Bab. 15

12.6K 727 11
                                    

Alex menggenggam erat jemari Ayra seolah takut jika tangan itu terlepas. Mereka berjalan tanpa memakai alas kaki membentuk jejak kaki di pasir.

Alex sangat bahagia. Amat Sangat bahagia. Wanita yang selama ini dia impikan, wanita yang pernahbia relakan bersama pria lain. Wanita yang ia perkosa. Wanita yang dipaksa berada di sisinya.

Wanita itu di sisinya kini. Bersama dengannya tanpa paksaan apapun, tapi perjuangannya belum selesai.

Ini bahkan baru tahap awal dari perjuangan Alex yang sebenarnya. Dia butuh cinta Ayra untuk memulai perjuangan yang sebenarnya.

Keluarga besarnya. Alex yakin benar jika keluarganya pasti tidak akan pernah menerima Ayra terutama Aryana dengan mudah.

Aryana tampak bahagia bermain pasir di pinggiran pantai Ancol di temani Seroja. Raka memilih duduk sendirian di pinggir Pantai sambil menikmati air kelapa muda.

"Kamu enggak bicara apapun setelah lamaran gila mu tadi? Apa kamu berubah fikiran?"

Alex melirik wanita disebelahnya tanpa melepas kaca mata hitam yang bertengger di hidung mancungnya sambil tersenyum irit.

"Aku belum mendengarnya Ayra."

Kening Ayra berkerut.

"Apa?"

"Pernyataan cintamu." bisik Alex tanpa melepas genggaman tangan mereka.

Ayra merona. Dia tidak ingin menyatakannya pada Alex. Rasanya memalukan karena pada akhirnya dia memang tak bisa menolak pria itu. Dia mencintai Alex sejak awal. Mengubur perasaan tersebut lama, menemukan cinta yang lain dalam diri almarhim suaminya, namun saat ini perasaan dulu terasa semakin menguat.

"Apa? Kurang keras Ayra..." ucap Alex padahal Ayra belum mengatakan apapun. Alex sengaja memancing Ayra namun gagal. Dia tertawa tanpa suara memamerkan wajah bahagianya pada wanita pujaannya.

"Apaan sih... Udah deh enggak usah aneh...?" Ayra merona seperti abege belasan tahun.

Aneh rasanya ketika merasakan jatuh cinta lagi. Padahal usianya sudah 26 tahun lebih namun dia masih merasa malu-malu sekarang.

Alex bergeser ke belakang Ayra tanpa melepas tangan kiri Ayra dari genggaman tangan kanannya lalu memeluk Ayra dari belakang dan berhenti menatap hamparan lautan.

"Aku sungguh ingin mendengarnya. Terutama saat kita hanya berdua di ranjang." goda Alex

Bulu kuduk Ayra meremang dengan hembusan Alex dekat telinganya. Sesuatu dalam dirinya berdenyut. Ah... Ayra merasa dirinya sangat murahan sekarang.

"Dasar mesum. Ujung-ujungnya ranjang." ucap Ayra memutar bola matanya.

Alex mengecup puncak kepala Ayra gemas dan kembali memeluknya.

"Aku belum melihatmu haid bulan ini. Bulan lalu kamu haid sekitar tanggal 7. Ini bahkan sudah tanggal 20. Apa aku salah hitung?"

Pertanyaan Alex membuat Ayra tertegun. Ya benar. Karena terlalu fokus dengan penolakan hatinya pada Alex dia sampai lupa jadwal menstruasinya.

"Aaa.. Emmm iya. Aku sudah haid bulan ini. Aku tidak mungkin melaporkannya padamu kan?" ucap Ayra sedikit gugup. Ayra berbohong.

Ayra menduga 'sesuatu' saat ini, sungguh ia tak ingat sudah telat beberapa hari. Dia tak pernah telat haid kecuali saat hamil Aryana namun ia tak ingin terburu-terburu membuat kesimpulan.

"Benarkah? Bukankah aku memperkosamu hampir setiap hari? Hmmhh... Sayang sekali. Padahal aku ingin sekali memiki seseorang yang berasal dari rahimmu. Aku sudah memiliki satu, Aya... Tapi aku juga ingin milikku ada di sini, tumbuh dan lahir dari sini..." Alex mengusap perut rata Ayra.

JAMU-(janda muda)-AYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang