2.puisi pertama

35 0 0
                                    

Malam larut ditelan sunyi. Mata Haikal belum juga mampu terpejam. Terbaring di atas kasur mungil, dengan selimut yang di pakai hanya sampai dada. Matanya dipaksa tuk tidur lelap. Tapi usaha hanyalah sia. Mungkin ia masih lelah sehabis menikmati hukuman dari Wulan.

"Awas aja, lain kali gua bakal balikin apa yang gua rasain ke elu, Lan." Gumamnya dalam hati.

Ia lirik jam yang menempel di sinding tepat diatas meja belajarnya. Waktu sudah menunjukan pukul 02:23. Ia putarkan pandangan ke arah meja belajarnya itu. Buku pelajaran yang berserakan, tempelan sajak bertebaran di sekitaran dinding, dan buku diarry miliknya. Tempat menyimpan apa yang Haikal hadapi di setiap harinya. Termasuk hukuman dari Wulan siang tadi.

Haikal geram, mengapa ia harus mengingat kejadian tadi pagi. Harusnya batu itu ia tendang lebih keras agar kepala Wulan lebih membenjol, berdarah banyak, atau pingsan tak sadarkan diri.

Tapi, ia mengakui jika memang Wulan adalah gadis yang rupawan. Ketika ia sedang menunggu di atas kap mobil merah, ia menyematkan rasa kagum. Sempat tercengang sebentar, sebelum sapaan sinisnya membuyarkannya.

Ah, ada ada saja kisah ini. Haikal tertawa kecil, mengapa ia harus percaya pada opini itu?. Dunia memang bulat, begitu juga dengan kisah hidup, tak pernah datar.

Ia hampiri meja belajarnya, lalu mengambil handfone miliknya. Ia buka situs media sosial. Lalu ia cari nama Wulan. Pencarian sedang bekerja. Terpampang tulisan WAIT di layar berukuran 3.3 inc. tersebut. Muncul perlahan nama Wulan;

Wulan guritno, Wulan suci, Wulan eankkselalluchayangdhia?. Nama yang enerjik untuk di kisahnya

Wulandari. Dengan menggunakan foto profil gadis cantik berambut pirang menampakan senyum bahagia.

Ini dia yang gua cari-cari.

Langkah pertama, ia selidiki semua tentang pengguna akun bernama Wulandari itu. Tempat lahir, nomor telfon, alamat rumah. Tak ketinggalan, ia lihat foto profil maupun unggahan dia. Ia perhatikan satu persatu. Perfect, sangat sempurna. Tak ada yang kurang dari kecantikannya jika di picture. Kalo asli, ya garang.
Ketika ia loncat ke bawah, kronologi berikut statusnya.

6 jam yang lalu " hari ini dapet montir gratis. Dia baik, masa mau aja gua suruh dorong mobil gue yang keabisan bensin. Dasar cup*"

Ah, sial. Gua dibilang cupu, untung dia cewe. Tapi gabisa di biarin, harus ada timbal balik kalo gini.

Haikal memutar jarinya kearah nomor telfon. Ia catat dan menyimpannya di sim card telfon genggamnya.

Ia melirik kearah jarum jam. Astaga !!! Jam 03: 46. Mampus, besok siap-siap belajar di bawah tiang bendera.

Ia lempar telfonnya ke arah kasur, lalu ditariknya selimut hingga menutupi seluruh badannya yang tidak kurus dan tidak gempal itu. Ia paksa mata untuk menjemput mimpi yang telah tersaji

***

Bis melaju kencang di atas aspal hitam bergaris lis putuh di tengah. Hari ini, Haikal duduk di bangku tiga di bagian tengah. Tetap saja, tiada beda dengan berdiri di atas dek mobil. Di samping kanan ada seorang kakek-kakek yang sedang menuju ke pasar untuk membuka kios miliknya. Bau minyak angin sangat merasuk, menerobos lubang hidung sampai ke rongga paru-paru. Di samping kirinya, seorang ibu yang sedang menggendong anaknya yang rewel. Mungkin jika anak itu bisa berbicara, ia akan berteriak..
"ibu... aku nggak mau ada disini!!!"

Halte harmoni dipenuhi oleh para pekerja, pedagang, juga siswa sekolah lain. Sangat ramai hari ini. Haikal menuruni bis dengan sempoyongan, matanya masih di hiasi kantuk. Ia baru saja bangun dari kursi setelah seorang kakek pedagang membangunkannya.

tentang cintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang