Prologue

27.9K 1.1K 14
                                    

"Ehegh...ehegh....ehegh... hikshiks...hhhaaahh..." Ayra menangis sejadi-jadinya di kamar mandi. Dia memutar keran shower dan keran air bak mandi agar suara tangisnya tidak sampai terdengar keluar.

Dengan pakaian lengkap di duduk di lantai kamar mandi sambil air shower membasahi tubuhnya.

Ayra merasa kotor, jijik pada dirinya sendiri. Selama 26 tahun hidupnya dia tidak pernah membenci dirinya sebesar saat ini. Ayra meremas ujung rok pensilnya sampai tangannya merasa sakit.

Tok..tok..tok... suara ketuan pintu terdengar.

"Ayra.... Ayra... kamu tidak apa nak? Mami khawatir Ayra."

Dengan segera Ayra bangkit lalu melepas pakaiannya dan mengenakan handuk, namun saat melihat di cermin ada tanda merh bekas hisapan dan gigitan di area dadanya Ayra segera mengambil handuk lagi untuk menutupi dadanya.

Ayra menepuk pelan wajahnya yang terasa aku dan lengket karena menangis.

Cklek...

"Ya Mam..." ucap Ayra menatap wanita awal 50 tahunan.

Wanita bernama Seroja tersebut memperhatikan wajah menantunya dengan cemas.

"Kamu tidak apa-apa nak? Begitu pulang kamu langsung masuk kamar, kamu bahkan tidak menemui Aryana. Apa kamu gagal lagi mendapat pekerjaan?"Seroja memperhatikan wajah sembab Ayra.

"Kamu jangan cemas nak, uang tabungan Mami masih ada kok. Kalau perlu kita jual rumah ini dan membeli rumah yang kecil dan sederhana saja. Kkta bisa buat usaha kue kering misalnya. Kamu tidak harus bekerja Ayra..." ucap Seroja cemas.

"Mam... Ayra sudah dapat pekerjaan. Jadi sekretaris, di kantornya Mas Aryo yang dulu. Sekarang perusahaan Mas Aryo sudah ganti pemilik. Ay...Ayra sudah tanda tangan kontrak kok Mam, 2 tahun. Gajinya juga besar, Ayra bisa nabung untuk biaya sekolah Aryana. Ayra hanya lelah Mam jadi tadi langsung mandi."

"Benarkah? Mami khawatir nak. Mami cemas kamu tidak seperti biasanya. Jangan terlalu menyusahkankan dirimu. Alm.Aryo pasti tidak akan tenang di alam sana jika tahu istrinya kesusahan." Seroja menangkup wajah Ayra lalu menghapus pipinya karena air mata meluncur di wajah menantunya yang cantik tersebut.

Ayra mencengkeram kuat handuk di pundaknya. Dia merasa bersalah karena tidak jujur pada wanita yang sudah seperti ibu baginya tersebut.

"Enggak apa-apa Mami... tapi, Ayra titip Aryana dulu ya..."

Mertuanya mengangguk. Setelah wanita itu pergi Ayra menutup dan mengunci pintu kamarnya.

Dia kembali ke kamar mandi, melepas handuk, menghidupkan keran shower lalu mengambil cairan pembersih kewanitaan.

Air mata kembali menetes di pipinya saat ia membersihkan area mahkotanya. Terbayang kejadian beberapa jam lalu yang menghancurkan harga diri dan mengoyakbperasaannya....

FLASH BACK ON

Ayra berdiri mematung di hadapan seorang pria tampan penuh pesona. Bukan karena terpesona tetapi karena pria itu adalah seseorang yang sangat tidak asing baginya.

Keringat dingin di tengkuknya karena merasa bodoh menandatangani kontrak kerja tanpa bertanya siapa pemilik perusahaan alm.suaminya tersebut yang bangkrut setelah suaminya meninggal.

"Kamu?" Katanya mengerutkan kening.

Senyuman yang tampak seperti seringaian iblis terlukis di wajah tampan pria tersebut.

"Senang bertemu denganmu Ayra..." pria tersebut berjalan mendekati Ayra membuat Ayra waspada.

Namun Ayra benar-benar tidak menyangka kewasadaannya bernilai nol.

JAMU-(janda muda)-AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang