Part 11 (Ending) : Akhir yang Bahagia?

242 20 3
                                    

Yana mendongak menatap Yongdae yang saat ini juga menatapnya dengan tajam. Ia hanya mampu terdiam, terpaku, seluruh tubuhnya terasa kaku. Bahkan untuk menarik napas pun ia butuh tenaga ekstra. Hanya satu bagian tubuhnya yang bisa bergerak.

Kelopak mata.

Iya, kelopak mata.

Saat ini, Yana hanya mampu mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, bahkan dirinya benar-benar tidak tahu. Yana langsung tergelak ketika Yongdae menundukkan badan dan mendekat ke arah wajahnya. Dan sekarang, Yana tahu apa yang harus ia lakukan.

Ia memejamkan matanya karena sudah tidak sanggup lagi membalas tatapan Yongdae. Bahkan kini dirinya bisa merasakan deru nafas Yongdae di wajahnya. Saat ini yang mampu ia lakukan hanya memejamkan mata, sembari menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Hanya itu.

Samar-samar, Yana mendengar Yongdae berbisik. "Apa yang kau pikirkan, Miss Library?"

Dengan cepat, Yana langsung membuka mata dan begitu tercengang karena melihat Yongdae sudah memasang wajah super menyebalkan, miliknya.

"Kau..."

"Aku mau menaruh buku ini." ucapnya sambil menaruh buku tepat di sebelah kiri Yana. "Tapi, kau malah bertingkah aneh dengan memejamkan mata. Sebenarnya apa yang kau pikirkan?" tanya Yongdae pada Yana yang saat ini wajahnya sudah seperti kepiting rebus. Yongdae langsung menutup mulut dengan telapak tangannya. "Oh, apa kau mengira aku akan menci–Aww..."

Ucapan Yongdae terpotong karena baru saja Yana menginjak kakinya dengan keras. "Jangan berpikir macam-macam, arraseo?" kata Yana sebelum akhirnya pergi meninggalkan Yongdae yang sudah cekikikan.

Yana mengacak-acak rambutnya, dan terus mendumel tidak karuan. "Argh, kenapa aku selalu mempermalukan diriku di depannya, eoh? Ah, eottohke?"

* * *

Hari ini Yana lembur, sehingga dirinya baru pulang jam setengah sepuluh malam. Yongdae mengantar Yana pulang ke rumah, mengingat kejadian di malam itu. Dimana Yana diganggu oleh dua preman yang menyeramkan.

"Kau benar-benar sudah memaafkanku, kan?" tanya Yongdae memecah keheningan.

Yana menoleh menatap Yongdae sambil tersenyum manis. "Apa kau masih butuh jawaban?" Yana balik bertanya.

Yongdae yang melihat kembali senyuman manis Yana langsung menggelengkan kepalanya. "Aku tidak butuh jawaban." ucapnya sambil ikut tersenyum. Menyadari kekonyolan itu, mereka berdua langsung tertawa.

Selama di perjalanan sepanjang jalan kompleks itu, mereka bercerita banyak hal. Dan saling mengejek seperti biasa. Bahkan mereka juga membicarakan kembali tentang kejadian bersama preman-preman malam itu.

"Cha, sudah sampai." ucap Yongdae.

"Hmm, terima kasih." Yana baru saja hendak berbalik ketika tiba-tiba Yongdae memanggilnya.

"Miss Library."

Yana mendongak, menaikkan kedua alisnya. "Ada apa?"

Bukannya menjawab, Yongdae malah menoleh ke kanan-kiri, tidak jelas. Ia seperti orang yang salah tingkah. Dan Yana semakin heran dengan Yongdae yang hari ini selalu saja bertingkah aneh. "Ada apa, Yongdae?"

Yongdae menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya yang entah kenapa menjadi gugup luar biasa seperti ini. "Hmm, itu... eee... a-aku."

Ia kembali menarik napasnya dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan, lalu diikuti dengan deheman singkat. "Hmm, aku benar-benar menyukaimu, Miss Library. Aku benar-benar mencintaimu. Aku tahu, ini bukan kali pertama aku mengatakannya padamu. Tapi, aku benar-benar ingin mengatakannya lagi padamu. Aku ingin kali ini kau percaya padaku. Aku tahu, waktu itu kau menolak karena alasan aku masih sering bersikap kekanakkan, dan aku menyadari hal itu. Tapi, aku akan berusaha untuk bersikap lebih dewasa lagi. Aku akan–"

Library Of Love (Yongly Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang