Aku jarang berlibur di akhir pekan. Untuk pebisnis sepertiku, akhir pekan adalah di mana kau hanya menghabiskan hari di sofa, mengecek email dengan santai, tanpa panggilan atau suatu pertemuan penting. Mungkin sesekali aku akan kelab untuk bersenang-senang terkadang-kadang aku bermalam di tempat kekasihku—jika aku sedang memiliki orang yang cukup bagus untuk hiburan di akhir pekan.
Intinya, memakai kaos dan celana pendek untuk berpergian di akhir pekan, jarang kulakukan.
Sementara aku dengan kaos, celana pendek, sepatu kasual, dan kaca mata hitam; Becky mengenakan celana jins pendek dan kemeja flanel yang tidak terkancing sehingga memperlihatkan kaos putih bertuliskan NYC. Hari ini dia tidak mengenakan kontak lensanya sehingga kacamata besarnya ia kenakan lagi setelah sebulan ini aku tidak melihatnya memakai benda itu. Tapi diluar dugaan, kacamata itu justru membuatnya terlihat seperti anak SMA yang sedang pergi berlibur dengan baju santai, ransel, dan sepatu kets. Rambutnya masih mengikal sisa semalam, diikat kebelakang ekor kuda. Tubuhnya wangi bunga merebak, membuatku tidak fokus menyetir karena terlalu ingin mengendusnya sementara pikiranku kembali lagi ke memori panas semalam.
"Kita akan ke mana, Johnny?" tanyanya saat aku melajukan mobil menjauhi keramaian kota New York.
Aku tersenyum. "Ini kejutan, Bec. Perjalanan ini mungkin agak jauh, jika kau lelah, kau bisa tidur saja."
"Apa kita akan pergi dari New York?"
"Tidak juga."
"Well, kalau begitu kupikir aku tidak akan tertidur."
Kemudian hening.
"Apa kau akan membawaku ke pantai?" tanyanya lagi.
Jujur saja, aku sangat senang dia bertanya-tanya sebanyak itu, membuatnya penasaran. Kau tahu, Becky tidak selalu memulai pembicaraan. Aku bertanya-tanya apakah ini efek kejutanku hari ini atau efek setelah ciuman semalam yang membuatnya semakin nyaman denganku. Apapun alasannya, aku menyukai Becky yang begitu penasaran hari ini. Dia terlihat menggemaskan saat menebak-nebak sambil menggigit bibirnya.
Oh, bibir itu. Bibir yang lembut itu.
Aku menyeringai padanya. "Satu petunjuk untukmu, Miss Narvis. Ya, kita akan ke pantai."
Becky ragu-ragu lagi. Kupikir dia sedang menebak petunjuk yang lainnya. "Apa kita akan basah?"
Kuharap begitu. Aku ingin kau basah karena serangan ciumanku. Aku ingin lidahku di seluruh tubuhmu karena aku benar-benar ingin mencicipimu. Aku ingin kau mengerang di bawahku, sementara bagian terdalammu akan sangat-sangat basah. Dan aku suka ketika kau berkeringat karena perlakuanku.
Aku menyingkirkan pikiran tidak senonoh itu dengan menjawab enteng sambil masih tersenyum pada Becky. Demi Tuhan, aku sedang menyetir. "Itu tergantung."
Dia menebak lagi. "Kau menyuruhku membawa pakaian renang. Apa kita akan berenang? Apakah kita akan berjemur?"
Hening. Aku sedang berpikir opsi itu sebenarnya tidak ada di daftar rencanaku, tapi kalau dipikir-pikir, itu terdengar menyenangkan untuk akhir pekan.
Becky lebih dulu menyela sebelum aku membuka mulut. "Tidak, kan? Aku tahu itu konyol, cuacanya tidak cocok untuk melakukan itu di tepi pantai."
"Kau berpikir kita akan berada di tepi pantai?"
"Apa kita ke sana?"
"Sebenarnya, tidak."
Becky tertawa. Aku terpaku mendengar tawanya yang menyejukkan hatiku. "Kau mahir membuatku penasaran."
Aku tersenyum. "Kau juga."
Dia terkesiap. "Sungguh?"
Bahkan dia tidak menyadari bahwa aku nyaris gila karena penasaran padanya. Itu membuatku memikirkan sesuatu mengenai ketidak-pekaannya itu. Yah, mungkin ini akan melukai perasaannya. Tapi sumpah, aku ingin tahu. "Aku ingin menanyakan sesuatu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cursed on You
RomanceBook #1 of Cursed Trilogy √ Completed √ Predikat playboy telah melekat pada diri Johnny Morgan. Tampan, kaya, berkarisma, penuh dengan lelucon; menjadikannya seorang pria matang yang sempurna. Namun ketika ia memutuskan untuk menjatuhkan hatinya pa...