"Udah dateng,lo?"
Tanya Wulan kepada Haikal yang sudah ada terlebih dahulu di ruang sanggar.
"Belum. Yaudah lah.." jawab Haikal jutek sambil melepas jarinya dari senar gitar yang di kepitnya.
"Yeh .... galak amat, pak"
Haikal tak menghiraukannya ia kembali fokus bermain dengan nada.
Keduanya tengah sibuk dengan bagian masing-masing. Haikal pada nada, dan Wulan pada vokal. Tak ada pembicaraan diantara mereka. Bisa dikatakan, ruang ini hanya sudut pandang bagi mereka untuk berlatih.
"Eh.. lu ikut lomba puisi ga?" Haikal memulai bertanya.
"Puisi apa?" Wulan membalas dengan jutek.
"Kemaren kan di sanggar Kartika ngadain lomba puisi"
"Terus?"
"Ya, lu sebagai pecinta puisi ngga berpatisipasi gitu. Ikut nyerahin puisi lu?"
Wulan berhenti sejenak dari fokusnya mengolah vokal.
'Bener juga, kenapa gue ga ikut?'
"Pengumpulannya udah ditutup belom?"
"Kayanya... masih ada waktu 3 hari deh"
"Temanya apa?"
"Ya.. mana gua tau,lah. Lu tanya aja langsung ke sanggarnya sana" Haikal kembali bermain gitarnya.
Wulan terlihat kebingungan. Ia mencari cara agar bisa ikut dalam perlombaan itu.
Wulan kembali fokus kepada vokalnya sambil memikirkan caranya. Ia sangat berharap bisa ikut serta di acara tersebut. Meskipun sebelumnya ia belum pernah ikut perlombaan puisi apapun. Ia terus berfikir. Sampai ia tak menyadari jika pak Arfan sudah ada di hadapannya.
"Wulan....?" Panggil pak Arfan.
"I..iya,pak?"
"Kamu ko' bengong. Ada apa?"
"Ngga ada apa-apa, pak"
"Yasudah.. kita mulai sekarang aja latihannya"
Semuanya bersiap mengambil ancang ancang agar dapat berada di posisi yang pas.
Dentuman dari jari jemari Haikal meluluh lantakkan seisi ruang sanggar. Haikal begitu menghayati. Persilangan dari senar 1 ke senar 2. Hingga matanya terpejam demi mendapatkan hasil yang ia harapkan. Memadukan antara rasa dan estetika.
***
Seusai latihan, Haikal merapikan semua barang barangnya kedalam tas. Begitu juga dengan Wulan, tapi dia sedikit tergesa-gesa. Lalu ia menghampiri Haikal yang ada di sebelah pojok kirinya. Di pukulnya pundak Haikal sebelah kanan.
"Bang, boleh minta tolong?"
"Maaf,dek. Saya bukan sopir bajai jadi jangan seenaknya mukul pundak saya" jawab Haikal tanpa memalingkan pandangan. Ia masih merapikan barang barangnya.
"Yeh.... gue beneran butuh bantuan,lo " kali ini Wulan seperti meminta dengan amat sangat penuh harap. Haikal terdiam sejenak, lalu membalikan badan kearah Wulan.
"Bantuan apa, sih?"
"Anter gue ke sanggar Kartika. Gue mau minta formulir sekaligus persyaratan kalo ikut lomba puisi"
Haikal berfikir bahwa dirinya harus segera pulang. Ia sudah bilang kepada ibunya tadi pagi jika dia akan segera pulang jika semua pelajaran telah usai.
Ia pun sudah menjelaskan pada Wulan. Namun Wulan terus merengek seperti anak kecil. Manja. Sehingga Haikal bersedia untuk menemaninya ke sanggar Kartika. Itupun tidak akan lama.