Selena membalikkan badannya ke arah suara tadi berasal.
Disaat matanya berhadapan langsung manik mata pemilik suara yang memanggilnya, sekujur tubuhnya terasa kaku. Entah ini memang kenyataan atau hanya sekedar mimpi Selena merasa bahagia. Ya, bahagia.Di hadapannya kini, berdiri orang-orang yang paling berarti baginya. Selena mencubit-cubit pipinya berusaha untuk memastikan bahwa ini bukan hanya sekedar bagian dari mimpinya saja.
"Aw!" Selena meringis memegangi pipinya yang memerah karena terus dicubit dari tadi.
"Selena." Perempuan berperawakan tinggi dengan wajah yang mirip Selena itu menghampiri Selena.
"Ibu." Matanya menolak untuk mempercayai apa yang ada di hadapannya sekarang, tapi hatinya? Terasa begitu damai --sesuatu yang pernah hilang di hati Selena kini datang kembali.
"Ayah." Selena mengalihkan pandangannya berhadapan dengan sosok pria berbadan tegap dan kekar yang berdiri di depan pintu.
Dua orang yang paling Selena butuhkan saat ini berada di hadapannya. Matanya terasa panas, otot-otot lehernya mengeras berusaha menahan derasnya air mata yang mengucur dari matanya.
"Sepertinya kau melupakan seseorang," Ujar Maggie yang berdiri di belakang ayah.
"Maggie."
Rindu yang selama ini ia pendam, melancarkan derasnya air mata yang turun di pipinya. Ada rasa bahagia yang terselip di air matanya.
"Hey, Sely!"
Selena tidak menggubris perkataan Vicky, perempuan itu tetap memeluk keluarganya dengan erat.
"Kau tau mereka hanya khayalanmu saja kan?"
Selena tertegun. Perempuan itu tersadar dan melepaskan pelukannya, sementara yang dipeluk tadi hilang bagai ditelan bumi.
"Kau selalu bisa kesini jika kau ingin menemui mereka."
"B-bagaimana caranya? Aku bahkan tidak tahu mengapa aku bisa ada disini," Ujar Selena dengan suara yang bergetar
"Mulai sekarang, lemari kamarmu tersambung dengan dunia ini. Jika kau ingin pergi ke sini, ini yang harus kau lakukan : 1) Masuklah ke dalam lemarimu, 2) Tutup pintu lemarimu , 3) Tutup matamu dan pikirkan tempat ini , dan lemari mu akan membawamu ke tempat ini."
"Tapi, bagaimana aku tahu jika ini bukan hanya sekedar khayalanku saja?"
"Hm." Manik mata Vicky tak hentinya bergerak memindai tempat ini, mencari barang yang dapat menjadi bukti bagi Selena
"Aha! Ini saja, aku yakin kau akan dengan mudah mengenali ini." Vicky memberikan Selena ikat rambut berwarna pink.
"Ini kan-"
"Yup! Ini ikat rambut yang dulu kau berikan padaku," Potong Vicky sambil setengah terkekeh.
"Sekarang tutup matamu, cepat!" Ujar Vicky sambil menutup mata Selena menggunakan tangannya yang kecil.
Sebelum memejamkan kedua matanya, Selena menaruh ikat rambut itu di saku celananya, berharap ini bukan hanya sekedar mimpinya saja.
***
Selena membuka matanya pelan.
Pandangannya gelap, matanya bergerak-gerak berusaha mencari secercah cahaya. Tangannya meraba-raba. Hingga akhirnya tangannya menyentuh sebuah papan yang terasa cukup hangat. Selena mendorong papan itu pelan. Papan itu sama sekali tidak bergerak. Selena mendorongnya sekali lagi, kali ini dengan kekuatan yang lebih dari yang tadi.BRUK!
Selena terjatuh dengan posisi kepalanya yang terlebih dahulu menghantam tanah, "Aw!" Selena meringis kesakitan lalu memegangi dahinya yang terasa perih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneirataxia
FantasyOneirataxia (n) an inability to distinguish between fantasy and reality. Mimpi memang selalu lebih indah dari kenyataan, namun apa yang akan terjadi jika kamu telah tenggelam dalam mimpi-mimpimu? Kau tidak bisa menemukan jalan keluar lain seperti ya...