Fourth

58 13 8
                                    

-

Selena menghempaskan tubuhnya dikasur, menenggelamkan wajahnya ke dalam bantal.  Selena berusaha sebisa mungkin untuk tidak menangis.
Ini terasa sangat menyakitkan, berusaha untuk menahan tangis membuat dadanya terasa sangat sesak.
Air matanya perlahan turun membasahi bantalnya. Selena mengusap air matanya.

"Aku tidak boleh menangis. Aku tidak boleh membiarkan ini berakhir seperti ini," Selena terus memegang dadanya yang terasa sesak, ingin Selena berteriak menyuarakan betapa sakitnya hati Selena.

Sepintas, Selena mengingat bayangan Ibunya --sesosok wanita lembut yang selalu hadir menemani Selena.

"Seandainya Ibu ada disini," Gumam Selena pelan.

Hatinya terasa sesak mengingat hari dimana Ibu dan Ayahnya pergi meninggalkan Selena dan Maggie di dunia ini. Maggie hanya punya Selena, begitu pun Selena --dia hanya punya Maggie.

Pikiran Selena melayang-layang, membayangkan senyuman Ibu dan Ayah yang akan selalu menyambut Selena, senyuman yang lebih dari cukup untuk menguatkan Selena. Selena tidak butuh teman-teman menerimanya, Selena hanya butuh kedua orangtuanya.

***

"Lena, Lena.."

Selena membuka mata perlahan, merasakan belaian lembut yang membelai rambutnya --seperti belaian Ibu.

Selena mengangkat wajahnya menatap sosok yang ada dihadapannya sekarang.
Maggie.
Selena dapat melihat dengan jelas raut kekhawatiran diwajah Maggie --satu-satunya keluarga yang ia miliki.

"Selena, aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa menjemputmu tadi,"

"Sudahlah, Kak. Lagipula aku juga sudah terbiasa berjalan sendiri kan?" Selena mengangkat badannya dan terduduk yang membuatnya dapat berhadapan dengan Maggie yang duduk disamping kasurnya.

"Tapi, tadi gurumu meneleponku dan mengatakan kau sedang sakit, aku benar-benar merasa bersalah. Tadi pekerjaanku begitu banyak dan aku-"

"Sudahlah, Kak. Aku sudah sampai dirumah. Bukankah itu sudah cukup?"

Ugh!
Seandainya Maggie dapat mengetahui apa yang Selena pikirkan sekarang. Duh, Selena benar-benar menyesal telah membuat kakaknya khawatir dan terlebih lagi ia telah membohongi kakaknya dan guru-guru. Selena tidak pernah berbohong sebelumnya dan menyadari bahwa ia telah berbohong benar-benar telah menghancurkan impiannya untuk menjadi satu-satunya orang yang tidak pernah berbohong di dunia.

Perkataan Diana tadi di Sekolah membuat Selena ingin cepat-cepat pulang yang membuatnya harus mencari alasan untuk diijinkan pulang. Dan alasan apa lagi yang lebih tepat selain sakit? Lagipula sakit hati juga termasuk sakit 'kan?"

"Hey, Lena! Apa kau mendengarku?" Ujar Maggie membuyarkan seluruh lamunan Selena.

"Ah, Tentu saja, Kak." Ujar Selena yang sebenarnya masih bingung karena tidak tahu apa yang Maggie katakan sebelumnya.

"Sudah sana! Cepat kerjakan tugas kimiamu," Maggie berdiri dari kasur Selena dan menatap ke arah Selena yang nampak kebingungan.

"Darimana kakak tahu?" Ujar Selena

"Kau benar-benar tidak mendengarku, ya? Ck," Maggie lalu berjalan meninggalkan kamar Selena dan tentunya meninggalkan tanda tanya besar di pikiran Selena.

OneirataxiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang