London, Januari 1879
"Tegakkan dagumu, Gabby. Tidak, jangan angkat lenganmu." Penjelasan itu terus berdengung di telinganya. Membuat Gabby ingin sekali membanting buku-buku berat yang ada di atas kepalanya.
"Laura, ini sangat berat. Aku harus menundukkan kepala agar tidak terpeleset anak tangga," keluh Gabby.
"Andalkan perasaanmu, Sayang. Kau akan baik-baik saja," ujar Laura, Duchess of Weddington.
Gabby mendesah lirih dan melanjutkan kegiatannya menuruni tangga dengan sangat hati-hati. Ia tidak ingin jatuh terguling dan mematahkan tulang lehernya. Well, Gabby yakin tulangnya sangat kuat. Namun dengan tiga buku tebal di atas kepalanya, tidak bisa dipungkiri bahwa patah tulang bisa saja terjadi.
Akhirnya Gabby mencapai dasar tangga. Membuat bahunya yang tegang lemas seketika. Dengan cepat, ia mengambil buku-buku di atas kepalanya dan menaruhnya di meja terdekat. Di sampingnya Laura tersenyum maklum menanggapi perilaku Gabby.
"Kau tidak memberiku pelajaran tata bahasa untuk menghilangkan aksenku?" tanya Gabby dengan kening berkerut.
Senyum Laura semakin lebar. "Kau ingin menghilangkan aksenmu?"
"Aku tidak ingin kehilangan jati diriku. Kau juga tidak mengubah aksenmu. Mengapa?"
"Karena suamiku mencintai cara bicaraku. Dia selalu mengancam akan membunuhku jika aku mengikuti kelas tata bahasa untuk menghilangkan aksenku," ujar Laura dengan binar bahagia di matanya. "Biar kuberi tahu satu rahasia. Pria Inggris menyukai cara bicara kita yang memanjangkan huruf vokal," lanjutnya dengan kedipan mata yang menggoda.
Kening Gabby berkerut samar. Ia tidak ingin menarik perhatian pria bangsawan Inggris. Karena Gabby tidak berencana untuk menikahi salah satu dari mereka. Di hatinya sudah ada nama Benjamin Warner. Apakah aku harus belajar tata bahasa untuk menghilangkan aksenku? Tapi Gabby tidak ingin kehilangan jati dirinya sebagai orang Texas.
Gabby menggeleng untuk menepis pikiran yang sedang berkecamuk di otaknya. Ia mendesah lelah. Dari awal kedatangan mereka pada awal bulan September di pelabuhan Southampton, mereka langsung diantarkan menuju kediaman Duke dan Duchess of Weddington di Berkeley Square. Gabby hanya diizinkan untuk beristirahat dua hariㅡsetelah perjalanan terombang-ambing di lautan selama dua mingguㅡsebelum diseret paksa oleh ibunya untuk belajar semua hal tentang Inggris dan bagaimana menjadi lady yang baik.
Banyak sekali yang harus ia pelajari dari awal. Dimulai dari sejarah Inggris yang begitu panjang dan membosankan. Gabby pikir sebagian sejarah itu sangat mengagung-agungkan bangsa Inggris. Setelah otaknya meledak oleh sejarah Inggris Raya, Laura membombardir dirinya dengan pelajaran tata krama, cara berlutut pada Ratu Victoria serta berlutut sebagai salam perkenalan bersama seorang gentlemen sudah tertanam di ingatannya
Ia juga mempelajari bagaimana menyebut seorang duke, marquess, earl, viscount, baron serta gelar baronet dan knight. Tidak boleh ada yang salah dengan tingkatannya dan cara penyebutannya. Membuat Gabby terpaksa mencatatnya untuk berjaga-jaga jika dirinya lupa karena otaknya terlalu lelah berpikir.
Gabby kembali menatap Laura yang sedang memperhatikannya dengan penuh minat. "Bolehkah aku istirahat lebih awal untuk hari ini, please?" ujar Gabby dengan nada memohon.
Mata Laura memancarkan binar memahami yang dalam. "Aku tahu ini sulit untukmu. Beristirahatlah, Sayang. Besok kita akan mempelajari cara berdansa. Suamiku akan menjadi pasangan dansamu," ujar Laura dengan tersenyum.
"Sang duke? Apa kau tidak keberatan?" tanya Gabby yang merasa aneh karena ia harus belajar berdansa seharian dengan sang duke.
"Kalau yang kau khawatirkan adalah kondisi tulangnya, kau tidak perlu khawatir. Suamiku masih mampu untuk berdansa semalaman di pesta dansa. Mengajarimu tidak akan membuatnya patah tulang. Dan dia adalah pedansa yang hebat," ujar Laura dengan tawa renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanting Earl [Completed]
Historical FictionDipublikasi pertama kali pada akun HAI2017 *** Blakely #2 Miss Gabriella Edgerton, dengan sangat terpaksa menuruti perintah ibunya untuk berlayar ke Inggris demi mencari suami seorang bangsawan. Ayahnya adalah orang kaya baru yang dikucilkan masyara...