Gadis itu sudah duduk di situ, di halte bus, selama sepuluh menit terakhir. Dan selama itu pula, ia terus menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, berharap lelaki yang akan menemaninya ke pesta nanti segera datang. Tapi hingga saat ini, belum ada tanda-tanda kedatangan lelaki itu. Bahkan batang hidungnya pun belum terlihat.
Yana melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan sebelah kirinya, lalu mendesah. Kalau lima menit lagi lelaki itu tidak juga datang, bisa-bisa mereka akan ketinggalan bus. Dan itu artinya, mereka harus menunggu bus selanjutnya, dan sudah pasti mereka akan terlambat datang ke pesta.
Ia bergumam dalam hati, kalau lelaki itu nanti datang. Ia akan habisin lelaki itu, biar tahu rasa.
Tidak lama kemudian, lelaki yang sudah sedari tadi Yana tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
"Maaf, aku terlambat, ya?" ucap lelaki itu dengan napas terengah.
Yana sudah menarik napas dalam dan bersiap-siap memberikan serentetan kata-kata manis nan bijak pada lelaki itu. Tetapi, keinginan besar itu menguap begitu saja ketika ia mendongak menatap lelaki yang saat ini berdiri di hadapannya itu.
"Yongdae..."
"Ne? Maaf aku terlambat, tapi kita tidak ketinggalan bus, kan?" tanya Yongdae pada Yana, ia takut Yana akan marah padanya.
"Kau Yongdae...?" Yana balik bertanya pada Yongdae, sedangkan yang diberi pertanyaan hanya mampu mengerutkan keningnya.
Ada apa ini? Apa Yana amnesia? Atau terkena alzheimer?
Dan Yana masih saja asyik bermain-main dengan pikirannya sendiri. Ia merutuki dirinya sendiri yang saat ini sangat terpesona dengan Yongdae. Bagaimana tidak? Yongdae yang biasanya adalah bocah berseragam SMA, sekarang sudah seperti lelaki dewasa. Mengenakan kemeja berwarna biru langit, celana kain berwarna hitam, dan juga sepatu mengkilap dengan warna senada.
"Noona, Yana Noona. Gwaenchana?" tanya Yongdae sambil menggerakkan sebelah tangannya tepat di depan wajah Yana.
Hal itu membuat Yana tersadar dan kembali ke dunia nyata. Ia berdehem singkat sebelum akhirnya berkata, "Gwaenchana. Ayo duduk dulu, sebentar lagi bus pasti akan tiba."
Yongdae mengangguk, lalu ikut duduk di sebelah Yana. Ia terus memperhatikan Yana, sepertinya ada yang aneh dengan gadis itu. Tapi apa? Ia masih memikirkan hal itu sambil mengamati dengan seksama wajah Yana.
Yongdae mencoba untuk menahan seulas senyum yang hampir saja terukir manis dari bibirnya. Ia menemukannya. Iya, Yongdae menemukannya. Wajah Yana memerah semenjak Yongdae datang tadi. Apakah Yana terpesona padanya? Oho, Lee Yongdae, kau percaya diri sekali.
Yana yang menyadari bahwa Yongdae terus memperhatikannya sedari tadi, melirik sekilas. "Wae?" tanyanya pada Yongdae.
Yongdae menaikkan alisnya, "Apa?"
"Kenapa kau terus memperhatikanku dari tadi? Apa aku terlalu cantik sehingga kau terpesona padaku?" Yana mendecakkan lidah ketika menyadari ia telah mengambil langkah yang salah. Ugh, pasti bocah itu akan membalikkan kata-katanya.
"Apa kau tidak salah, Miss Library? Bukannya kau yang saat ini terpesona padaku, hmm?" tanya Yongdae dengan ekspresi wajah menggoda.
Dan sekali lagi, Yana mengutuk dirinya sendiri karena dengan bodohnya memancing di air keruh. Lihatlah sekarang. Benar 'kan bocah tengil itu membalikkan kata-katanya?
Yongdae sudah tertawa keras karena melihat Yana yang tidak bisa berkutik. Sedangkan Yana hanya mampu melirik kesal Yongdae. Untungnya, bus yang sudah mereka tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Dengan cepat Yana berdiri, lalu dengan sengaja menginjak kaki Yongdae, dan kemudian dirinya segera naik ke bus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Library Of Love (Yongly Version)
FanfictionLiliyana Kim seorang petugas perpustakaan di pusat kota ditaksir oleh berondong SMA ??? Nb : Cerita ini sebelumnya dibikin dengan cast Yongshin Couple. Jadi kalau ada yang pernah baca. Ini bukan plagiat yah. Ini memang hasil karya saya yang sebelumn...