Two : I will find you

1K 131 49
                                        

Seungcheol menatap benda tipis persegi yang tergeletak begitu saja di atas meja. Ia menarik nafas lalu menghembuskannya dengan berat. Hal serupa sudah ia lakukan sejak setengah jam yang lalu.

Sepi.

Biasanya benda tipis itu akan rajin berbunyi. Setiap setengah jam Nayoung akan rajin mengiriminya pesan singkat, sekedar menanyakan kabar, apa yang ia lakukan, apa yang ia makan, pulang jam berapa, dan lain sebagainya. Terkadang bila tak sibuk, perempuan itu akan menelpon, menyapa dengan suaranya yang ceria, dan memanggil namanya dengan hangat.

Tapi sekarang, tidak lagi. Ponsel itu sepi.
Seungcheol sendiri sudah berusaha menghubunginya, tapi nihil. Telponnya ditolak, pesan singkat yang ia kirim tak satupun yang dibalas. Ia juga sudah berusaha menemuinya, tapi tak berhasil.

Apartemennya kosong, di rumah orang tuanya juga tak ada. Nayoung seolah menghilang. Terakhir kali perempuan itu hanya sempat mengiriminya pesan singkat yang berbunyi: Aku butuh waktu menenangkan diri.
Hanya itu.
Dan itupun Ia kirimkan sekitar sebulan lalu.

Sebenarnya ini bukan yang pertama Seungcheol dan Nayoung bertengkar. Beberapa kali mereka pernah bersitegang karena masalah sepele. Perempuan itu pernah ngambek karena sesuatu hal dan mereka akan saling mendiamkan diri selama satu atau dua hari. Tapi setelah itu mereka akan cepat berbaikan kembali.

Tak pernah mereka berantem seserius ini, apalagi sampai terucap kata putus.

"Telponlah dia lagi."

Jaehyun muncul dari dapur membawa dua mangkuk ramen dan beberapa kaleng minuman dingin, lalu meletakkannya ke meja, depan sofa.
Pria maskulin dengan tubuh jangkung itu sudah lama bersahabat dengan Seungcheol. Ia yang berinisiatif datang ke apartemen Seungcheol setelah mendengar ia putus dengan Nayoung. Bahkan jika tidak ada insiden mereka putus, Jaehyun akan tetap bolak balik mampir ke apartemen Seungcheol. Baginya, apartemen Seungcheol adalah rumah kedua.
Satu fakta ironis bahwa ia tak pernah merasa punya rumah sendiri.

Jaehyun terlalu kaya untuk mengklaim sebuah rumah sebagai tempat tinggalnya secara permanen. Punya banyak apartemen dan rumah mewah yang tersebar seantero negeri, ia malah lebih sering menghabiskan waktunya di rumah teman wanitanya.
Terkadang sibuk berpesta, bepergian dari satu tempat ke tempat lain, tipikal anak muda kaya raya yang hobi bersenang-senang.

"Aku sudah berusaha menelponnya, tapi ditolak terus," jawab Seungcheol.
"Perlu kusewa pasukan khusus untuk membawa Nana ke hadapanmu?" Jaehyun meringis. Ia tahu bahwa Seungcheol tak pernah suka jika ia memanggil Nayoung dengan panggilan Nana. Menurut Seungcheol, panggilan Nana terlalu 'intim' dan ia tak suka mendengarnya.

Jaehyun sendiri masa bodoh. Walau sering kena damprat Seungcheol karena memanggil kekasihnya dengan panggilan 'intim' tetap saja ia akan melakukannya.
Ia suka memanggil Nayoung dengan Nana.

Nananya...

Ngomong-ngomong, ia tak bercanda soal pasukan khusus. Jika Seungcheol berkenan, ia akan menelpon Departemen Pertahanan untuk mengirimkan pasukan khusus dan membawa Nana kemari. Sudah dibilang, kekayaan yang ia miliki sekaligus strata tinggi keluarganya memberinya kuasa yang tak dimiliki orang biasa.

Faktanya, keluarga Jaehyun memang bukan orang biasa. Kakek dan Neneknya pernah menduduki jabatan penting di pemerintahan, sementara kedua orang tuanya punya kerajaan bisnis yang berpengaruh langsung pada perekonomian.

"Jadi... apa ini berarti kalian benar-benar akan putus?" Jaehyun kembali bertanya sambil menghempaskan tubuhnya ke sofa.
Seungcheol tak menjawab. Ia duduk membisu di sofa yang berada di seberang Jaehyun. Posisinya tak berubah sejak bermenit-menit yang lalu.

"Entah." Lirih Ia menjawab.

"Jika kalian benar-benar putus, biarkan aku memiliki Nana," ujar Jaehyun enteng.

WEAKWhere stories live. Discover now