Nine : I Love Blue

1.5K 132 80
                                    

Nayoung kembali dari tempat parkir dengan langkah gontai. Meninggalkan Seungcheol yang tampak rapuh dan berderai air mata di sana.
Lagi, rasanya ada yang berserakan di dadanya.
Sudah cukup apa yang pria itu lakukan padanya. Dan kenapa sekarang ia malah mengungkapkan bahwa Chayeon sakit?
Lalu apa yang Seungcheol harapkan darinya?

"Jae..." Nayoung memanggil serak ketika dilihatnya lelaki itu berdiri menungguinya dengan sabar  di depan pintu apartemen.

Melihat kedatangan Nayoung, Jaehyun menyambutnya dengan senyuman lembut penuh arti. Dan tanpa mengucap sepatah kata, pria itu beranjak mendekati Nayoung, merentangkan tangan, lalu memeluknya erat.
Ia tahu, hanya ini yang dibutuhkan olehnya, bukan yang lain.

Dan tak butuh waktu lama, lagi-lagi Nayoung menumpahkan isak tangisnya di sana, di dada Jaehyun.

°°°

Dua pria itu saling tatap sejenak lalu sama-sama tersenyum kaku.

"Apa aku mengganggu?" Jaehyun menyapa dengan pertanyaan. Siang itu ia sengaja berkunjung ke kantor Seungcheol. Rasanya sudah lama sekali ia tak ke sini. Biasanya ia rajin sekali menggangu Seungcheol di tempat kerjanya. Atau kadang Ia akan segera meluncur ke apartemennya. Tapi karena tahu Seungcheol tak tinggal sendirian lagi, rasanya akan sangat canggung kalau ia berkunjung ke sana.
Jaehyun sendiri tak tahu apakah persahabatan mereka masih baik-baik saja setelah apa yang terjadi.

"Tidak. Masuklah." Seungcheol seolah memberi titah pada Jaehyun yang masih menyandarkan bahunya di kusen pintu. Lelaki itu manggut-manggut sambil menyeret kakinya pelan, lalu menjatuhkan pantatnya di sofa.

"Mau minum apa?" Seungcheol bangkit, beranjak menuju lemari pendingin yang berada tak jauh dari sofa tempat Jaehyun berada.

Jaehyun menggeleng. "Tak usah, aku hanya sebentar," jawabnya.

Seungcheol terkekeh kaku, tapi tetap saja Ia mengambilkan Jaehyun minuman dari lemari pendingin di ujung ruangan.
"Atau kau butuh yang hangat? Aku bisa meminta sekretarisku untuk membuatkannya untukmu?" Seungcheol berujar sambil meletakkan dua kaleng minuman ke meja. Setelah itu, ia duduk di sofa di sisi Jaehyun.

"Tidak, ini saja sudah cukup," jawab Jaehyun sambil meraih kaleng minuman di depannya, membuka penutup, lalu menenggaknya sedikit walau sebetulnya ia tak terlalu haus.

"Jujur aku tak menyangka kalau kau akan berkunjung ke sini. Kupikir, hubungan di antara kita, well, begitulah. Tak begitu baik akhir-akhir ini." Seungcheol seolah siap memulai obrolan serius antar lelaki. Ia menyandarkan punggungnya di sandaran sofa seraya melirik sekilas ke arah Jaehyun. Pria itu menarik nafas lelah.

Jaehyun balas menatap pria itu sekilas lalu meletakkan minumannya ke atas meja.
"Nana menceritakan padaku soal Chaeyeon," ucapnya.

Seungcheol tak terlihat kaget. Ia sudah menduga bahwa perempuan itu pasti menceritakannya pada Jaehyun. Ia hanya terganggu mendengar panggilan 'Nana' untuknya.
Sejak dulu ia tak suka Jaehyun memanggil Nayoung begitu. Panggilan itu terdengar... Intim.
Dan ia benci setengah mati.

"Jadi benar kalau dia sakit?"

Seungcheol mengangguk tanpa ragu.
"Dia harus bolak balik melakukan pengobatan di Rumah Sakit," ucapnya.

"Aku turut sedih. Semoga Chaeyeon segera sembuh," ujar Jaehyun.
"Terima kasih." Kali ini Seungcheol menjawab tulus.

"Jika kau butuh dokter ataupun rumah sakit terbaik, kau tinggal bilang padaku. Barangkali saja aku bisa membantu." Jaehyun mencoba menawarkan bantuan yang sudah pasti disambut gelengan oleh Seungcheol.
"Akan kuurus sendiri," jawabnya mantap.

Keheningan menyelimuti ruangan. Jaehyun menatap kaleng minuman di atas meja, sementara Seungcheol sibuk menatap arah lain.

"Seungcheol, soal aku dan Nana..."
"Bisakah kau berhenti memanggilnya Nana?"
Kedua mata mereka bersitatap dan Seungcheol tampak emosi sekarang.

WEAKWhere stories live. Discover now