Sosok cantik itu meringkuk di sudut ruangan dengan tubuh bergetar hebat dan deru napas yang tidak beraturan, pakaiannya yang berwarna putih ternoda warna merah pekat berbau amis karat, pandangan matanya kosong namun tertuju pada sesosok tubuh di hadapannya.
Tubuh wanita paruh baya tergeletak kaku di dinginnya lantai, sebuah pisau tertancap tepat di dadanya, benda yang membuatnya menghembuskan napas terakhir dengan ekspresi terkejut yang amat sangat. Matanya terbelak seakan tidak percaya apa yang terjadi padanya saat malaikat kematian mencabut nyawanya dengan cepat.
Tidak jauh dari mayat wanita paruh baya itu, terdapat tubuh lain yang juga berlumuran darah. Mayat seorang pria paruh baya terbaring di atas ranjang dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benang dengan sebuah luka menganga terdapat di lehernya.
Sosok cantik itu berhenti bergetar, dengan perlahan dia berdiri. Matanya menatap nanar tubuh tidak bernyawa di atas ranjang, dengan perlahan dan tenang dia melangkah seperti seekor kucing, menghindari genangan yang berasal dari cairan merah yang mengalir keluar dari luka di dada wanita yang terbujur kaku itu.
Cukup lama dia menatap raga tanpa jiwa itu, hingga sebuah senyum terlihat di sudut bibirnya, senyum mengerikan menyerupai senyum keji seorang pembunuh berdarah dingin.
Tangannya yang menggenggam benda runcing keperakan —yang sebelumnya dia cabut dari tubuh yang tergeletak di lantai— terangkat tinggi, dan langsung menghujam dengan keras ke dada pria tidak bernyawa itu, dia terus menghujam hingga bagian keras yang membungkus organ vital penyaring oksigen itu terlihat mencuat di antara daging yang koyak.
Dia berhenti dengan napas terengah, tapi senyum di wajahnya tidak juga menghilang, malah semakin bertambah mengerikan, seperti orang yang kehilangan kewarasannya. Dia terlihat lebih mengerikan dari para iblis penghuni neraka.
Dengan tenang dia menyeret —satu persatu— kedua mayat tersebut menuju ruang yang berada di ujung paling belakang rumahnya, untuk menyelesaikan tugas terakhirnya.
(***)
Seorang wanita paruh baya sedang sibuk berkutat di dapur, dirinya sibuk memasak untuk makan malam keluarganya. Segera setelah masakannya selesai dia memanggil suami dan juga anaknya untuk menikmati makan malam mereka.
Suasana hening tercipta dan hanya terdengar suara peralatan makan hingga suara sang kepala keluarga berbicara pada anaknya.
"Jae, malam ini iblis itu akan menemuimu. Bersiaplah"
Si anak menghentikan makannya dan menatap ayahnya. "Apa itu harus?"
"Harus, karena kau yang terpilih. Kau tahu bukan betapa aku dan ibumu sangat menginginkan anak perempuan yang cantik, dan saat kau lahir kau benar-benar mengabulkan keinginan kami berdua"
Anak itu hanya terdiam dan memandang sengit ayahnya.
Sang ayah menatap anaknya dengan lembut. "Kau tahu, ibumu berkali-kali keguguran. Dan saat kau lahir, itu adalah sebuah kebahagian untuk kami"
"Tapi aku bukan perempuan, aku laki-laki!" ucap si anak kesal.
"Hentikan! Berhenti mengatakan dirimu laki-laki!" ucap sang ibu tiba-tiba, entah kenapa selera makannya menghilang seketika. "Aku sudah selesai"
Dengan perasaan bercampur jadi satu, dia memilih meninggalkan meja makan. Entah kenapa dia tidak ingin terlibat dengan perseteruan antara ayah dan anak itu, dia terlalu lelah menghadapi masalah itu setiap hari.
"Aku laki- laki, bukan perempuan. Jadi berhentilah memperlakukanku seperti perempuan" ucap si anak dengan menatap tajam ayahnya.
Sang ayah mendekatinya dan berdiri di belakangnya, lalu berbisik pelan di telinganya. "Aku tahu, dan sangat tahu akan hal itu. Jadi tunggulah di kamarmu dan persiapkan dirimu, karena nanti iblis itu akan mencarimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan FF YunJae Oneshot
FanfictionBerisi kumpulan FF oneshot YunJae (TVXQ-JYJ-OT5) all genre. √ Yunjae √ Oneshot √ TVXQ-JYJ √ All genre √ Gaje (yes)