"Aku tetap ingin menemui wanita itu," ucap Nayoung disela-sela kegiatan berkemas. Ia memutuskan untuk pulang ke apartemennya sendiri dan sekarang sedang mengemasi barang-barangnya yang masih berada di apartemen Wendy.
Wendy mengalihkan pandangan dari layar komputer lalu menatap sahabatnya.
"Kau pasti bercanda 'kan?"Nayoung menggeleng. "Tidak, aku serius." Ia kembali memasukkan beberapa potong baju ke dalam koper berukuran medium.
"Aku tetap ingin bertemu dengannya, setidaknya satu kali saja sudah cukup."Tatapan Wendy mengisyaratkan tanda protes. "Apa belum cukup dengan semua yang kau alami akhir-akhir ini? Kau stress, kau tertekan. Jaehyun bahkan harus bolak balik ke apartemenmu karena khawatir."
Nayoung mendesah. Menutup koper, lalu duduk di tepian ranjang sambil balas menatap Wendy. "Aku tahu ini tidak benar. Tapi aku ingin bertemu dengannya, sekali saja. Setidaknya, aku ingin melihat wajahnya, aku ingin mendengar suaranya, aku juga ingin mendengar sekelumit cerita tentang Seungcheol dari mulutnya. Dan setelah itu, aku akan menyerah. Aku akan merelakan Seungcheol untuknya dan aku janji aku akan melupakan segalanya."
Wendy ikut menarik nafas berat. "Tapi Nayoung, dengan bertemu dengannya, aku takut kau takkan baik-baik saja."
"Aku akan baik-baik saja," potong Nayoung cepat. "Ada kau dan juga Jaehyun yang senantiasa men-support diriku untuk melewati semua ini. Jadi, aku akan baik-baik saja. Percayalah padaku."
Dan Wendy hanya mampu menarik nafas pasrah, mencoba mengiyakan rencana Nayoung, walau berat.
"Tapi, Wen. Boleh aku pinjam uang? Aku belum gajian dan... kau sendiri tahu keadaan keuanganku tidak begitu bagus."
Wendy menjawab cepat, "Oke, tak masalah. Berapa yang kau butuhkan?"
"Hanya beberapa saja," jawab Nayoung kemudian.
Sebenarnya Nayoung sudah punya pekerjaan di sebuah kantor advokat sebagai staff. Tapi tetap saja kehidupannya tak bisa dikatakan mapan.
Dulu ketika ia masih berpacaran dengan Seungcheol, pemuda itu turut andil dalam menyokong biaya hidupnya.
Tapi sungguh, ia berpacaran dengan pemuda itu bukan karena uang.
Nayoung bertemu dengan Seungcheol ketika pemuda itu masih miskin, tak punya apa-apa. Berbekal rasa cinta, Nayoung mendampingi pemuda itu jungkir balik membangun usaha, merintis bisnis sedikit demi sedikit.Bahkan jika pemuda itu tetap miskin, ia akan tetap mencintainya, mendampinginya.
Karena ia adalah Seungcheol.Her man.
Her heart.
Her weakness.°°°
Nayoung membuang semua rasa sakit hati ketika datang ke sini. Ke tempat Chaeyeon.
Ketika sampai di kedai mungil milik perempuan itu, hanya terlihat beberapa tamu yang menikmati kopi dan olahan roti.Dan seolah semilir angin menerpa wajah Nayoung ketika perempuan itu bergerak lembut dan menyapanya dengan senyum ramah. Ringkih, dan rapuh. Tapi tetap saja aura kecantikan menguar dari dirinya.
Kulitnya putih bersih. Rambut sebahunya ia ikat rapi di belakang. Mata beningnya berbinar ketika berbicara. Dan lengkung bibir yang ia ciptakan manakala tersenyum, indah.
Sangat indah.
Sekali tebak, wanita inilah yang membuat Seungcheol jungkir balik.
Tak perlu bertanya, insting wanita.Nayoung menelan ludah. Benar-benar tak menyangka bahwa perempuan ini akan terlihat luar biasa mempesona.
Semua kalimat yang telah rangkai semalaman suntuk untuk ia tumpahkan, tiba-tiba lenyap tak tersisa.Tadinya ia berniat mengatakan : Hai, aku Nayoung, pacar Seungcheol sebelum dirimu. Kita sama-sama mencintai pria yang sama. Jadi bagaimana ini?

YOU ARE READING
WEAK
Fiksi PenggemarKau menginginkannya. Kau membutuhkannya. Kau mencintainya. Dan... Aku bukan dia. Cast : Seungcheol (Scoups) Seventeen. Nayoung (Pristin) Chayeon (DIA) Jaehyun (NCT) And others. FF ini adalah bentuk chapter dari cerpenku yang be...