Perlu waktu sekitar satu setengah bulan hingga akhirnya Nayoung berhasil mendapatkan tempat kerja baru. Menjadi staff di penginapan kecil yang berada di kota lain. Ia juga mendapat kontrakan murah yang berjarak sekitar satu kilometer dari tempat kerja. Sebenarnya penginapan tersebut menyediakan mess untuk karyawan. Tapi Nayoung sengaja memilih untuk mencari tempat tinggal sendiri.
“Kau yakin akan tinggal di tempat ini?” Wendy bertanya ragu seraya menatap sekitar. Kontrakan Nayoung yang sekarang lebih kecil dari apartemen yang selama ini ia tempati. Tidak ada barang mewah di sana. Hanya dipan mungil, dua lemari baju berukuran sedang, meja ruang tamu dari kayu, televisi berukuran lima belas inch di pojok ruang. Dapur dan kamar mandi pun berada dalam satu ruang.
“Lumayan nyaman, kok,” jawab Nayoung seraya meletakkan tasnya di atas ranjang lalu menatap sekitar. “Sewanya juga murah.” Ia melanjutkan seraya membuka lemari dan mulai menata beberapa baju.
“Kau tak berencana tinggal di sini lama, kan?” Wendy duduk di pinggir ranjang.
Nayoung tersenyum. “Sejujurnya, aku berniat menetap di sini. Maksudku, pekerjaan sebagai staff di sebuah penginapan bukan hal buruk. Aku suka. Jadi, tak ada alasan untuk pindah, kan? Aku juga sudah bicara dengan orang tuaku tentang hal ini dan mereka tak keberatan.”
“Lalu apartemenmu?”
“Kau urus saja. Atau kau sewakan, terserah. Lagipula, apartemen itu dulu dibelikan Seungcheol. Aku hanya membantu sedikit. Jadi, sekarang aku merasa tak punya hak. Lagipula, teramat banyak kenangan di tempat itu yang tak ingin kuingat lagi.”
Mendengar penuturan Nayoung, Wendy tak kembali bertanya. Ia juga tak suka membahas tentang masa lalu, terutama tentang Seungcheol. Karena dapat ia lihat, setiap kali nama itu melintas, kedua mata Nayoung selalu basah.
“Ngomong-ngomong, Jaehyun bagaimana?” Wendy mengalihkan topik pembicaraan.
Kali ini terdengar Nayoung tertawa geli. “Dia ada di sebelah,” jawabnya.
Wendy mengernyitkan dahinya. “Di … mana?”
“Di sebelah.”
“Hah?”
“Ia membeli rumah tepat di sebelah rumah kontrakan ini.”
Wendy terbelalak. Sejurus kemudian ia tertawa. “Astaga, nekat sekali dia.”
Nayoung manggut-manggut. Awalnya ia kira Jaehyun bercanda perihal keinginannya untuk mengikuti dirinya. Ternyata, pria itu serius. Termasuk punya tempat tinggal tepat di sebelah Nayoung berada.
“Ada pria seperti Jaehyun di sisimu, kau benar-benar beruntung, Nayoung. Dulu aku mengenalnya sebagai sosok playboy gemar pesta. Sekarang, ia berubah. Melihat apa yang ia lakukan untukmu, aku yakin sekali kalau perasaannya padamu begitu serius.”
Nayoung menarik napas lalu ikut duduk di samping Wendy. Ia manggut-manggut. “Kau benar, Wen. Aku beruntung sekali ada dia sisiku. Andai ia tak ada, entah apa yang akan terjadi padaku,” ucapnya.
“Setelah sempat berdarah-darah dengan apa yang Seungcheol lakukan, Jaehyun datang dengan harapan baru. Tadinya aku takut berandai-andai, tapi sekarang, aku tak takut lagi untuk merancang masa depan bersamanya.” Ia melanjutkan.“Kudengar kau juga sudah diperkenalkan pada orang tuanya?”
Nayoung mengangguk.
“Kereeennn. Jaehyun benar-benar sigap.” Wendy bersorak.
“Dan dia juga bersedia menunggu sampai aku benar-benar siap untuk, yeah, begitulah, komitmen yang lebih serius.”
Wendy meraih tangan Nayoung dan menggenggamnya erat. “Tidak apa-apa, pelan-pelan saja sampai semua benar-benar membaik. Aku akan selalu mendoakan untuk kebahagiaan kalian.”
YOU ARE READING
WEAK
FanfictionKau menginginkannya. Kau membutuhkannya. Kau mencintainya. Dan... Aku bukan dia. Cast : Seungcheol (Scoups) Seventeen. Nayoung (Pristin) Chayeon (DIA) Jaehyun (NCT) And others. FF ini adalah bentuk chapter dari cerpenku yang be...