"Kita putus," ucap Ravella lirih sembari menundukkan kepalanya. Hati Malvin terasa bagaikan tersambar petir bagaimana tidak gadis yang sangat ia cintai tiba-tiba mengajaknya putus. Pikirannya kembali melayang saat Arveno memeluk Ravella, nafasnya mulai beradu, dan tangannya mengepal kuat.
"Jujur rasa yang aku milikin ke kamu itu cuma sebatas rasa sayang adek ke kakaknya, selama ini aku berusaha buat mencintai kamu tapi gak bisa. Hati gak bisa dipaksa dan aku gak mau membuat kamu terjebak dalam cinta sepihak ini. Maaf selama ini aku punya banyak salah sama kamu dan makasih udah pernah jadi bagian dari cerita hidupku. Aku tetep sayang sama kamu tapi sebagai kakakku dan satu lagi aku mohon jangan sangkut pautin putusnya kita ini karena Arveno jujur aku pengen putus sama kamu karena aku gak mau cinta kamu ke aku jatuh terlalu dalam sedangkan aku gak mencintai kamu," ujar Ravella.
Malvin mengusap wajahnya kasar dan menjawab, "Tapi kamu kan bisa belajar mencintai aku, cinta aku ke kamu itu tulus Vell. Ak-aku gamau kehilangan kamu." Kemudian Malvin membawa Ravella dalam dekapannya dan perlahan air mata mengalir di pipinya. Ravella yang tak tega dengan Malvin, juga tak kuasa membendung tangisnya. Dengan sangat berhati-hati ia melepas pelukan Malvin lalu memegang kedua bahu Malvin.
"Kak dengerin aku baik-baik. Aku udah berusaha keras buat mencintai kakak tapi tetep gak bisa, rasanya sulit kak. Cinta tulus kakak itu bukan buat aku tapi aku yakin buat cewek yang bener-bener mencintai kakak. Maaf, maaf kak. Kita masih bisa jadi saudara kayak dulu kak, aku sebagai adek dan kamu sebagai abang aku," ucap Ravella sambil menatap lembut wajah Malvin yang saat ini berlinang air mata. Sedangkan yang ditatap hanya dapat mendengus pasrah dan segera menatap wajah manis Ravella.
"Makasih ya udah mau berusaha mencintai aku walau usahamu itu gagal dan maaf aku punya banyak banget salah sama kamu, tapi janji ya kamu harus tetep jadi adek aku dan bantu aku buat move on dari kamu hehehe," ujar Malvin disertai kekehan. Ravella tersenyum lega, ia yakin bahwa Malvin memang pribadi yang dewasa. Ia mampu menyaring mana yang benar dan salah. Namun ia masih ragu apakah Malvin akan memusuhi Arveno adiknya sendiri atau tidak. Ah semoga saja tidak.
➖➖➖
Coco dan Ve saling bergandengan tangan layaknya orang menyebrang jalan. Ada yang menatap mereka dengan tatapan iri, ada juga yang memberi tatapan bahagia. Arveno yang baru datang buru-buru berlari ke tengah-tengah mereka untuk mengacaukan suasana romantis yang Ve dan Coco ciptakan.
"AIH!!" teriak Coco.
"ARVENO," teriak Ve.
Arveno hanya mengenyir dan menapilkan wajah tanpa dosanya. Coco dan Ve menatap Arveno jengah. Kemudian mereka berdua buru-buru berlari dan kembali bergandengan tangan.
"WOE DASAR PASANGAN KEKASIH BARU, GUE GAK AKAN BERHENTI GANGGUIN KALIAN SAMPE KALIAN TRAKTIR GUE," teriak Arveno tanpa ada rasa malu sedikitpun dan disertai tawa kerasnya. Sedari kemarin, Arveno memang sangat gencar mengganggu kedua pasangan yang sedang di mabuk asmara itu. Motif Arveno hanya agar mereka segera menraktir dirinya. Konyol memang tapi itulah Arveno. Tiba-tiba ada sebuah suara menginterupsi tawa Arveno.
"Gilak lo Ar ketawa sendiri."
"Eh ada eneng Ravella," ucap Arveno serta menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ya orang yang tadi mengejeknya gila adalah Ravella. Setelah mendengar ucapan Arveno ia hanya membalasnya dengan gelangan kepala dan senyum tipisnya, ia teringat akan tekadnya untuk menjauhi Arveno sementara waktu ini. Setelah itu Ravella pergi sedangkan Arveno hanya dapat terheran-heran karena tidak biasanya Ravella bersikap cuek padanya. Ah ini tidak bisa dibiarkan, Arveno akan mencari tau sendiri apa penyebab menjauhnya Ravella dari dirinya.
Ravella tak henti-hentinya menyunggingkan senyum kepada semua teman-teman sekelasnya. Ia merasa sangat lega telah mengakhiri hubungannya dengan Malvin ya walaupun masih ada rasa khawatir terhadap hubungan Malvin dan Arveno.
"Woy! Senyum-senyum aja neng daritadi habis ditembak cowok ya?" Tanya Lita yang baru saja datang dan terheran-heran akan sikap sahabatnya pagi ini.
"Apasih Lit sirik ae lo gini ya gue seneng banget rasanya tuh lega banget tau ga kenapa-"
"Engga," potong Lita.
"Litaaaaaa kebiasaan deh gue belum selesai ngomong hih, jadi gue seneng karena gue udah putus sama Kak Malvin," ucap Ravella girang.
Lita melongo karena ucapan Ravella tetapi beberapa detik kemudian kesadarannya pulih kembali berkat pukulan kecil dari Ravella. "Aw atit taukkkk," ucap Ravella dengan logat seperti anak kecil.
"Aelah lebay lu hahahaha lagian sini ngomong situ malah responnya melongo doang," ujar Ravella sebal.
Lita menggaruk kepalanya yang tak gatal dan segera menjawab,"Ehe maapin dong abisnya gue tuh sangat sangat sangattttttttt terkejut."
"Ahahahaha lebay banget sih lu Lit."
"Biarin sirik lo."
Dan ya percakapan mereka diakhiri dengan ledek-ledekan.
Tiba-tiba lagu The Cure milik Lady Gaga terputar di handphone milik Lita. Itu artinya ada seseorang yang meneleponnya."Hallo"
"......."
"Ada mau gue kasih teleponnya ke dia gak?"
"........"
"Tolong apaan?"
".............."
"Oh oke Kak"
".........."
"Lah kenapa?
"............."
"Oke otw."
Lita segera pergi meninggalkan Ravella setelah menerima telepon dari seseorang. Ravella hendak bertanya tetapi sudah terlambat karena Lita berlari setelah menerima telepon itu dan ia sedang mager untuk mengejar Lita.
➖➖➖
Setelah melalui beberapa jam mengerikan, akhirnya bel istirahat berbunyi. Arveno segera melangkah lesu menuju kantin. Ia merasa tak ada gairah dalam dirinya karena sikap cuek Ravella. Namun ia tetap sadar bahwa perutnya harus segera dimanjakan agar tidak merengek terus meminta untuk diisi. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kantin dan yak ia menemukan tempat kosong di sebelah Ravella. Sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak kepadanya. Setibanya di sana..
"Sendirian ae neng mana partner absur lo itu?" tanya Arveno memecahkan lamunan Ravella.
"Hellowww di sini itu ada banyak anak-anak jadi tolong matanya digunakan dengan baik bang," jawab Ravella dengan nada yang sedikit ketus. Arveno mengernyit bingung tetapi ia tetap berusaha berfikir positif, mungkin saja Ravella sedang datang bulan. Maka ia mencoba untuk bersikap lembut pada Ravella.
"Ehee iyee sorry dah sorry lagian ngelamunin apa sih kamu?"
"Aku gak ngelamunin apa-apa kok." Tiba-tiba Ravella tersadar akan kejanggalan pada kalimat yang barusan ia ucapkan. Sedangkan Arveno sudah senyum-senyum sendiri. Menyadari bahwa mereka menggunakan kata aku dan kamu, pipi Ravella bersemu merah menahan malu.
"Oh jadi gitu, aku seneng deh kita pake aku-kamu gini," ucap Arveno seraya bertopang dagu dihadapan Ravella, yang justru menambah kesan manis dan imut dalam dirinya. Ah Ravella tak tahan dengan semua ini bisa-bisa ia jatuh cinta dengan makhluk ini. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi saja.
"Kok kamu malah ninggalin aku sih," teriak Arveno dengan tak tahu malu yang menyebabkan semua mata tertuju padanya. Ravella yang mendengar teriakan Arveno segera berlari kencang sedangkan Arveno tertawa geli melihat tingkah Ravella yang terlihat sangat menggemaskan bila sedang tersipu malu.
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu (Completed)
Novela JuvenilRavella ibarat candu bagi Arveno. Maka, ia bertekad ingin memperjuangkan cintanya pada Ravella. Namun, saat ia tengah berjuang untuk cintanya, kenyataan pahit justru menyapanya. Tak disangka jika Malvin, kakak Arveno adalah kekasih Ravella! ditambah...