DAY 07

43 7 3
                                    

                             DAY VII
                       WILL STARTED

Pagi hari yang cerah bagi Nicho. Ia datang ke sekolah sepagi mungkin hari ini.  Sembari bersiul, ia berjalan menuju kelasnya yang terletak cukup jauh dari pintu gerbang.

“Nicho!”

Pekikan seseorang membuat langkah Nicho terhenti. Ia tahu siapa yang memanggilnya dari belakang. Pasti cewek rese itu lagi, batin Nicho kesal.

“Ya? what?” Tanya Nicho begitu ia berbalik dan mendapati Nadine berkacak pinggang menatap ke arahnya.

“Kenapa lo kemaren gak jemput gue? Lo tau gue nunggu dua jam tau gak!” Nadine merengut kesal sembari mengerucutkan bibirnya. “Kan lo sendiri yang setuju”

Entah kenapa, di dalam batin Nicho mulai membanding-bandingkan Nadine dengan Natalie dan itu membuat Natalie terlihat seribu kali lebih baik dari Nadine.

“Oh.. kemaren gue sibuk” Jawab Nicho lantas segera meninggalkan Nadine yang membelalak tidak percaya.

“Nichoo lo kenapa sih” Gumam Nadine begitu melihat perubahan sikap Nicho yang tidak biasa. Nicho bahkan tidak menghubunginya kemarin biarpun mereka tidak jadi pergi nonton, harusnya Nicho menghubunginya.

“Apa jangan-jangan ada cewek lain?” Ujar Nadine curiga.

Diam-diam, Seyeon melihat semua itu. Ia melihat bagaimana Nicho meninggalkan gadis yang sudah tak disukainya lagi. Seyeon semakin merasa hatinya perih membayangkan Natalie akan disakiti seperti itu.

“Natalie..” Gumam Seyeon sembari memegangi dadanya sendiri.
Gadis itu perlahan berjalan memasuki kelasnya. Ia pasti akan merasa bersalah pada Natalie pada akhirnya nanti. Ia bersalah karena menutupi hal ini dari Natalie.

                                  __

Di rumah sakit, Yerica dan Reval masih menunggu hasil dari Natalie yang sudah mereka bawa sejak pingsan kemarin sore. Kini, Natalie sudah diberikan obat yang membuatnya tidur tenang sesaat.

“Jadi bagaimana dok hasil dari Natalie?” Tanya Reval dengan nada takut-takut jika dokter mengatakan sesuatu yang tidak ingin mereka dengar.

Dokter Hernan tersenyum getir sembari menyerahkan sebuah map hasil dari scan Natalie yang ia lakukan kemarin sore. Dokter Hernan lantas menggeleng dan tersenyum getir.

“Kankernya.. tumbuh lagi” Ujar Dokter Hernan membuat pasangan itu tertegun lalu detik selanjutnya Yerica terisak kencang.

“Lalu yang lebih buruk, kali ini kankernya meyebar lebih cepat dari yang sebelumnya” Dokter Hernan mengerang frustasi. Ia juga membayangkan jika menjadi orang tua dari Natalie, pasti rasanya menyakitkan.

Reval masih diam dan mencerna apa yang dikatakan Dokter Hernan. “M-menyebar lebih cepat? Lalu sampai berapa lama Natalie bisa bertahan?” Tanya Reval dengan suara bergetar.
Dokter Hernan menghela nafasnya berat. Ia seperti bingung ketika ditanya seperti itu.

“Dok?”

“Kira-kira tiga sampai sepuluh bulan bisa lebih lambat atau lebih cepat”  Ujar Dokter Hernan membuat Reval dan Yerica semakin tidak bisa menahan tangisnya.

“Saya sarankan, waktu itu digunakan untuk menyenangkan puteri anda Pak, Bu, senangkan hati Natalie. Saya yakin masih ada mujizat Tuhan”
Reval masih menenangkan Yerica yang terus menangis di pelukannya. Mereka sama-sama meratap keadaan yang terjadi pada puteri tunggalnya itu.

“Dok, saya mohon lakukan yang terbaik untuk Natalie” Reval berusaha sekuat mungkin menahan tangisnya.

“Saya akan usahakan sebaik mungkin”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

31 DAYS with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang