Chapter 1

108 8 10
                                    

Akhir Maret, abad pertengahan.

Gadis dengan rambut pirang mudanya yang bergelombang itu duduk termenung di atas rerumputan, tanpa memperdulikan gaun nya yang terbuat dari kain sutra itu akan kotor, ia terus berkutat dengan kegiatannya saat ini.

“Apa yang sedang kau lakukan, princess?” suara baritone yang memikat itu menyadarkan sang tuan putri yang duduk sembari merenungi daun semanggi di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa yang sedang kau lakukan, princess?” suara baritone yang memikat itu menyadarkan sang tuan putri yang duduk sembari merenungi daun semanggi di tangannya. Gadis cantik itu menoleh, “Damion! Lihat ini!” gadis itu berseru gembira pada sang knight bernama Damion, seraya memperlihatkan daun yang diramalkan dapat mengabulkan keinginan.

Lelaki berambut dark brown itu menyeringai melihat kepolosan sang tuan putri, “Untuk apa daun semanggi ini, princess?” gadis itu tersenyum senang, “Aku berharap, Damion dapat mengalahkan semua musuhnya dan dapat kembali dengan selamat setelah peperangan ini..” setelah mengucapkan permohonannya, sang tuan putri mengecup daun semanggi itu.
Rasa senang dan haru timbul di hati sang knight, Damion Hosburg. Perlahan ia meraih tangan halus sang putri dan mengecup punggung tangannya pelan, “Terimakasih, Princess Rein.. Entah apa yang dapat ku ucapkan atas permohonanmu ini..” berusaha menahan dirinya sendiri untuk tidak memeluk sang tuan putri yang berharga, ia cukup mengecup tangan Rein Azalea untuk mengucapkan rasa terimakasihnya.

Hanya dengan sebuah kecupan, cukup membuat Rein merasakan perasaan bergejolak di hatinya, perasaan yang ternyata hanya akan menjadi beban di masa yang akan datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya dengan sebuah kecupan, cukup membuat Rein merasakan perasaan bergejolak di hatinya, perasaan yang ternyata hanya akan menjadi beban di masa yang akan datang. Pipinya yang merah merona setelah menerima kecupan dari Damion, membuatnya terlihat memiliki perasaan khusus pada lelaki yang telah mengabdi padanya sejak kecil. Damion pun tentu menyadari perubahan yang terjadi pada sang tuan putri.

Ingin sekali rasanya memeluk Rein, namun tentu itu adalah hal yang terlarang, bagaimanapun sang knight tidak diperbolehkan menyentuh sang tuan putri, dan akan dianggap sebagai penghinaan terhadap Kerajaan Azel.

Begitulah isi pikiran Damion, ia selalu sekuat tenaga menahan perasaan sayangnya itu pada Rein. Jika ia masih ingin berada disisi Rein dan melindunginya, ia rela berkorban untuk tidak menyentuh sang tuan putri. Dan tentu saja, Damion beranggapan bahwa Rein terlalu indah dan terlalu rapuh untuk di sentuh olehnya. Namun terkadang, ia akan menjahili Rein semaunya hingga ia puas, tanpa takut ditendang keluar dari kerajaan itu.

Kingdom of AzelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang