Ravella berjalan lesu menyusuri koridor sekolah pasalnya sepulang dari bioskop ia dan Malvin sempat beradu mulut. Kemarin, Malvin meminta Ravella agar mau diantar jemput olehnya karena ia sangat khawatir bila Ravella harus pulang sendiri. Namun, Ravella tentu saja menolak permintaan Malvin karena dari awal dia lebih suka berangkat sendiri menggunakan motor kesayangannya. Mereka berdebat hebat karena sama-sama tidak mau mengalah, mereka sama-sama memiliki sifat keras kepala. Malvin posesif sedangkan Ravella tidak suka dikekang sehingga tak jarang mereka berdebat karena suatu masalah sepele.
Ketika Ravella sampai di depan pintu kelasnya, tiba-tiba ada sebuah tangan menepuk bahunya pelan. Ravella terlonjak kaget kemudian ia segera menoleh ke arah pemilik tangan yang menepuk bahunya tadi.
“Kenapa, Co?” tanya Ravella.
“Em ini ada titipan cokelat buat lo,” jawab Coco, teman sekelas Ravella.
“Dari siapa?” tanya Ravella kembali.
“Sorry Vel dia ga ngebolehin gue nyebutin namanya mending lo baca aja tuh surat yang nempel di cokelat lo,” jawab Coco.
“Oh okay thanks, Co,” ucap Ravella.
“Yow sans,” ucap Coco sambi berlalu pergi.
“Aelah pagi-pagi dah bikin penasaran ae,” batin Ravella seraya melangkahkan kakinya masuk ke kelas.
Hari ini Lita tidak masuk sekolah karena sedang ada acara bersama keluarga besarnya sehingga pagi Ravella bertambah sepi. Biasanya bila ia sedang bete seperti sekarang ini pasti Lita akan berusaha mendengarkan curhatannya kemudian memberi solusi yang dapat menenangkan hati Ravella dan berakhir dengan jokes receh darinya.
“Mayan dah pagi-pagi dikasih cokelat moodbooster banget dah,” Ravella bermonolog sambil mendaratkan pantatnya ke tempat duduk lalu mengambil surat yang tertempel pada bungkus cokelat Ravella.
Dear Ravella,
Gue suka senyuman lo :)
-A-
Blush! Pipi Ravella memerah karena pesan itu. Dia sangat penasaran akan siapa pengirim coklat dan surat misterius itu.
“Apa jangan-jangan ini dari Kak Arveno ya soalnya kan ini dia ngasih inisial A terus kemarin si Lita kan sempet nebak kalo Kak Arveno suka ama gue,” batin Ravella dengan pipi yang masih memerah layaknya kepiting rebus.
“Eh eh eh paan si lu Ra! Gilak gilak gilak ga mungkin ih astaga please hati kenapa sih lo selalu seneng kalo ada kata ‘Arveno’ inget hatiii..lo itu udah jadi milik Malvin,” batin Ravella lagi sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Setelah sibuk bergelut dengan pikirannya, Ravella memilih pergi ke pinggir lapangan sekolah untuk sekedar duduk sambil mendengarkan lagu dan membaca novel.
➖➖➖
“Eh eh eh No itu Ravella kan yak?” tanya Tian sambil menepuk-nepuk bahu Arveno keras hingga sang empunya bahu mengaduh.
“Lo kalo nepuk kira-kira dong Yan,” ujar Arveno sambil mengusap-usap bahunya.
Tian hanya menampilkan cengiran kudanya.
“Yaudah gue ke sana dulu lo langsung ke kelas ae,” ucap Arveno seraya menunjuk Ravella dengan dagunya.
“Wuidih gas terus broooo good luck yow!” ucap Tian sambil berlalu pergi dari hadapan Arveno.
Arveno segera melangkahkan kakinya menuju tempat pertama kali ia berkenalan dengan Ravella.
“Lo ngapain disini?” tanya Arveno.
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu (Completed)
Novela JuvenilRavella ibarat candu bagi Arveno. Maka, ia bertekad ingin memperjuangkan cintanya pada Ravella. Namun, saat ia tengah berjuang untuk cintanya, kenyataan pahit justru menyapanya. Tak disangka jika Malvin, kakak Arveno adalah kekasih Ravella! ditambah...