Tetttttt! Bel yang dinanti-nantikan para murid alias bel istirahat berbunyi dan membuat para murid melesat menuju kantin tetapi ada juga yang menuju perpus atau hanya duduk-duduk di depan kelas. Ravella dan Lita segera menuju kantin karena mereka gampang sekali lapar maka tidak heran bila bel istirahat berbunyi mereka langsung berlari seperti orang kesetanan agar tidak kehabisan tempat duduk dan tidak harus berlama-lama mengantri.
“Heh Lit lu jaga ni tempat, gue yang pesen ya. Lo mau pesen paan?” tanya Ravella sambil mengatur deru nafasnya yang tidak teratur akibat berlari-lari tadi.
Lita berfikir sebentar lalu menjentikkan jarinya dan menjawab, “Gue pesen bakso sama air mineral dingin ae deh. Tengkyu.”
Ravella menganggukan kepalanya dan segera menuju tempat penjual bakso,
“Bang, bakso kuah dua ya," pinta Ravella kepada abang tukang bakso itu.
Beberapa menit kemudian bakso yang Ravella pesan sudah siap, tiba-tiba ketika ia akan membayar bakso tersebut ada tangan kokoh yang menahan tangannya.
“Bang nih duitnya kembaliannya ambil ae,” ucap Arveno sambil tersenyum.
“Wezzz makasih mas bro,” jawab abang tukang bakso itu yang masih muda dan dekat dengan para siswa di SMA ini tak terkecuali Arveno yang notabenenya adalah pentolan sekolah yang tak segan untuk berteman dengan siapa saja.
Ravella segera menepis tangan Arveno dan mengambil pesanannya yang sudah siap.
“Makasih kak sorry gue ngerepotin lo terus,” ucap Arella sebelum meninggalkan Arveno.
Arveno terpaku melihat punggung Ravella yang perlahan pergi dari hadapannya. Ia seolah-olah tersihir dengan pesona Ravella hingga tak mampu berkutik saat Ravella berterima kasih kepadanya.
➖➖➖
“Wuidih tumben-tumbenan lo tadi nraktir cewek ada angin apaan nih yang membuat seorang Arveno menaruh perhatiannya kepada seorang cewek. Ekhem!” ujar Tian sahabat Arveno dengan gaya bicaranya yang lebay dan berhasil membuyarkan lamunan Arveno.
Tian adalah sahabat baik Arveno sejak kelas 11. Sebenarnya Arveno memiliki sahabat yang lain tetapi ia merasa bahwa Tian yang paling klop dengannya maka ia selalu bersama dengan Tian dan curhat dengannya. Tian orang yang humoris dan lebay tetapi ia juga memiliki wajah tampan. Tak sedikit pula mantannya.
Pletak! Arveno menjitak Tian dengan sangat keras lalu berkata, “Aelah lo ganggu aja dasar jomblo rese!”
“Wow wow wow sans bro, emang lu ada hubungan apa ma tuh cewek? Setau gue nih ya dia tuh anak ekskul pencak silat dan tomboy gitu,” ujar Arveno.
Kemudian Arveo tersenyum dan berkata, “Gatau kenapa dia itu kayak candu buat gue. Sejak pertama kali lihat dia rasanya hati gue berkata kalau gue harus nyoba buka hati gue buat tuh cewek. Dia emang gak cantik tapi dia manis. Dia emang tomboy tapi dia natural. Dia sederhana dan itu yang bikin gue suka sama dia. Now, I’m really sure that I’m fallin in love with her on the first sight.”
Tian melongo dan terheran-heran karena baru kali Arveno bicara soal cinta ya dia akui kalau sahabatnya yang bernama Arveno itu buta akan cinta. Arveno menepuk jidat Tian hingga sang pemilik jidat mengaduh,
“No lo suka ye ama jidat gue daritadi kalo gak lo jitak ya lo tepuk ni jidat.”
Arveno tekekeh, “Hahahahaha sorry ma bro. Abisnya jidat lo macam landasan pacu jadi gue suka.”
Tian bergidik ngeri dan berkata, “Lo waras kan, No?”
Ucapan Tian bukan seperti pertanyaan malah justru seperti pernyataan.
Arveno terkekeh lagi, “Hahahah waras lah elo tuh yang ga waras. Abisnya abis gue curcol ee lo bukannya ngasih pendapat malah melongo ya gue takutnya lo kerasukan makanya gue tepuk jidat lo.”
“Abisnya gue kaget aja ama lo tumben-tumbenan bisa ngomong soal cinta gitu,” jelas Tian.
Arveno kembali tersenyum, “Dia yang bikin gue sekarang ngerti akan cinta. Oke gue tau ini lebay dan terkesan aneh tapi ini hati gue yang nyuruh dan gue yakin kata hati gak akan pernah salah. Prinsip gue pacaran itu sekali aja terus langsung nikah so intinya pacar gue itu ya jodoh gue. Pacaran bukan buat main-main, Sob.”
Tian kembali melongo akan sisi lain Arveno yang sudah seperti Mario Teguh, tiba-tiba ia bertepuk tangan hingga membuat seluruh penghuni kantin menatap Tian dan mengernyit bingung.
“Lo berhasil menyentil sisi playboy gue dan hari ini aku tersadar bahwa cinta bukan untuk dipermainkan tetapi untuk diperjuangkan,” ujar Tian sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Kini Arveno yang melongo karena walaupun terkesan lebay tetapi kata-kata yang dikeluarkan Tian seperti quotes di oa – oa line.
“Lo jangan terpana akan ketampanan gue gitu dong. Sorry bro gue masih normal,” Ujar Tian.
Arveno lagi-lagi menjitak kepala Tian lalu berteriak tepat di telinga kanan Tian, “NARSIS LO!”
➖➖➖
Setelah berjam-jam mengikuti pelajaran yang melelahkan akhirnya bel pulang SMA Harapan Bangsa berbunyi dan membuat senyum dan tawa bahagia tercetak di wajah seluruh siswa dan siswi.
“Vell, lo naek motor sendiri apa dijemput?” tanya Lita.
“Gue naek motor sendiri lit,” jawab Ravella.
“Kalo gitu gue cabut duluan ye gue laper banget nih. BUBAYYY VELLAW!” pamit Lita.
“Yow tiati ada semut,” ujar Ravella dengan kekehan.
“DASAR FREAKIN PEOPLEEE!”teriak Lita sambil berlari menuju parkiran.
Ravella hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil terkekeh geli karena tingkah Lita yang anti jaim bahkan kadang sangat memalukan. Namun, justru itu yang membuat Ravella betah bersahabat dengannya. Ia merasa menjadi dirinya sendiri ketika bersama Lita. Tiba-tiba ada sebuah tangan menepuk pundaknya pelan.
“Ngapain lo senyum sambil geleng-geleng kepala gitu,” tanya Arveno yang membuat Ravella terlonjak kaget dan latah.
Ya, orang yang menepuk pundak Ravella tadi adalah Arveno. Sang admirernya Ravella.
“E monyong kodok e monyonggg e monyong,” Ravella mengeluarkan kelatahannya yang lebay itu.
Arveno tertawa geli menyadari bahwa Ravella sangat latah, “HAHAHAHHAA.”
Ravella mendengus sebal dan memasang tampang kesal, “Ketawa aja terus kak ampe mampus. Ini gara-gara lo kelatahan gue yang super lebay ini keluar.”
Arveno mengacak rambut Ravella pelan, “Maapin abang dong neng abis situ lucu banget latahnya. By the way lo belum dijemput?” tanya Arveno.
“Kagak, gue naik motor sendiri kak. Yaudah gue balik dulu ya kak” Jawab Ravella dingin sambil berlalu pergi
“TAKE CARE VELL!” teriak Arveno.
Ravella hanya mengacungkan jempol kanannya. Ia merasakan jantungnya berdetak kencang ketika dekat dengan Arveno. Maka, ia memilih langsung melenggang pergi menuju parkiran. Ia sadar ada perasaan aneh ketika bersama Arveno tetapi ia juga langsung tersadar bahwa saat ini di hatinya ada Malvin cowok yang ketika pendekatan dengannya sangat asik namun setelah berpacaran lama dengannya ia sadar bahwa Malvin seorang yang sangat posesif dan to be honest ia tidak suka akan hal itu. Ravella orang yang tidak suka dikekang, jujur hatinya berkata untuk mengakhiri hubungannya dengan Malvin tetapi ia juga masih sangat menyayangi Malvin.
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu (Completed)
Teen FictionRavella ibarat candu bagi Arveno. Maka, ia bertekad ingin memperjuangkan cintanya pada Ravella. Namun, saat ia tengah berjuang untuk cintanya, kenyataan pahit justru menyapanya. Tak disangka jika Malvin, kakak Arveno adalah kekasih Ravella! ditambah...