1.

460 78 39
                                    

Yein masih mengunyah sarapannya dengan lahap saat Yugyeom tiba-tiba duduk di hadapannya.

"Bibi Gong, mau yang kaya Yein ya," katanya dengan suara yang agak dikeraskan supaya terdengar oleh Bibi Gong yang ada di dapur.

Sementara Yein hanya mendengus tanpa mengalihkan fokusnya pada semangkuk sup ayam juga sepiring nasi hangatnya. "Dasar Kim Yugyeom ngga tau diri. Dateng-dateng langsung minta makan," cibirnya.

Yugyeom terkekeh, "mama belum masak In. Kalau nunggu nanti gue kesiangan. Lo mau emang kalau naik bus?"

"Terserah."

Yugyeom tersenyum melihat Yein yang masih sibuk mengunyah nasinya, ia tak habis fikir. Kenapa bisa dengan umur 19 tahun Yein terlihat begitu menggemaskan?

"Ini den Yugyeom supnya."

Yugyeom langsung mengambil mangkuk berisi sup yang disodorkan Bibi Gong, "thanks ya bi. Bibi terbaik." Setelah megucapkan terima kasih, Yugyeom langsung melahap supnya dengan semangat.

Yein menatapnya dengan tatapan jijik, "kaya yang udah ngga makan dua minggu lo, Gyeom. Jijik gue liatnya. Untung udah habis sarapan gue."

"Twerswerwha ghuwe dwongh ghweu yhuang mwkhwan.." Kata Yugyeom dengan mulut penuh dengan makanan. Terserah gue dong gue yang makan.

Sekali lagi Yein mendengus, "cepetan kek makannya. Nanti gue telat."

"Sabhuar, buenthuar laghui."

"Jorok!"

Yugyeom hanya tertawa kecil mendengar pekikan Yein.

Disela-sela acara menunggunya, mata Yein menangkap satu piring di sebelahnya masih belum terpakai. "Bi, Jinsol tadi ngga sarapan? Kok piringnya masih ada?" Tanya Yein sambil berjalan menghampiri Bibi Gong di dapur.

Bibi Gong menunduk, tidak berani menatap Yein yang ada di hadapannya. "Anu, non Yein. Non Jinsol.."

"Jinsol kenapa bi?"

"Non Jinsol belum bangun, non."

Yein kaget, "belum bangun?!"

"Tadi udah bibi bangunin sampai lima kali tapi tetep tidur. Maafin bibi non. Ini salah bibi."

"Ngga bi. Bukan salah bibi kok. Biar Yein yang bangunin Jinsol. Dasar pemalas," gerutu Yein sambil berjalan ke kamar Jinsol, adik perempuannya yang ada di lantai dua.

"Bener-bener si Jinsol. Bukannya sekolah malah molor,"

"JINSOL BANGUN! DE! GAAKAN SEKOLAH LO?! UDAH JAM BERAPA NIH?" Teriak Yein dari depan pintu kamar Jinsol yang terkunci.

"Apa sih teh. Berisik banget," sahut Jinsol dengan suara khas bangun tidurnya.

"Bangun! Ngga akan sekolah?! Teteh aduin bunda sama ayah loh biar uang bulanan lo dipotong," ancam Yein.

Tak lama, pintu kamar Jinsol terbuka bersama Jinsol dengan rambut acak-acakannya. "Ganggu aja sih teh Yein pagi-pagi. Jinsol libur teh, kelas 12 nya ujian nasional. Udah sana berangkat kuliah. Katanya dosennya galak, itu kasian a Yugyeom pasti udah nungguin di bawah."

Yein menepuk dahinya, "ah iya teteh mau kuliah lupa. Lo sih."

"Ih, malah nyalahin Jinsol."

"Ya udah, teteh berangkat dulu ya."

"Iya teh, hati-hati. Pulang bawain pizza ya."

"Teteh ngga tau pulang jam berapa, mau praktikum. Delivery aja."

Jinsol cemberut, "ih kalau delivery mah pake uang Jinsol dong. Gamau ah."

"Ya udah teteh juga gaakan beliin."

"Ih teh Yein mah jahat."

Yein tertawa kecil melihat adiknya yang merajuk. Yein dan Jinsol terpaut usia 4 tahun. Jinsol masih duduk di kelas 1 SMA sementara Yein bestatus sebagai mahasiswa tingkat 3 jurusan kedokteran karena ikut akselerasi saat SMA.

"Lama banget, habis ngapain sih?" Keluh Yugyeom yang entah sejak kapan sudah ada di dalam mobilnya.

"Bangunin Jinsol. Eh ternyata dia libur kelas 12 nya ujian nasional."

"Ya udah yu berangkat. Nanti lo gabisa masuk kelas nyalahin gue."

Yein tertawa, "iya iya, maafin Yeinnie ya Yugyeommie."

"Jijik."

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, mereka sampai di kampus. Yein baru saja menutup pintu mobil Yugyeom saat seseorang memanggil nama sahabatnya.

"Yugyeom!"

Yein dan Yugyeom reflek menoleh ke sumber suara. Seorang pria dengan jaket jurusan yang sama dengan Yugyeom, teknik industri berjalan ke arah mereka. Yein yang memang beberapa menit lagi kelasnya akan dimulai pun langsung pamit pada Yugyeom sebelum pria itu berdiri di hadapan mereka.

"Duluan ya, Gyeom. Bye," kata Yein sambil menepuk-nepuk pipi kanan Yugyeom lalu pergi. Yugyeom yang diperlakukan seperti itu hanya mendengus.

"Cewek lo?" Tanya pria itu saat sampai di hadapan Yugyeom.

Yugyeom menggeleng, "bukan."

"Wih boleh tuh."

"Udah punya gebetan doi. Lagian selera dia high class, Kook."

Pria yang dipanggil Kook tadi langsung menoyor Yugyeom, "jadi gue rendahan?"

Yugyeom terkekeh, "canda kali. Baperan amat dah. Kelas yuk." Kata Yugyeom lalu merangkulkan tangannya ke pundak pria itu.

"Gausah rangkul-rangkul napa sih. Masih normal gue."

Bestie?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang