Lebih baik miskin harta daripada miskin hati. -khansa-
•••
Mugkin kebabyakan orang akan mengatakan pagi ini adalah pagi yang indah. Matahari mengibarkan senyum hangatnya. Pepohonan bersama rumput ilalang menari riang. Burung-burung berkicauan menambah keramaian di pagi hari. Bunga-bunga pun tak kalah hebatnya. Ia ikut meramaikan suasana pagi itu. Menari-nari dan bergoyang-goyang di antara semak-semak belukar yang liar itu. Tidak ada yang melihatnya. Tapi ia terus melakukannya ketika semilir angin membisikkan padanya.
"Maa.. aku pergi main dulu ya. Kamarnya nanti aku beresin." Dengan cepat gadis mungil itu langsung berlari menuju pintu dan langsung pergi meninggalkan rumah. Tujuannya, agar tidak mendengar celotehan dari Alena-mamanya- yang panjangnya melebihi kereta yang pernah dinaiki saat kecil.
Enaknya kemana ya, aku masih belum tau tempat ini. Disini ada tempat yang indah ngga ya?
Karena sedang melamun, tanpa disengaja, Shareeza menyenggol seseorang yang sedang berdiri di pinggir jalan.
"Eh maaf, aku ngga sengaja." Hanya itu yang bisa diucapkannya, kata maaf.
"Oh, ngga pa-pa ko," jawabnya sembari tersenyum ramah. "Kamu siapa? Rasanya aku ngga pernah liat kamu," lanjutnya.
Ohh dia malaikat dari langit bukan, ya? Kecenya kebangetan. Ngga nyesel deh, udah ngga sengaja nyenggol dia. Eh, astaghfirulloh, Shareeza yang manis ini ngga boleh beginii.. keluhnya dalam hati.
"A-aku Shareeza. Aku baru pindah rumah kemarin. Ka-Kalau kamu siapa?" Gadis berambut pirang itu mencoba bertanya balik walaupun terdengar agak nervous.
"Kamu santai aja,ngga usah takut sama aku. Kenalin, aku rafly. Aku juga tinggal disini." Rafly menjulurkan tangannya dan dengan sedikit gemetar Shareeza mengulurkan tangannya juga.
"Kamu sendirian? Mau kemana?" Tanya Rafly mengagetkannya yang masih bengong tak tahu harus apa. Matanya memperhatikan sekitar gadis itu. Tak ada siapa siapa yang bersamanya selain dirinya.
"Eh, aku? AKu lagi jalan-jalan aja disini. Pengen tau aja." Jawabnya masih sedikit gugup.
Duh, kok aku gini banget yak? Udah jelas-jelas dia nanya aku. Tapi kurasa, hal ini wajar. Aku baru pertama kali liat dia, dan aku baru mengenalinya. Beberapa detik yang lalu.
"Ayo, ikut aku!" Tiba-tiba Rafly ngomong gitu. Dia bukan bertanya, tapi seperti memaksa lawan bicaranya untuk ikut dengannya. Mau gimana lagi,Shareeza cuma bisa menurut. Meskipun terbesit sedikit rasa takut yang menghantui. Bagaimana tidak?.Dia baru pindah ke Perumahan Safara dan belum bertemu dengan siapapun kecuali orang yang sedang bersamanya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Biarkan Langit yang Tau
Fiksi RemajaMemiliki sahabat yang sudah sangat erat layaknya lem dan kertas, sangat sulit dipisahkan. Begitu juga dengan yang dirasakan Shareeza dan Rafly. Kedua nya sangat dekat, sedekat nadi. Saling melukiskan warna indah pelangi di hati. Pelangi yang memilik...