"jika kenangan itu penting
maka kenangan itu akan menjadi ingatan,
bukan hanya menjadi kenangan untuk dilupakan
Dan jika memang jodoh maka nantinya
Tuhan akan mempertemukanku dengan dia,
disaat yang tepat, disaat yang indah"
Waktu terasa begitu cepat berlalu. Aku telah terdaftar menjadi mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di daerahku. Beberapa teman-temanku ada yang melanjutkan studinya juga serta ada yang mau langsung bekerja, si Chan mengejar impiannya ke Jakarta untuk menjadi seorang pramugara, Prisil melanjutkan studinya begitu pula Okta, Risa berencana untuk mencari pengalaman bekerja.
Aku masih teringat hari terakhir kami sebagai siswa/i SMA, ketika pengumuman kelulusan yang mana sekolah kami lulus 100%, kami begitu bersuka cita merayakan hari bersejarah itu.
Sebagaimana budaya anak SMA lulusan di sebagian daerah Indonesia, kami juga merayakan dengan menandatangani masing-masing baju teman serta tulisan-tulisan yang berisi kesan pesan kepada teman tersebut yang akan menjadi kenangan indah di masa SMA untuk kami dimasa depan.
Katanya masa kuliah adalah masa-masa transisi, masa peralihan dari diatur menjadi mengatur, dari abu-abu menjadi warna-warni. Masa transisi yang besar yang akan membentuk pola pikir dan pribadi kita, tempat untuk mencoba segala hal. Aku berusaha untuk memulai masa kuliah ini dengan mimpi dan semangat baru, meninggalkan semua kenangan buruk, mengubah kenangan-kenangan indah yang ada menjadi ingatan dan berusaha membuat kenangan-kenangan indah yang lain.
Di tahun pertamaku, aku mencoba membuka energi baru, aku menyukai seseorang. Dia orang yang baik dan aku sangat peduli dengannya, namun entah kenapa lama kelamaan rasa itu sedikit demi sedikit memudar dengan sendirinya.
Aku berdalih dengan memikirkan bahwa mungkin itu hanya perasaan kagum sesaat saja, atau hatiku yang belum siap untuk mencoba kembali atau aku terlalu takut untuk memiliki perasaan itu lagi serta takut tersakiti lagi.
Hingga semester-semester berikutnya aku belum pernah benar-benar menyukai seseorang seperti halnya pada Risa dahulu. Mungkin terjadi semacam trauma, semacam perasaan bahwa tidak ada orang mungkin benar-benar menyukaiku, jadi buat apa membuang banyak energi untuk hal yang nyatanya hanya menimbulkan penyakit saja, ya perasaan semacam itu.
Namun sulit juga terpungkiri terkadang Risa masih saja sering meyusup kepikiranku, terlebih sesama teman SMA kami masih saling kumpul pada momen-momen penting seperti acara ulang tahun salah satu teman atau hanya kumpul buat kangen-kangenan semata.
Teman-temanku masih sering mengukit-ukit perihal hubunganku dengan Risa, seolah seperti mencoba menjodohkan kami kembali, hubungan kami memang tidak sebaik dahulu kami jarang untuk saling berinteraksi baik secara langsung, melalui sms ataupun hanya dengan social media, sejak semua insiden yang terjadi diantara kami semuanya menjadi terasa canggung bahkan hanya untuk memulai percakapan layaknya teman-teman kami yang lain.
Di tahun keempat di Universitas, aku telah disibukkan oleh kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penelitianku dan proses untuk mendapatkan gelar sarjana, sejenak semua terlupakan, hingga akhirnya sebuah pesan masuk di inbox social media yang kupunya, dari Risa.
Semula hanya berawal dari sapaan hingga gurauan-gurauan tentang bagaimana sombongnya satu sama lain saat ini, karena kami telah jarang berkomunikasi, Risa saat itu telah berada di Jakarta.
Aku sempat memancing Risa dengan menanyakan perihal janji yang kami buat saat SMA dulu, janji setelah UN berakhir, aku seperti sulit untuk melepas dia pada saat-saat seperti, saat-saat mengenang masa lalu. Namun Risa tampak tidak mengingat semua itu,
"Ya ga apa-apa, kalau Risa ga ingat berarti itu bukan sesuatu yang penting" balasku saat kami chating-an, namun Risa tampak masih berusaha mengingat dan memaksaku memberitahunya janji apa yang kami pernah buat dulu, namun aku bersikeras untuk tidak memberitahukannya karena menurutku jika kenangan itu penting maka kenangan itu akan disimpan menjadi ingatan, bukan hanya menjadi kenangan untuk dilupakan.
Aku dikagetkan dengan salah satu pesan yang Risa kirim jauh setelah beberapa bulan kami tidak pernah berhubungan lagi, sebuah pernyataan yang membuat bekas luka lama terbuka kembali, "apa yang Riko lakukan sama Risa, kenapa Risa sulit sekali untuk dapat melupakan Riko seutuhnya" aku hanya menanggapi pesan tersebut dengan nada gurauan dengan menanyakan apa maksudnya, walaupun sebenarnya didalam tampak terasa luka lama mulai menyebar lagi.
Risa menjelaskan tentang bagaimana selama ini dia tidak pernah benar-benar bisa melupakanku, bahkan saat dia telah memiliki pengganti, aku tahu dia telah beberapa memiliki hubungan lain setelah hubungan kami berakhir.
Hingga pada suatu momen aku mengirimkan pesan aneh yang entah bagaimana bisa aku sampaikan bahwa bagaimana jikalau aku dan Risa bisa balikan lagi, Risa membalas dengan mengatakan bahwa hubungan LDR adalah hubungan yang sulit terlebih kami tidak bisa memastikan kapan kami bisa bertemu lagi, akal sehatku kembali, aku cepat-cepat meralat pesan yang ku kirim tersebut, itu adalah pernyataan bodoh, pernyataan bodoh yang berasal dari ego yang memuncak.
Saat ini kami telah kembali jarang berhubungan, aku tampak kelelahan juga dengan suatu hubungan. Aku seperti lelah untuk mencoba, seolah-olah menyerah bahwa jika memang jodoh maka nantinya Tuhan akan mempertemukanku dengan dia. Disaat yang tepat, disaat yang indah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Americano Full Cream
Teen FictionPengalaman cinta pertama memberikan banyak rasa yang dapat diceritakan, mulai dari mengungkapkan perasaan yang lama terpendam, sakitnya putus cinta, dan bagaimana besarnya kesan cinta pertama yang sulit untuk dilupakan. Riko dengan segenap tenaga ya...