Sabtu yang cerah di bulan Mei untuk menghabiskan akhir pekan berkualitas di kapal mewah yang berlayar—dan yang paling penting, ada wanita pujaanmu di sini. Aku membawa The Morgan menjauhi dermaga dengan kecepatan lambat agar bisa menikmati suasana, sekaligus untuk mengantisipasi kalau-kalau ternyata Becky mudah mabuk laut.
"Aku tidak tahu kau bisa mengemudikan kapal ini," kata Becky di sampingku. Sedaritadi ia memperhatikanku, bagaimana aku memutar stir, bagaimana aku menekan panel-panel rumit di kemudi. Aku menyukai Becky yang seperti itu.
Aku bersumpah ini adalah hal paling romantis yang kulakukan bersama seorang wanita. Aku mengemudikan kapal dan wanitaku mendampingi di sampingku. Mungkin nantinya kami akan saling bercerita dan bertukar pikiran merajut masa depan...
Siapa yang tahu?
Belum pernah aku melakukan ini bersama seorang wanita. Hanya Becky. Well, Vanessa jelas tidak akan menganggap menarik menghabiskan akhir pekan di Great South, dia praktis akan memilih Paris atau London atau Hawaii atau Georgia atau mana saja yang jauh dari Negara Bagian New York. Tapi Becky sepertinya menikmati ini. Aku menyukai kesederhanaannya yang mana sekarang sangat sulit mendapatkan wanita yang tidak mengukur suatu hal dari materi.
Bukan berarti aku pelit. Jika Becky meminta dunia, maka aku akan memberinya karena aku mencintainya. Hanya saja, aku penggemar berat kegigihan pribadinya yang sederhana dan mau bekerja keras.
"Aku bergerak di bidang transportasi, ingat? Kupikir aku juga harus bisa mengemudikan beberapa alat transportasi, kan?"
Mulut Becky membulat seraya menganggukkan kepala dengan antusias, kemudian ia menyambung, "Kau bisa mengemudikan pesawat?"
Aku pernah mencoba mengendalikan pesawat dan mendarat sempurna. Aku adalah co-pilot saat itu. Tapi... tak ada bedanya, kan? Jadi aku menjawab dengan bangga. "Ya."
Becky menampakkan raut terpukau. Ia bertanya lagi. "Helikopter?"
"Kau bercanda?" sergahku. Aku pernah tak absen selama dua bulan di akhir pekan untuk berkunjung ke New Jersey mengendarai helikopter hanya untuk minum kopi dengan teman SMAku. "Benda itu favoritku. Mengendalikannya adalah hal yang sangat mudah."
"Wow! Kau sangat sombong." Pernyataannya membuatku menyenggol lengannya hingga dia terkikik geli. "Bagaimana dengan tank?"
Aku menatapnya dengan alis terangkat. Dia seperti sedang menahan tawa. Sungguh pemandangan yang menggemaskan. "Ha ha. Lucu sekali."
Kami telah melewati garis batas satu mil dan aku mulai memperlambat kapal. Aku mematikan mesin dan menurunkan jangkar. Tidak banyak yang memilih menetap, kebanyakan pengunjung memilih boat untuk melintasi teluk.
Kami terombang-ambing di tengah teluk. Becky memakukan pandangannya ke depan. Aku mendengar helaan napas Becky saat menghirup udara segar di teluk sebelum tengah hari. Ia memejamkan matanya seolah menyerap seluruh energi yang ada di sini. Dia benar-benar mendapatkan perhatianku.
"Ayo ikut aku," kataku pada Becky sambil menarik tangannya. Mengarahkannya ke kabin dan memasuki sebuah kamar. "Ini kamarmu."
"Aku punya kamar sendiri?"
"Bermalam, berlayar, menetap, ya, ini kamarmu."
Becky terkesiap saat melihat kamar yang penuh nuansa hitam dan putih dengan kasur ukuran double. Tidak banyak perabot—kau pikir berapa banyak yang bisa ditampung di sini? Setidaknya, tempat ini cocok untuk menghabiskan akhir pekan. Kapal ini sudah sebisa mungkin menyediakan segala fasilitas yang kami butuhkan untuk sebuah liburan.
"Bagaimana denganmu?" tanyanya setelah menilai kondisi kamarnya.
"Aku di sebelah," kataku sambil menunjuk kamar yang masih tertutup. "Sekarang bersiap-siaplah memakai baju renang atau sesuatu yang seksi karena kita akan masuk ke air."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed on You
RomanceBook #1 of Cursed Trilogy √ Completed √ Predikat playboy telah melekat pada diri Johnny Morgan. Tampan, kaya, berkarisma, penuh dengan lelucon; menjadikannya seorang pria matang yang sempurna. Namun ketika ia memutuskan untuk menjatuhkan hatinya pa...