Inara menggerutu sebal. Matanya kini tertuju pada jam dinding yang berada di kamarnya.
Pukul 23:00.
Waktu sudah semakin malam, semakin sunyi dan pastinya semua orang dirumah juga sudah terlelap. Tapi, mata Inara masih belum mengantuk. Otaknya terus berpikir keras tentang ucapan yang dilontarkan dari Aidan tadi siang.
Sial, gue kepikiran terus omangan Aidan tadi siang! batin Inara.
Kepalanya terus menerus mengulang ulang ucapan Aidan tadi siang. Astaga, apa dia seburuk itu?. Apa Inara harus, astagfirullah bantulah hambamu ini Ya Allah.
Inara berlari, berusaha mensejajarkan langkahnya dengan cowok pujaannya. Aidan Surya Wirata. Cowok dingin, ketus tapi tampan. Cowok itu terus melangkah tanpa menghiraukan panggilan dari Inara.
"A...Aidan!" kali ini Inara setengah berteriak. Suaranya sedikit tercekat, sepertinya kehadiran Inara pun bagaikan sebuah partikel atom. Ada, tapi tidak terlihat. Namun, partikel itulah awal dan pencetus dari segalanya.
Aidan akhirnya menghentikan langkahnya. Cowok itu kelihatan menghela napasnya dengan panjang lalu berbalik menatap Inara. Tatapannya yang syarat akan rasa kesal dan benci. Cowok itu melihat Inara tapi sedetik kemudian bertindak acuh tak acuh dan kembali melangkahkan kakinya.
"Aidan!" Inara mencekal tangan Aidan membuat cowok itu berdecak kesal dan langsung melepaskan cekalan Inara.
"Apa?! Mau lo apa?!" Aidan kini beralih menatap Inara. Matanya sudah berkilat emosi.
"Hmm" Inara menimang nimang, cewek itu kelihatan berpikir lalu sedetik kemudian tersenyum sumringah ke arah Aidan.
"Gue mau lo jadi bapak dari anak anak gue!" ucapnya tanpa rasa bersalah dan raut wajah tanpa dosa.
Sedetik kemudian Aidan langsung melemparkan tatapan membunuhnya ke arah Inara. Cewek itu sudah benar benar gila. Tiga hari lalu mengumumkan bahwa dirinya adalah milik Aidan. Dan, hari ini ia ingin dirinya menjadi bapak dari anak anaknya. Hell!
Astaga, cewek dihadapannya dikasih makan emaknya apaan sih?. Katanya pinter, tapi otaknya gak waras. Jadi, apa anak Aidan bila menikah dengan Inara. Waw, tidak terbayang. Yang, pastinya akan mengerikan.
"Cih!" desis Aidan.
"Ngaca! Sebelum muka lo secantik Selena Gomez gua gak bakal ngelirik lo" ucap Aidan disertai seringai diwajahnya.
Ucapan Aidan adalah hal mutlak. Mutlak tidak akan terjadi pada diri Inara. Jangankan Selena Gomez, menyamai wajah Kaelyn saja Inara sudah kalah telak.
Inara langsung menundukkan pandangannya. Ucapan Aidan bagaikan tolak ukur yang diibaratkan sulit bahkan mustahil untuk dilakukan oleh Inara.
Tapi, apa salahnya?. Berubah demi pujaan hati?.
"Gue bakal berubah! Gue bakal buktiin ke lo!" teriak Inara.
Mata Inara mengerjap beberapa kali. Cewek itu baru sadar apa yang ia ucapkan tadi siang. Berubah? Astaga, mau diapain juga muka Inara gak bakal berubah. Toh, mukanya kebagian gen jelek dari sang Papa.
Tuhan tak adil, kenapa dirinya ini bagaikan duplikat ayahnya. Pinter sih, tapi untuk masalah penampilan astaga. Kenapa dia tidak mengikuti wajah Mamanya saja sih?!.
"Arrghhh" Inara menggeram frustasi.
"Gua harus gimana?"
"Astaga!"
"Mama!!!"
"Inara rasanya mau reinkarnasi saja!!"
Inara berteriak teriak histeris. Otaknya sudah semakin geser akibat Aidan. Salahkan saja Aidan, kenapa cowok itu memiliki pesona yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIDAN
Teen Fiction" karena ngeliat lo dari kejauhan itu ga enak ". Inara Resty Pramesty. Cewek berumur enam belas tahun yang sudah hampir setahun menjadi secret admirer. Tujuannya hanya satu melihat Aidan walau hanya dari jauh. Semuanya kelihatan mustahil. Aidan yang...