Eighth

50 8 1
                                    

FYI, Oneirataxia (n) is an inability to distinguish between fantasy and reality.
Source by : google.com

Intinya sih, Oneirataxia itu suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara fantasi (khayalan) dan realita (kenyataan)
-

Makasih ya, Kak," Ujar Selena seraya mengembalikan helm itu kepada sang empunya.

"Iya. Besok kakak jemput lagi ya," Ucap Kevin sambil mengambil helm itu dari tangan Selena.

"Oke."

"Atau nanti sore?" Tanya Kevin tiba-tiba

Selena menatap Kevin dengan raut wajah penasaran, "Nanti sore? Kenapa nanti sore?"

"Sudah lah. Yang penting kamu siap-siap aja. Nanti kakak jemput," Jawab Kevin singkat

"Kakak gak nanya aku bisa atau nggak nanti sore?"

"Harus bisa." Kevin menyalakan motornya dan meninggalkan Selena penuh percaya diri.

Selena hanya tersenyum menatap ke arah lelaki dengan motor merah mengilat bak kaca yang barus saja dibersihkan itu hingga ke ujung jalan. Selena kemudian berjalan memasuki rumahnya.

Rasa sakit yang ia rasakan di sekolah tadi, kini muncul lagi. Rasa sakit yang sempat Kevin tutup, kini terbuka lagi.
Selena memegang dadanya yang terasa sesak. Semua ingatan mengenai kejadian di sekolah tadi kembali menghantui pikirannya

Selena berlari ke kamarnya. Membenamkan wajahnya di bantal, membiarkan seluruh rasa sakit yang ia rasakan tadi keluar bersama dengan tetesan air matanya. Dia menangis cukup lama --cukup untuk membuat matanya membengkak.

"Apa aku pernah melakukan hal yang merugikan mereka? Apa aku pernah mengganggu mereka dengan khayalanku?"

"Lena! Lena!"

Mendengar suara Maggie yang memanggilnya dari bawah, Selena dengan sesegera mungkin menghapus air mata yang membasahi pipinya , Maggie sudah cukup sibuk dengan pekerjaannya dan dia tidak membutuhkan satu masalah lagi.

"Lena," Ujar Maggie sambil mendekati kasur Selena.

Selena mendongakkan kepalanya, menatap langsung ke arah wanita muda berusia 20-an yang selalu menjaganya selama ini. Selena memberikan senyum --senyum penuh kebohongan.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Maggie menampakkan wajah penuh kekhawatiran. Maggie duduk disisi kasur Selena, membelai rambut Selena pelan --seperti yang biasa Ibu mereka lakukan untuk menenangkan mereka.

"Aku tidak apa-apa," Jawab Selena tak berhenti mempertunjukkan senyumannya.

"Sampai kapanpun kau tidak akan bisa membohongiku," Ucap Maggie dengan nada yang sedikit meninggi , "Apa yang terjadi? Apa Kevin melakukan sesuatu padamu?" Lanjutnya.

Selena hanya terdiam. Mulutnya seakan terkunci --dia tidak dapat menjawab satupun pertanyaan yang Maggie lontarkan. Hatinya terasa sakit setiap dia mengingat kejadian hari ini.

"Selena! Jawab pertanyaanku!" Maggie berdiri dari sisi kasur Selena. Otot-otot lehernya mengeras,warna mukanya berubah jadi merah padam, tangannya ia kepalkan begitu kuat sehingga otot-otot tangannya bermunculan --wanita ini sedang tidak bermain-main

"Apa yang dia lakukan padamu, Hah? Beritahu padaku sekarang!" Teriak Maggie dengan keras, cukup keras untuk memenuhi ruangan kamar Selena.

"Tidak. Tidak." Tanpa sadar, air mata Selena mulai berjatuhan ; Sedih melihat Maggie yang begitu peduli pada Selena

"Aku kira dia baik." Maggie menghembuskan napas sejenak, memutar kembali memori ke hari pertama ia mengenal Kevin, seseorang yang meneleponnya bahwa Selena baik-baik saja tepat saat ia mendapat sebuah telepon dari guru Selena yang menyatakan bahwa Selena sedang sakit, laki-laki yang memberitahu Maggie bahwa Selena sedang sangat sibuk mengerjakan tugas Kimia sehingga dia kelelahan. Seseorang yang berjanji akan menjaga Selena. Seseorang yang Maggie percayai untuk tidak melukai hati Selena.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OneirataxiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang