Mohon maapin author yang satu ini. Maapin juga karya author yang super duper absurd. Ga jelas alurnya. Jujur, ini tuh cerita author yang pertama.
Dan karena ini cerita pertama yang author tulis, author mohon kritik dan saran dari kalian.
Baiklah sampai disini dulu.
Happy reading...
_________________________________________Proses belajar mengajar pada hari ini telah berakhir satu setengah jam yang lalu. Namun, suasana sekolah masih lumayan ramai karena banyak siswa yang mengukuti ekstrakulikuler untuk mengasah bakat mereka atau siswa kelas dua belas yang tengah mengikuti kelas tambahan untuk persiapan ujian yang akan dilaksanakan enam bulan lagi.
Aletha mengedarkan pandangannya sebelum ia memutuskan untuk duduk di bangku panjang yang berada di taman. Sudah pukul setengah lima sore, orang yang ia tunggu belum juga muncul dihadapannya. "Hemmm... Dinda mana sih?"
Gadis itu merogoh tasnya mencari - cari benda berbentuk kotak pipih yang sering ia gunakan untuk menghilangkan rasa bosan. Tangan mungilnya terangkat untuk menempelkan benda bernama earphone di telinganya dengan manis. Kumpulan - kumpulan lagu kesukaannya berputar. Ia memejamkan matanya, merasakan angin sore yang membelai wajahnya lembut.
Ku lepas semua yang ku inginkan
Tak akan ku ulangi
Maafkan jika kau ku sayangi
Dan bila ku menanti
Pernahkah engkau coba mengerti
Lihatlah aku di sini
Mungkinkah jika aku bermimpi
Salahkah tuk menantiLagu berjudul 'Yang Terdalam' yang dipopulerkan oleh Noah band itu dinyanyikan dengan merdu oleh Aletha. Membuat rumput dan dedaunan bergoyang seakan menikmati suara indahnya. Ya, selain cantik, dan pandai, Aletha juga memiliki bakat dalam bidang musik. Salah satunya adalah yang sedang ia lakukan di taman ini sekarang. Bernyanyi.
"Wuiihhhh... suara lo enak banget sumpah le. Ternyata selain jago main piano, lo jago nyanyi juga ya?" Puji Dinda yang entah sejak kapan berada di tempat ini.
Aletha membuka matanya perlahan setelah lagu yang ia nyanyikan selesai dan mendengar suara tepuk tangan. Dan ternyata itu berasal dari Dinda, orang yang ia tunggu sejak sepuluh menit yang lalu. "Makasih Din, hehe." Ucap gadis itu sedikit malu.
"Lo sudah lama nunggu gue?"
Aletha terdiam sejenak, ia melirik jam tangan jingganya. "Sudah sepuluh menit, sebelas detik aku nunggu kamu."
"Sorry ya, lo nunggu gue lama. Tadi gue abis latihan buat persiapan kenaikan sabuk." Jelasnya tak enak hati. Aletha hanya tersenyum, ia memaklumi apa yang sedang terjadi dengan temannya ini.
"Pulang yuk, mau jam lima ini!" Ajak Aletha. Dinda hanya mengangguk menuruti ajakan gadis itu.
Aletha dan Dinda berjalan santai menyusuri lorong sembari berbincang - bincang berbagi pengalaman. Sudah hampir satu minggu mereka berteman, kini mereka semakin akrab apalagi mereka sama - sama tahu kalau mereka tinggal di komplek perumahan yang sama, hal ini membuat mereka semakin dekat.
"Din, kamu di tunggu di sini dulu ya? Aku mau ke toilet dulu." Titah Aaletha. Ia langsung saja meloyor meninggalkan Dinda yang masih tampak bingung dengan tingkah temannya yang satu itu. Beberapa detik kemudian Dinda mengangkat bahunya dan memutuskan untuk duduk sembari memainkan I Phone barunya.
Aletha berlari sekencang mungkin melewati lorong sembari memegangi perutnya. Ia tidak peduli sama sekali kepada beberapa pasang mata yang menyorotinya dengan tatapan aneh. Yang terpenting, ia bisa segera memenuhi panggilan alam yang datang di waktu yang tidak tepat.
"Aletha!"
Aletha terus saja berlari tak menghiraukan orang yang memanggilnya. Sementara itu, Revan-orang yang barusan memanggilnya menatapnya heran. Tapi Aletha masih tidak peduli. Dia terus saja melakukan aksinya.
Bughhh...! Wussshhh...!
Tubuh mungil Aletha berputar 180 derajat saat bertabrakan dengan seseorang yang tak tahu dari mana datangnya. Gadis itu menutup matanya erat - erat saat merasa tubuhnya mulai oleng dan akan jatuh terjungkal ke belakang.
Satu....
Dua....
Tiga....
Aletha mulai membuka matanya perlahan, didapatinya sepasang bola mata hitam legam nan tajam tengah menatapya. Susah payah ia menelan ludah saat ia sadari bahwa wajah tampan itu berada lima senti meter dari wajahnya.
Namun, entah apa yang ada di pikiran Aletha sekarang. Alih - alih melepaskan tangan besar yang memegangi lengan tangannya, ia malah terpaku akan ketampanannya. Alis mata tebal, bulu mata lentik, hidung mancung, bibir merah alami dannn... Arghhh. Hampir saja laki - laki ini akan dibilang 'perfect' oleh Aletha kalau saja ia tidak menampakkan wajah datar yang menandai kalau si empunya wajah tampan itu memiliki sifat yang dingin.
Hal yang sama juga di lakukan laki - laki itu. Menatap bola mata indah cokelat hazel milik gadis di hadapannya. Tapi bukan rasa kagum yang muncul di benaknya melainkan sebuah kepedihan yang tak ada hentinya. Laki - laki itu menggeleng - gelengkan kepalanya dan cepat tersadar.
Bughhh...!
Pantat Aletha berhasil mendarat di lantai. Ia mendengus kesal. Kenapa laki - laki itu melepasnya?
"Ngapain lo lari - lari? Lo kira ini lapangan apa?" tanyanya datar tak berperasaan. Dia Dava, laki - laki dingin yang sudah beberapa kali Aletha tabrak.
Aletha bangkit dan berdiri. Berhadapan dengan Dava, "Ma-maaf ka."
Dava hanya diam dengan wajah datarnya. "Oke. Kali ini lo gue maafin,"
Aletha mendongakkan wajahnya, senyumannya mengembang. Akhirnya Dava tidak berbicara ketus lagi kepadanya, ya walaupun ekspresinya masih sama seperti waktu - waktu sebelumnya. Dingin.
"Eits, tapi ada syaratnya."
"Apa?"
Dava berjalan mendekati Aletha, satu langkah, dua langkah dan ya, kini jarak mereka semakin dekat. Dava mendekatkan wajahnya ke wajah Aletha membuat gadis itu merasa takut terhadap apa yang akan di lakukan laki - laki itu padanya.
"Gue mau... LO ENYAH DARI HIDUP GUE!" ucapnya. Dava menabrak Aletha kasar dan beberapa detik kemudian, ia membalikkan badan memberi seulas senyuman sinis, menatap Aletha tak suka.
Aletha hanya diam mendapat perlakuaan kasar dari Dava. Otaknta masih saja berusaha mencerna perkataan yang dilontarkan Dava padanya. Sebenci itukah?

KAMU SEDANG MEMBACA
ALETHA
Teen FictionAliandava Devangga. Siapa yang tidak megenal nama itu? Sosok laki - laki yang banyak dikagumi kaum hawa di SMA Garuda karena ketampananya. Bukan hanya tampan, laki - laki itu juga memiliki otak yang cemerlang. Tak ayal jika banyak kejuaraan akademik...