5. Namanya, Jessica

1.7K 266 70
                                    

Kulihat Daniel dan Lian menuju mobil, hingga membuatku harus segera pindah dari kursi kemudi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kulihat Daniel dan Lian menuju mobil, hingga membuatku harus segera pindah dari kursi kemudi. Ya, aku ingin meneruskan tidurku yang sempat terganggu. Bukan karena aku lelah, hanya saja, aku merasa dengan tidur aku bisa membuat bayangan Naya yang menyakitiku menghilang dan berganti dengan kenangan manisku bersamanya di dalam mimpi.

Mungkin kalian akan mengecapku sebagai lelaki bodoh atau lelaki lemah. Asal kalian tahu saja, aku tidak akan jadi seperti ini kalo bukan karena perbuatan Naya yang seolah menggores luka lamaku yang kemudian disiramnya perasan jeruk nipis. Dan saat luka itu kembali menganga, semakin lebar, Naya menaburinya dengan garam. Tak usah kalian bayangkan bagaimana rasanya.

Aku membuka pintu kursi belakang setelah berputar dari depan. Saat melewati Daniel dan Lian, meskipun lirih, aku bisa mendengar kalau Lian merasa takut denganku karena menurutnya aku terlihat menyeramkan. Menyeramkan katanya, Lian pasti belum tahu bagaimana kalau adikku itu dalam mode temperamennya. Daniel lebih menyeramkan dan menakutkan dibanding denganku.

Kurebahkan kepalaku di sandaran kursi setelah menutup pintu dan duduk. Kupejamkan mataku sebentar karena aku merasa sedikit pusing. Beberapa hari yang lalu, tidak ada yang beres di kantor. Untungnya, karena kantor tempatku bekerja adalah perusahaan milik Papa, kuputuskan untuk istirahat beberapa hari. Ya meskipun itu artinya aku membengkalaikan beberapa berkas yang harus ku rekap atau ku tandatangani. Toh, masih ada sekretarisku yang membantuku menangani semua.

Sudah lima belas menit perjalanan, tapi entah kenapa aku tidak bisa terlelap. Kulirik gadis yang duduk bersebelahan denganku. Wajahnya terlihat damai sekali ketika tidur. Ku akui, gadis ini cantik. Sangat cantik. Tak lama, gadis itu bersandar terlalu dekat dengan jendela dan..

DUGG!

Kepala gadis itu terantuk jendela. Namun kepalanya kembali menjauh dari jendela dan terantuk lagi. Herannya, gadis ini tak terusik sedikit pun.

DUG.

Lagi-lagi kepala gadis ini terantuk. Apa dia terlalu lelah untuk terusik tidurnya? Gadis ini benar-benar tak terjaga. Gadis ini, dia tidak mati kan?

Aku mengulurkan tanganku dan memposisikan telunjukku didepan hidungnya. Syukurlah, dia masih bernafas. Tapi kasihan kalau dia terus tidur dengan kepala yang hampir selalu terantuk ke jendela. Dengan hati-hati, aku menyelipkan telapak tanganku diantara kepalanya dan jendela mobil. Kemudian kubawa kepalanya ke tengah, bersandar di sandaran kepala kursi mobil. Baru saja aku menyandarkan kepala gadis ini, ia terantuk lagi. Memang, gadis ini sudah tak terantuk ke jendela mobil, tapi kepalanya bersandar di pundakku. Dan dengan tiba-tiba, ia menarik lenganku lalu memeluknya seolah lenganku ini semacam bantal atau guling kesayangannya.

Jujur, aku canggung. Bukan karena dia yang memeluk lenganku dan bersandar di pundakku, tapi karena aku sama sekali tak mengenalnya. Bahkan namanya saja aku tidak tahu. Namun entah kenapa, mataku jadi terasa berat. Sepertinya aku terkena butterfly effect dari gadis ini hingga aku mengantuk. Bahkan aku sempat menguap.

Marriage Phobia | 𝕱𝖎𝖓 ﹝✔﹞On RevisingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang