sette

17 4 0
                                        

Sebelum menjenguk Maudy, Shareeza mampir ke toko buah untuk membeli beberapa buah kesukaan Maudy. Buah anggur yang berwarna ungu. Sama seperti warna kesukaannya. Setelah membayar di kasir, ia segera keluar kota menghampiri Neyza, Gita, dan Farzan, dan Raihan yang sedang menunggunya di luar.

"Shar, gua ikut ya kerumah Maudy." Raihan nyerocos tiba-tiba.

"Ehh.. gua juga ikut deh, Shar!"

"Gua ikut juga kalau gitu"

"Ahh...Kalian mah. Giliran aku udah beli buat Maudy aja, kalian baru pada mau ikut." Shareeza mengeluh tak suka.

"Kan yang penting niatnya. Iya ngga, Gigit?" Neyza menyenggol bahu Gita. Gita, Raihan, dan Farzan hanya cengengesan.

"Yaudah, kita kesana sekarang aja." Pasrah akhirnya Shareeza. "But, nih buah-buahannya kalian yang bawa. Sama bawaim minum aku. Nih," tangannya sambil menyodorkan buah belanjaannya dan sebotol minuman miliknya.

Farzan mengambil buah-buahan dan Gita membawa botol minuman kesayangan Shareeza. Botolnya berwarna oranye. Ahh..bagi Shareeza apapub bendanya selama itu berwarna oranye, benda itu adalaha benda kesayangannya.

Sambil berjalan menuju rumah Maudy yang letaknya agak jauh dari mereka berada, mereka tertawa dan bercanda riya bersama. Toko buah yang dikunjungi Shareeza tidak jauh letaknya dari Taman Safara. Taman yang bagi Shareeza adalah teman kenangan saat awal ia pindah rumah kesini.

"Hmm Shar, kenapa sih lu ngga mau ceritain apa-apa ke kita? Kan kita juga sahabat lu, Shar?" Tanya Neyza tiba-tiba mengalihkan pembicaraan mereka yang semula candaab menjadi obrolan serius.

"Iyaa, Shar, curhatin dong ke kita. Jadi, selama ini sahabat kamu cuma Maudy doang ya, kita ngga dianggap?" Gita ikut bertanya penasaran. Shareeza hanya terdiam. Dirinya tidak tahu hatus menjawab apa. Benar yang mereka bilang, Shareeza hanya mau curhat pada Maudy saja padahal mereka juga adalah sahabat Shareeza.

"Kalau orang ngga mau ya jangan dipaksa. Ribet banget kalian ini."

"Ehan, masa gua ngga boleh nanya tentang sahabat gua sendiri? Gua mah masih punya rasa peduli, ngga kaya lu!" Neyza tak terima dengan Raihan. Ia merasa bahwa sebagai sahabat, tak ada salahnya untuk bertanya mengenai sahabatnya sendiri.

"Kaliaan. Bukan maksud aku ngga nganggep kalian. Aku cuma cerita ke Maudy bukan berarti aku lebih milih dia buat jadi tempat curhat aku daripada kalian. Tapi," Jelas Shareeza panjang lebar tapi tak sepenuhnya mengatakan semua yang ada dibenaknya.

"Tapi apa?" Tanya yang kain kompak. Wajah Shareeza makin muram. Ia menarik napas panjang mengingat semua kejadian yang telah terjadi antara dirinya dan orang tuanya.

"Dia yang memang dari awal tahu tentang aku, keluarga aku, dia tahu semua. Ngga semuanya juga, sih."

Farzan yang awalnya tidak peduli menjadi ikut prihatin ketika melihat wajah sahabatnya kini semakin muram. Ia sangat ingin sekali mencairkan suasana disaat-saat seperti ini. Tapi sayangnya, ia bukan tipe orang yang humoris.

"Eh btw, gua belum tau rumahnya Shareeza yang mana." Farzan mencoba mencairkan suasana tak meng-enak-an ini. Yaa walaupun sebenernya Farzan sudah tau dimana rumahnya. Dia tahu dari sahabat terdekatnya, Rafly.

"Wahh mau ngapain nih Farzan kerumah Shareeza. Terlihat mencurigakan." Raihan seakan-akan memasang wajah layaknya seorang detektif. Neyza bingung melihatnya.

"Ahh bilang aja lu cemburu, Han." Gita asal ceplos. Shareeza hanya tersenyum. Memang, akhir-akhir ini semenjak Rafly tidak bertemu dengannya, Shareeza menjadi lebih dekat dengat Raihan.

"Ngaco lu, Gigit. Gua gigit lama-lama." Tangan Raihan dengan sigap memegang tangan Gita seperti hendak memakannya.

"Wahh Raihan udah berpindah ke lain hati nih, pemirsah." Neyza tertawa meledek. Raihan langsung melepas tangan Gita tak jadi menggigitnya.

Mereka terus bercanda di jalan sampai mereka di depan pagar rumah Maudy.

"Hei kalian, kita panggil bareng-bareng yuk, Maudynya." Farzan kembali mengalihkan pembicaraan.

"Ngga usah dipanggil. Langsung masuk aja!" Shareeza berjalan gontai masuk kerumah Maudy seperti yang biasa dilakukannya. Farzan yang mulutnya sudah menganga lebar, mengatup kembali. Ia mengikuti Shareeza di belakangnya dan diikuti yang lainnya.

"Assalammu'alaikum.. " Salam dari mereka kompak ketika hendak melangkahkan kakinya ke rumah besar nan megah ini. Tapi kalau dilihat-lihat, rumah Shareeza jauh lebih megah daripada Maudy. Interior desain rumah Maudy terkesan modern namun bertemakan flora. Saat memasuki ruang tamu banyak sekali pajangan dan hiasan tumbuhan di atas sebuah meja. Bahka sebelum masuk pun, sudah terlihat betapa asrinya rumah ini. Pagarnya dililit tumbuhan seperti pagar hidup. Taman di depan rumahnya banyak sekali ditumbuhi tanaman bunga yang warnanya indah.

"Ehh.. ada temen-temennya Maudy,ya? Non Maudy nya lagi dikamar. Langsung pada keatas aja!" Pembantu rumah Maudy-Bi Ijah-datang menyambut mereka. Shareeza langsung menuju tangga diikuti yang lainnya.

"Dy.." Shareeza memanggil Maudy dari puncak tangga sebelum melangkahkan kaki menuju kamarnya. Matanya menyapu keseluruh ruangan lantai dua itu. Yang Shareeza tahu, Maudy lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku di perpuskaan rumahnya. Tepatnya di samping kamarnya.

"Apa Shar? Aku di kamar." Suaranya terdengar lemah dan lemas. Shareeza memberhentikan langkahnya tidak jadi ke arah perpustakaan, namun ia harus menuju kamarnya.

Saat Neyza mendorong pintu kamar Maudy, terlihat betapa lucunya kamar Maudy. Penuh dengan karakter hello kitty. Kasurnya, meja belajarnya, bahkan karpetnya pun bergambar hello kitty. Semuanya bergambar hello kitty. Padahal baru saja kemarin Maudy masih menggunakan semua barang-barang yang berwarna ungu. Dan kini, semuanya berganti menjadi hello kitty.

"Dy, cepet banget semua barangnya langsung ganti jadi gambar hello kitty. Baru aja kemaren semuanya masih warna ungu." Tanya Shareeza tapi nada bicaranya seperti tak bertanya.

"Terus barang-barang lu pada dikemanain yang warna ungunya?" Tanya Farzan sambil menaroh buah-buahan di meja dekat kasur.

"Yang ngga aku pake, aku sumbangin ke panti asuhan terus diganti yang baru. Tapi kalau yang masih dipake yaa di cat jadi gambar hello kitty. Kaya meja belajar itu." Tangannya menunjuk ke arah meja belajarnya yang kini sudah berganti menjadi gambar hello kitty.

"Terus ngomong-ngomong, kamu sakit apa?" Tanya Shareeza duduk di sebelah Maudy yang sedang tiduran.

"Anget doang sih. Kayanya karena kecapean kemaren bantuin pindahin barang-barang"

"Atuh lu mah, meuni langsung sehari gitu. Padahal kan bisa kali dicicil." Gita yang dari tadi diam tak berkutik ikut bicara. Maudy hanya tercengir. Shareeza suka dengan senyum Maudy yang seperti itu. Senyumannya membuat ia rindu pada seseorang.
Senyum yang membuatnya bahagia.

Aku rindu Rafly.

Biarkan Langit yang TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang