Bab. 4

15.8K 904 10
                                    

Penderitaan membuat kita menghargai apa itu kebahagiaan...

-
-
-

Ayra lelah sekali, pekerjaan yang diberikan padanya ternyata tidak segampang bayangannya.

Kakinya terasa lelah dengan heels 10cm. Alex ternyata pria workacholic. Entah sejak kapan dia jadi orang yang gila kerja. Mengikuti semua kegiatan Alex membuat Ayra kelelahan.

Seingatnya dulu Alex tidak terlalu perduli dengan pendidikan di bangku perkuliahan tetapi melihat cara kerjanya saat ini Ayra yakin kalau Alex pasti pria gila kerja.

Ayra melirik jam tangannya, pukul 4 sore. Jam kerjanya habis. Dia lalu bersandar di kursinya dengan mata terpejam.

Dia membuka sepatu hak tingginya lalu melemaskan ototnya. "Pria brengsek itu pasti sudah pulang...." katanya lalu menutup mata istirahat sejenak. Ayra tidak ingin terlihat lelah saat pulang ke rumah nanti.

Beberapa menit berlalu dan... hmmm... Ayra merasa sangat nyaman. Kakinya seperti sedang di pijat... rasanya menyenangkan. Mimpinya terasa seperti nyata.

Namun saat Ayra merasa kalau semuanya semakin nyata dia membuka matanya. Refleks dia menarik kakinya lalu bangkit berdiri.

"Mau apa kamu? Bukannya kamu sudah pulang? Ini sudah jam 4?"tanya Ayra terkejut. Dia mendapati Alex berlutut dan memijat kakinya.

"Aku tidak mungkin pulang sementara wanitaku kelelahan disini sendirian. Ayo, ku antarkan pulang. Kamu terlihat sangat kelelahan." Ayra menepis tangan Alex saat pria itu ingin menggandengnya.

"Jangan sentuh aku." Ucap Ayra kasar.

"Itu tidak benar Ayra. Aku akan menyentuhmu dan tidak ada siapapun yang akan melarangnya. Aku sudah mengklaim dirimu menjadi milikku maka akan ku lakukan sesukaku." Dengan mengacuhkan penolakan Ayra, Alex menggenggam jemarinya lalu berjalan keluar ruangan pria itu.

"Apa yang kamu lakukan? Aku bisa jadi bahan gosip jika kamu menggenggam jemariku begini?" Tolak Ayra tetapi langkah Alex pasti tak terbantahkan.

"Aku bahkan bisa melakukan lebih dari ini Ayra. Mau ku buktikan?" Alex menatap tajam mata Ayra membuat wanita itu merasa kalau ancaman Alex bukan sekedar gertakan biasa.

Ayra diam dan pasrah mengikuti Alex keluar dari ruang Khusus CEO. Mereka berjalan menuju lift khusus pemilik saham.

Alex, mampu membuat kaum hawa terpesona hanya dengan dirinya saja, tak perlu embel-embel mobil mewah atau harta benda yang memang dimilikinya, wajah dan tubuh nya saja sudah pasti membuat para perempuan tertarik. Tidak heran sejak dulu banyak wanita disekitarnya, salah satu hal yang membuat Ayra mundur perlahan dan berpindah hati pada Aryo.

Ayra yang bergandengan dengan Alex, pria nomer 1 di Perusahaan tersebut tentu saja menarik perhatian banyak orang khususnya kaum hawa.

Alex diketahui gagal dalam pernikahan sebanyak 2x, padahal istrinya benar-benar cantik dan modis. Karena perceraian tersebut dia bahkan semoat disebut memiliki kelainan alias gay. Namun keintimannya yang tak pernah lepas dari wanita cantik dan seksi mematahkan gossip murahan tersebut.

Mantan istrinya yang pertama adalah seorang putri pengusaha terkenal Lillyana Agatha dari Agatha's industris and corporation, hanya bertahan 5 bulan lalu cerai. Tidak sampai setahun menduda dia menikahi model cantik Sarah Lavenya, perempuan berdarah Swedia-Jepang-Indonesia. Bertahan 1 tahun lebih dengan istri keduanya hingga akhirnya bercerai kembali.

Dan sekarang, secara terang-terangan Alex bergandengan dengan asisten pribadinya yang baru sehari bekerja tentu membuat gosip menyebar lebih cepat dari yang Ayra fikirkan.

Wajah Ayra bersemu merah, dia malu. Dia merasa jarak ruangan Alex menuju loft sangatlah jauh, ditambah tataan menusuk para karyawan wanita lainnya.

Ting. Lift terbuka dan Alex berjalan santai membawa Ayra masuk lift turun dari lantai 12 menuju lobi.

"Lepaskan tanganku sekarang." Ucap Ayra. Alex menarik tangan Ayra membuatnya otomatis merapat ke tubuh kekar pria itu.

Aroma tubuh Alex khas pria maskulin. Sangat harum meskipun sudah bercampur keringat karena seharian bekerja. Brengsek. Alex benar-benar musuh kaum hawa.

"Alex lepas-"

Bibir Ayra dibungkan oleh sentuhan lembut dan basah bibir Alex. Mencium lembut dengan sedikit hisapan di bibir bawah Ayra. Ayra berontak mendorong tubuh pria itu kuat dan Alex menurut melepas ciumannya namun tidak genggamannya pada jemari Ayra.

"Jika terus protes aku akan melakukannya di depan banyak orang Ayra."

Ayra memberi tatapan membunuh pada Alex. Pria itu tersenyum.

Ting. Lift terbuka dan mereka keluar menuju lobi lalu teras kantor. Alex membuka pintu mobil yang sudah terparkir di depan kantor. Setelah memastikan Ayra masuk dia pun ikut masuk.

Setelah menyebutkan sebuah nama tempat supir melajukan mobil. Ayra memilih pasrah. Menolakpun terasa sia-sia karena Alex sangat pemaksa.

****

Tempat yang dimaksud Alex adalah sebuah departemen store khusus anak. Ayra mengernyit saat Alex memilih sebuah boneka Tweety berukuran cukup besar, bahkan kepalanya lebih besar dari kepala Ayra.

'Untuk siapa pria ini membelinya?' Fikir Ayra. Sebenarnya dia naksir juga pada pilihan Alex tersebut, putri kecilnya pasti sangat gembira jika Ayra membelikannya. Namun, saat ini Ayra tidak memiliki uang. Dia harus berhemat. Sangat.

Dan benar saja, harganya memang sangattt mahal bagi Ayra. Bisa beli beras 2 bahkan mungkin 3 karung. Huhhh...

Setlah membayar di kasir Alex menarik tangan Ayra lalu mengajaknya kembali masuk mobil.

"Aku harus cepat pulang Alex. Persetan kamu mau belanja atau apa yang pasti aku harus pulang. Aryana pastu sudah me-"

Alex yang sudah duduk di mobil disebelah Ayra kembali menemplkan bibirnya pada bibir Ayra. Hanya kecupan. Lalu Alex menatapnya lembut.

"Kamu semakin cerewet setelah menjadi seorang ibu. Aku yakin jika kita punya anak nanti dia juga akan seberuntung kakaknya Aryana punya ibu yang sangat perduli pada anaknya." Ucap Alex.

"Jalan Pak..." ucapnya pada supir.

"Aku tidak akan mau jadi ibu dari anakmu." Ucap Ayra. Alex tak merespon.

Sial. Ayra kesal. Dia menarik nafas kasar dan membuang tatapannya keluar jendela.

Ayra menatap arah tujuan mereka, rumahnya. Tidak. Alex tidak mungkin nekat mengantarnya ke rumah bukan? Ada ibu mertuanya, anaknya juga tetangga yang pasti akan bergosip tentangnya.

"Alex... kamu tidak akan mengantarku ke rumah kan?" Ayra panik. Senyuman Alex yang sangat mengesalkan Ayra tersebut muncul di wajah tampannya.

"Alex!!!" Serunya.

------TBC-------


Ayooo... di VOTE and COMENT yaaa.... kayaknya fokus ini dulu deh dari pada cerita lainnya.

See you next part.

JAMU-(janda muda)-AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang