Three : It wasn't me

793 134 29
                                    

Cukup lama Nayoung berdiri linglung di pinggir jalan.
Setelah memergoki Seungcheol dan Chaeyeon di kedai, tiba-tiba saja otaknya seolah berhenti bekerja.
Ia tak ingat untuk berpikir pulang, tak ingat pula untuk menghentikan beberapa taksi yang kebetulan lewat.
Ia hanya tak tahu harus apa.
Sampai akhirnya ponselnya berdering, dan Wendy berteriak-teriak dari seberang sana.

"Dimana kau?! Ini sudah larut malam?! CEPAT PULANG! KAU MEMBUATKU KHAWATIR!"

Nayoung tergagap. "Eoh, aku ada di..." Perempuan itu menatap sekeliling. Dan seolah baru kembali dari dunia lain, ia kembali menjawab, "Aku akan segera pulang."
Perempuan itu menutup telpon, lalu kembali menatap jalanan yang perlahan mulai lengang, menunggu taksi lewat.

Cukup lama hingga akhirnya ia memperoleh taksi yang kemudian mengantarkannya pulang.
Menjelang pagi perempuan itu tiba di apartemennya. Sekitar pukul tiga, atau mungkin lebih, ia tak tahu pasti.

Menyeret kakinya dengan lelah, perempuan itu kembali mematung di depan pintu apartemennya. Sekian menit kemudian, ia tertawa miris. Hingga nyaris mengeluarkan air mata kembali.

Astaga, ia meminta pak sopir taksi untuk mengantarkannya kemari? Ke apartemennya sendiri?
Padahal sudah beberapa hari ia tak tinggal di sini, sejak ia kabur dari Seungcheol.
Semua barang-barangnya dan sebagian bajunya ada di apartemen Wendy.
Dan di mana ia meletakkan Key Card apartemennya?
Ia sudah mengobrak abrik tasnya dan benda tipis serupa credit card itu tak ada. Jadi, bagaimana ia akan masuk ke apartemennya sendiri?

Tubuh perempuan itu melorot ke lantai. Ia menyandarkan punggungnya di dinding dengan rasa frustasi. Menertawakan dirinya sendiri.
Ia tak bisa masuk ke apartemennya sendiri, uang di dompetnya habis untuk membayar taksi, dan ponselnya? Low bat.

Detik-detik terakhir sebelum ponselnya mati, ia sempat mengirim pesan singkat kepada Wendy dengan buru-buru; My apartment. I need ur help.

°°°

Chaeyeon menunduk, air matanya berjatuhan membasahi kedua tangan yang terkulai di pangkuan.
Emosinya membuncah, nyaris tak percaya bahwa takdir kembali mempertemukannya dengan Seungcheol.

"Setelah bercerai, aku memutuskan untuk meninggalkan rumah. Aku memutuskan untuk tak kembali ke rumah ayah dan ibu. Aku sempat terpikir untuk mencarimu. Tapi kemudian aku bingung, apakah kau masih mengingat diriku? Apakah aku masih pantas mencarimu setelah apa yang terjadi diantara kita?" Perempuan itu terisak.

Seungcheol menatapnya dengan mata berkaca-kaca. Lembut ia meraih tangan Chaeyeon, meremasnya pelan, berusaha meyakinkan dia dan juga dirinya bahwa sekarang ia ada di sisinya, raga perempuan itu ada bersamanya.

"Maaf karena aku terlambat menemukanmu, Chaeyeon," ucapnya. "Kau pasti telah melewati masa-masa sulit sendirian." Ia membawa sosok itu ke pelukannya.
"Sekarang ada aku bersamamu. Aku akan menjagamu."

Dan Chaeyeon kembali menumpahkan tangis haru di dada Seungcheol. Merasakan aroma lelaki yang bertahun-tahun ia rindukan kini ada bersamanya.

°°°

Nayoung sempat tertidur sejenak. Sampai akhirnya ia menggigil kedinginan, merasakan tungkai kakinya bersentuhan dengan lantai yang lembab.
Sampai akhirnya ia mendengar derap kaki.

Perempuan itu menoleh, menyaksikan sosok jangkung melangkah buru-buru dari ujung lorong, bergerak mendekatinya.
Kedua mata Nayoung menyipit.
"Jaehyun?" panggilnya lirih.

Yang dipanggil mempercepat langkah-- ah, dia berlari-- menghampiri dirinya.
"Bagaimana kau bisa di sini?" tanya Nayoung.
"Ceritanya panjang." Jaehyun menjawab cepat, lalu mengeluarkan sebuah key card dari saku, kemudian segera mendekatkan ke arah sensor untuk membuka pintu.

WEAKWhere stories live. Discover now