Warning! 21++
Pemandangan terbaik yang pernah kudapatkan saat bangun tidur adalah Becky yang berada di pelukanku, sedang memandangiku saat aku mengerjapkan mata. Semburat di wajahnya tak lagi ditutupi. Bibir manisnya tersenyum lebar. Aku tidak bisa lagi menahan diri untuk mengecupnya. Karena sekarang dia adalah milikku. Seutuhnya.
Aku adalah bajingan yang beruntung.
Bibirku mencecap bibir lembutnya. Becky balas melumatku dengan gairah yang menggebu. Dalam semalam, aku bisa mengubahnya menjadi wanita liar di ranjang.
Ke mana Becky yang culun, menunduk setiap saat, dan tak percaya diri?
Dia sudah tenggelam.
Kini tangan Becky mulai merambati rambutku. Jari-jarinya berada di sela rambutku. Suara desahannya, erangannya, beradu dengan geraman penuh nafsu dariku. Ia milikku yang tak akan kubagi dengan siapapun.
"Aku menginginkanmu," bisikku. Aku menggesekkan milikku ke miliknya. Berguling menjulang di atasnya. Aku bersyukur kami masih dalam keadaan telanjang. Menyingkap selimut yang menutupi tubuh polos kami. Sekarang aku bisa melihat keutuhan dari sebuah keindahan.
Becky adalah sebuah manifestasi keindahan itu sendiri.
Napasnya terengah-engah. Menanti di bawahku. Terbuka. Terekspos. Hanya untukku. Aku melumat kembali bibirnya. Tanganku mulai menelusuri tiap lekuk tubuhnya. Menekan. Mengusap. Seolah aku sedang memahat sebuah karya seni.
Bibirku menurun ke lehernya. Menyebabkan ia menggelinjang puas. Satu tanganku mengangkat pinggulnya hingga milik kami bersentuhan tanpa penghalang. Ia mengerang dalam sebuah lantunan indah di telingaku ketika bukti gairahku mulai mencari kenikmatan.
"Johnny..." katanya serak.
"Ya?" Bibirku menurun. Menghirup aromanya dalam-dalam. Ketika buah dadanya terlalu menggiurkan untuk dilumat, aku tak lagi bisa menahannya.
"Oh! Ya..." desahannya semakin membuatku bersemangat untuk menjilati dadanya, menggigit kecil putingnya hingga dia mengerang tak karuan. Satu tanganku tak lagi bisa menahan dorongan nafsu yang menggebu. Hasratku tak lagi terbendung. Kuarahkan milikku ke dalam kelembabannya. Punggung Becky melengkung ke belakang. Mulutnya terbuka dengan begitu indahnya. Matanya terpejam menyerap segala kenikmatan yang ada.
Dia sangat menggairahkan.
Aku menggerakkan pinggulku dalam ritme teratur. Mulutku mulai mencari mulutnya. Kami berciuman, melumat, bercinta, saling berbagi kenikmatan. "Lihat aku," kataku serak. Dahiku pada dahinya.
Matanya terbuka. Cokelat. Bulat. Terbakar. Tangan Becky meraup wajahku. Matanya tak lepas dariku. "Ya Tuhan, kau sangat tampan di sana."
Geraman tertahan keluar dari tenggorokanku. Aku tak pernah menjadi sangat bernafsu hanya karena pasanganku mengataiku tampan. Hujamanku pada kewanitaannya semakin keras dan cepat. Aku mungkin bajingan setelah semalam baru saja memerawaninya, namun ketika hanya suara erangan nikmat Becky yang terdengar dan tidak ada protes darinya, aku tak peduli lagi dengan siapapun yang mungkin mengataiku. Aku melajukan ritme hentakanku semakin kuat dan keras untuk mencari-cari pelepasan.
Kurasakan dindingnya yang semakin erat menjepitku. Aku kehilangan oksigen dalam momen-momen seperti ini. Suara desahannya memenuhi ruangan ini. Aku pun semakin mempercepat hujamanku. "Johnny... aku..." Becky terbata. Kepalanya menggeleng beberapa kali, namun matanya tetap bersamaku.
"Aku juga..." Ketika euforia itu meledak menjadi milyaran, aku menyebut namanya seperti sebuah mantra. "Bec. Bec. Bec!"
"Oh! Ya Tuhan!" Tubuh Becky melemas dalam pelukanku. Mengeluarkan milikku dari miliknya. Rasa kehilangan pun tak bisa kupungkiri. Aku meletakkan tubuhnya dengan hati-hati seolah dirinya rentan. Aku mengecupi seluruh wajahnya yang basah karena keringat gairah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed on You
RomanceBook #1 of Cursed Trilogy √ Completed √ Predikat playboy telah melekat pada diri Johnny Morgan. Tampan, kaya, berkarisma, penuh dengan lelucon; menjadikannya seorang pria matang yang sempurna. Namun ketika ia memutuskan untuk menjatuhkan hatinya pa...