurnya selalu bersama dia, perhatian yang selalu dia curahkan buat lo tiba-tiba beralih ke orang lain, apa yang akan lo rasakan? Sakit Fy sakit,” Ify tercengang melihat Shilla menangis. Sampai seperti inikah rasa sayang Shilla kepada Rio?

Because I Love UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang