Chapter 2

24 3 6
                                    

Sapaan Pertama

Aku mulai bersiap-siap untuk pergi kesekolah dengan menaiki sepeda motor.

seperti biasa ibuku menyiapkan sarapan untuk ku. Yah untuk siapa lagi karena disini kami hanya hidup berdua. Ayahku meninggal sejak aku umur 5tahun, dan kakak ku juga meninggal karena kecelakaan.

Jam mulai berjalan menuju jam 06:45. Aku langsung bergegas berangkat sekolah karena jam masuk tinggal 15 menit lagi. Seperti biasa aku menggunakan headset untuk meramaikan telingaku.

Sesampainya di sekolah, akupun langsung masuk ke kelas ku. Republik Bahasa, kelas yang selalu ramai, Heboh dan bahkan terkenal dengan kenakalannya. Pelajaran pertama pun dimulai. Deutsch, pelajaran favoritku dan hanya ada dijurusan bahasa. 2 jam berlalu, dan jamkos telah di mulai. Teman-teman mulai menyibukan diri dengan handphone nya, begitu pun denganku. Aku membuka BBM dan melihat update status dari temanku. Dari sekian banyak status hanya ada satu status yang menarik perhatianku untuk mengomentarinya. Panggil saja Man . Laki-laki pemain futsal yang aku kagumi sejak dulu aku duduk di bangku SMA. Dan sejak itu kami mulai chatting dan mengenal satu sama lain.

Hampir 1 minggu, Aku dan dia pun mulai akrab. Ditengah perjalananku menuju kantin tiba-tiba terdengar suara memanggil namaku. Dan ketika ku menoleh ke belakang, Ternyata benar dia yang memanggil namaku.

"zahra, tunggu". dia pun berjalan menuju ke arahku. "Oh gitu, kalau ketemu gak usah nyapa ya...".

Akupun hanya tertunduk malu di hadapannya. Entah untuk apa dia datang menghampiriku.

"Hehe iya ada apa mas?". akupun berbalik menyapa.

"Nah gitu dong, sekali-kali bicara gitu kalau ketemu aku. Gak ada apa-apa sih cuman pingin nyapa sama ketemu kamu aja. Habisnya kalau gak gitu kamu gak kira nyapa. Di chat aja kamu berani banyak ngomong. Eh kok salting gitu sih?".

"Hah? gak kok aku biasa aja".

"Udah biasa aja jangan salting gitu, nanti malah jatuh hati sama aku".

"ih apasih mas". Akupun hanya bersikap cuek seolah-olah aku biasa aja. Tapi di dalam hatiku, jantungku berdetak sangat kencang. "Lama-lama bisa pingsan nih aku". Ujar dalam hatiku

"Eh kok diem gitu sih, Oh iya kamu mau ke kantin ya? bareng yuk !".
Akupun berangkat dengan nya ke kantin. Tanpa sepatah kata apapun terucap dari mulutku, Namun dia berusaha memancing ku untuk bicara dengan celometannya yang membuatku semakin tidak bisa tidur nyenyak.

Kata demi kata terus Man ucapkan ketika kami sedang bersama menuju kantin sekolah. Hingga pada Akhirnya kami berhenti disuatu tempat ibu kantin berjualan.

"Zah, mau beli nasi apa?" Tanya Man kepadaku.

"Emm.. een..ggaak aku masih kenyang" Jawabku terbata-bata karena sedikit gugup.

"Yaelah, sok nolak banget sih.
Bu nasi pecel ayam 2 yah, makan disini".

Tiba-tiba saja Man memesan nasi untukku, tanpa bertanya apa-apa lagi kepadaku

"Loh tapikan...."

"Udah gak papa, ayo duduk(sambil menarik tanganku dan mengajak duduk)".

"Eh kok diem gitu sih? Biasanya juga kalau di chating kamu sedikit cerewet?".

"Hah? Gak papa kok, kebetulan mulutku lagi sariawan". Jawabku dengan sedikit berbohong

"Ohh... Kok gak diobatin sih, yaudah tunggu aku belikan Larutan ja yah(langsung bergegas pergi membeli larutan".

"Ee... gak... uuss...Baik banget sih dia, lama-lama beneran jadi baper nih aku(dalam hatiku sedikit berkutik)".

"Nih, minum yah. Semoga aja cepet sembuh".

"Thanks yah Man".

Kamipun melanjutkan makan kami tanpa berbicara apapun. Hingga kami kembali ke kelas kami masing-masing.

Bel pulang pun sudah berbunyi. Aku pulang. lebih cepat dari biasanya dengan rasa terburu-buru yang membuatku tidak mengerti dengan rasa ini.


Dan untuk pertama kali sapaan itu terjadi. Hal yang benar-benar jauh dari perkiraanku.

Akhirnya ku menemukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang