“Woe bro!” sapa Tian ketika Arveno duduk di bangku sebelahnya.
“Hem,” jawab Arveno cuek.
Tian mengernyit bingung lalu ia bertanya pada Arveno, “What’s wrong, Sob?”
Arveno mengusap wajahnya kasar lalu menjawab, “Tadi gue liat Ravella keluar dari mobil abang gue. Terus gue tanya sapa yang nganter. Dia jawab kalo yang nganter itu pacarnya. Gue kaget asli bro! Tapi gue masih positif thinking kalo itu bukan abang gue. So gue nanya sapa nama pacarnya. E dia malah kek kesel gitu jawabnya.”
“HAHAHAHAH sukurinnn,” ledek Tian
“Sialan lo malah ngeledekin gue,” ujar Arveno sambil menjitak kepala Tian.
Tian mendengus sebal, “Bisa ga sih lo sehari aja kagak jitakin pala gue. Sakittt no sakittt,” ujarnya dengan nada yang dilebay-lebaykan.
“Abisnya lo nyebelin banget, dah tau gue lagi bete gini lo malah ngeledekin gue gitu,” ujar Arveno sambil memainkan handphonenya.
“Iye sorry dah sorry. Yaudah positif thinking aje no,” ucap Tian sambil menepuk bahu Arveno pelan.
“Daritadi gue udah berusaha buat positif thinking tapi gabisa,” ujar Arveno.
“Terus rencana lo apa?” tanya Tian.
“Ya gue rencananya mo buntutin si Ravella sama pacarnya ntar pulang sekolah, gue cuma mo mastiin aja.” Jelas Arveno.
“Yaudah semoga aja itu bukan abang lo,”ucap Tian.
“Amin,” jawab Arveno.
➖➖➖
Disisi lain...
Brak! Ravella menaruh tas gendong berwarna hitamnya secara kasar ke meja. Lita yang sudah terlebih dahulu sampai sangat kaget ketika Ravella menaruh tasnya secara kasar. Ia heran pada sahabatnya kenapa pagi-pagi gini sudah ngamuk seperti macan yang tidak diberi makan sebulan.
“Ravella lo kenapa?” tanya Lita dengan nada yang lembut layaknya seorang ibu yang menanyakan kondisi anaknya.
“Bete,” ucap Ravella dengan tatapan ingin membunuh.
“Yaudah tenangin diri lo dulu ntar kalo udah tenang lo bisa jelasin ke gue apa yang bikin lo bete,” ujar Lita.
Ravella terdiam selama menit kemudian ia menjelaskan apa yang membuat ia bete karena ia percaya pada Lita bahwa sahabatnya itu adalah pendengar yang baik dan mampu memberi nasihat-nasihat yang bermanfaat. Selain gokil, Lita memiliki sifat keibuan dan itulah yang membuat Ravella semakin betah bersahabat dengannya.
“Lo tau Kak Arveno anak kelas 12 Bahasa 2?” tanya Lita sebelum memulai penjelasannya.
“Iya tau dia kan pentolan sekolah tapi dia juga anak band. Kalo ga salah nama bandnya Sniper Snaff," jelas Lita.
“Nah iya bener. Kemarin gue dihukum bareng dia,” ucap Ravella dengan tampang datar.
“YALORD SERIOUSLY VELL?? LO DIHUKUM BARENG BADBOY GANS??” teriak Lita dengan nada yang sangat lebay, kealayannya muncul kembali.
Ravella terlonjak kaget dan langsung membekap mulut Lita, “Toa banget sih mulut lo.”
Lita langsung melepas tangan Ravella dan menampilkan cengiran khasnya sambil mengacungkan jari telunjuk dan tengahya membentuk huruf V, “Hehehe pisss Vell pisss kebiasaan hehe.”
“I know I knowww,” ujar Ravella sambil menoyor kepala Lita pelan.
Lita hanya mendengus sebal, “Yaudah gece lanjutin ceritanya, janji gue ga bakal toa lagi.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu (Completed)
أدب المراهقينRavella ibarat candu bagi Arveno. Maka, ia bertekad ingin memperjuangkan cintanya pada Ravella. Namun, saat ia tengah berjuang untuk cintanya, kenyataan pahit justru menyapanya. Tak disangka jika Malvin, kakak Arveno adalah kekasih Ravella! ditambah...