1 : Awal Pertemuan

278 5 0
                                    

Jakarta. Siapa yang tidak mengenal nama kota itu? Kota metropolitan yang tentunya tak pernah terlepas dari kata "MACET". Me... Nye... Bal... Kan! Itulah ungkapan kata yang paling tepat untuk menggambarkan suasana hati para pengguna jalanan di Ibu Kota Jakarta ini.

"Ini masih jauh nggak sih pak?" tanya gadis cantik keturunan Indo-Jerman itu.

Pak Dodi, sopir pribadinya itu meliriknya sejenak melalui kaca spion mobil yang ia kendarai. "Dari sini sekitar lima ratus meter lagi non, tinggal lurus, nanti kalo ada persimpangan non Aletha belok kanan. Nah nanti sekolahnya ada di pinggir jalan non."

Gadis itu mengangguk paham usai mendapat arahan dari sopirnya itu. Kemudian ia melirik jam tangan berwarna jingga yang melingkar indah di tangan kirinya. Pukul 06.50 WIB. Itu berarti waktu yang ia miliki hannyalah sepuluh menit untuk sampai di sekolah barunya karena pintu gerbang akan ditutup tepat pada pukul 07.00 WIB dan proses pembelajaran akan segera dimulai lima menit setelahnya.

"Saya jalan kaki saja deh pak." Ucapnya spontan.

"Tapi non-"

"Nggak papa pak. Saya jalan kaki saja, daripada saya nunggu, kan lama."

Setelah mendengarkan perkataan sang majikan, Pak Dodi termenung memikirkan sesuatu. Benar juga apa yang dikatakan oleh majikannya itu. Kalau dia tetap menunggu bersamanya pasti dia akan terlambat datang ke sekolah. "Ya sudah deh Non. Tapi Non Aletha hati - hati ya di jalan!"

Aletha mengacungkan jempolnya kepada Pak Dodi. Selepas itu ia menarik tas sekolah miliknya dan setelah itu menggendongkannya di punggung. Ia melangkahkan kalinya keluar dan menutup pintu mobil mewahnya.

Suara sepatu Aletha menggema di sepanjang trotoar yang dilintasi. Sesekali ia berhenti untuk menghela napas. Masih dua ratus meter lagi. Ayo semangat Aletha, sebentar lagi kamu berhasil. Ayo semangat! Ucapnya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Aletha kembali berlari. Dan akhirnya...

"Huffttt... Akhirnya sampai juga." Aletha menghembuskan napasnya lega saat melihat tempat yang ia tuju sudah ada di depan mata. Lebih tepatnya berada di seberang jalan di mana ia berdiri sekarang. Dan tanpa berpikir panjang lagi Aletha langsung saja berjalan menyeberangi jalanan yang tanpak sepi ini tanpa menengok kanan dan kiri.

Tinnn....

Tinnn....

Tinnn....

"Awassss!"

Suara klakson dan teriakan dari seseorang menggema di telinga Aletha. Ia segera menghentikan langkahnya di tengah jalan. Mendadak, tubuhnya terasa kaku seperti patung. Tidak bisa bergerak sedikitpun untuk menghindaf dari suatu obyek yang di tangkap oleh indra penglihatannya. Obyek itu tak lain adalah motor sport hitam yang melaju kencang ke arahnya. Dan siap untuk menubruk tubuhnya yang terasa kaku.

"Aaaaaa....!"

Pekikan keras nan nyaring keluar dengan leluasa dari mulut Aletha. Tubuhnya terasa semakin kaku walaupun sebenarnya ia merasa sangat lemas. Detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada keringat dingin yang mulai membanjiri di wajahnya yang ayu. Rasa takut begitu menyelimuti dirinya saat motor sport hitam itu semakin mendekat dan siap untuk menabraknya dengan kencang.

ALETHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang