Enchanting 5

7.2K 656 12
                                    

Pipinya merona merah karena kegiatannya. Musim dingin tidak memengaruhi semangatnya yang sempat turun karena jauh dari tanah kelahirannya dan pria yang dicintainya.

Gabby berpisah dengan Max di pintu masuk tempat mereka berjanji untuk bertemu. Sepatu luncurnya sudah ia kembalikan pada Max.

Senyum tersungging di bibirnya. Ia baru mengetahui bahwa meluncur adalah kegiatan yang sangat menyenangkan. Saat mereka tinggal di New York, Gabby tidak memiliki kesempatan untuk mencoba olahraga ini. Ia hanya menghabiskan harinya di rumah. Sangat membosankan mengingat dirinya sangat menyukai kegiatan di luar rumah.

Bibirnya masih tidak bisa berhenti tersenyum. Jantungnya belum kembali dalam detakan normal. Hatinya diselimuti perasaan bahagia. Seperti seseorang yang menikmati keindahan berbagai bunga yang mekar pada musim semi.

Gabby meluncur tanpa beban. Meski ia selalu terjatuh ketika Max melepaskan pegangannya. Hal itu tidak membuat Gabby takut dan berhenti. Ia terus berusaha menyeimbangkan tubuhnya di atas es yang licin. Dan ketika akhirnya ia bisa, Gabby terus berputar-putar di atas danau yang membeku.

Masih dengan senyum yang menampilkan satu lesung pipitnya, Gabby mengendap-endap menuju kamarnya. Matanya tidak berhenti untuk melihat ke segala arah. Ia tidak ingin siapa pun memergoki dirinya yang berkeliaran dan mengetahui kebohongannya. Juga kebohongan Emma jika ia terlihat baik-baik saja. Ia sangat bersyukur karena kediaman sang duke dilapisi karpet tebal di setiap lorong-lorongnya. Membantu langkah Gabby untuk tidak menimbulkan banyak suara tanpa perlu berjingkat.

Emma awalnya menyarankan jika mereka terkena radang dingin. Namun usul itu Gabby tolak karena ia adalah orang yang kuat. Emma juga menyarankan jika mereka harus berpura-pura pingsan, tapi saran itu akan membawa dokter ke kediaman ini dan memeriksa mereka yang sebenarnya tidak apa-apa. Juga akan menghancurkan rencana Gabby untuk menyelinap diam-diam. Lagipula, Gabby bukan wanita yang mudah pingsan. Akan sulit baginya meskipun itu hanya kepura-puraan.

Gabby tiba di kamarnya dengan selamat. Tidak ada yang melihatnya. Dan ia bersyukur atas hal tersebut. Dengan perlahan, ia membuka pintu kamarnya yang diminyaki sehingga tidak akan menimbulkan suara. Ia melongok ke dalam kamar sebelum memasukinya ketika ia hanya melihat Emma yang bergelung di atas tempat tidurnya.

Gabby menghempaskan tubuhnya ke ranjang. Membuat suara berderit yang sangat halus namun berhasil membangunkan Emma yang masih bergelung. Senyuman manis Emma menyambutnya.

"Apakah menyenangkan?" Emma bertanya.

Gabby bangkit dan memandang Emma dengan tatapan tidak mengerti. "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti."

"Kau baru saja melakukan kenakalan. Karena kau tidak segan untuk menjadikan sakit sebagai alasan untuk tidak terlihat." Senyum Emma berubah menjadi seringai. "Jadi? Apa yang telah kau lakukan? Apakah itu menyenangkan?"

"Bagaimana kau tahu?"

"Kau harus tahu bahwa ibuku juga orang Amerika. Mama tidak hanya duduk tegak di ruang duduknya untuk menghabiskan waktu. Aku yakin Mama mengetahui siasat kita. Mama tidak berkata apa-apa karena ia tidak ingin mengekang jiwa kita yang bebas," Emma menjelaskan kemudian mengedipkan matanya dengan menggemaskan.

Pipi Gabby merona. Ia menggerakkan tangannya menyapu udara. "Jadi semua ini percuma? Bibi Laura mengetahui semuanya?"

Emma tertawa senang seraya menganggukkan kepala. "Tentu saja."

"Lalu mengapa kau berpura-pura sakit jika ibumu tahu kebohonganmu?" tanya Gabby. Rona merah masih menghiasi pipi putihnya.

Emma mengangkat bahunya. "Aku hanya ingin menghindari seseorang yang menjengkelkan." Emma mengerutkan hidungnya. Terlihat benar-benar kesal. "Jadi, apa yang kau lakukan?"

Enchanting Earl [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang