dua puluh satu

125 8 13
                                    

Taehyung pov

Pagi hari yang cerah, tapi tak secerah hatiku saat ini. Saat asyiknya aku memakan roti panggang terenak buatan sang oemma jin.

Namja yang dulu imut dan sekarang masih juga imut. Padahal sudah kuliah, sedang menangis di depanku.

Awalnya aku tidak mengetahui hal apa yang membuatnya menangis. Tapi setelah mendengarkan penuturannya, barulah aku tersadar. Aku telah membuat kesalahan besar di pagi hari.

"Cepat keluarkan rotinya dari mulutmu hyung" floopy menjambaku sampai rambut blondeku hampir tercabut semua. Dia sudah seperti orang yang tidak makan selama 1 tahun. 

Mukanya semakin merah, ekspresi marah, sedih, dam kesal bercampur aduk. Dan akhirnya air matanya keluar juga.

"Tidak mungkin bisa floopy, pergi sana minta sama jin hyung. Dan sekarang lepaskan tanganmu" kuusir ia dengan cara halus, tak mungkin dengan cara kasar. Bisa-bisa aku habis diberi oleh oemma jin.

"Aish, jin hyung buatkan aku roti seperti yang tadi. Taehyung hyung memakannya" dia sekarang menunjuk ke arahku sambil merengek. Mendengar hal seperti itu, oemma jin memasang muka marahnya. Hebatnya, itu membuat diriku takut.

"Tae, kenapa dimakan sih? Dia kan mau kuliah" bentaknya, sontak aku langsung menatap mukanya dan memberi ia senyum kotakku. Kuharap senyuman itu meredakan kemarahan oemma jin.

Tapi sayangnya tidak mampu lagu, ia masih terlihat marah padaku. Aku sudah tak bisa mengelak lagi. Akhirnya kubiarkan ia memarahiku. Walau aku harus siap sedia penutup kuping.

"Aku lapar hyung, mana bisa kutahan lagi perutku" aku mulai menjawab, sambil mengelus perutku yang keroncongan sedari tadi.

Pasalnya jin hyung belum memasak makanan sama sekali. Ia malah sibuk menyiapkan kebutuhan floopy. Padahal tanggung jawabnya terbengkalai.

"Hyung nakal, floopy tidak mau main sama hyung lagi" floopy meninggalkanku di meja makan. Ia terlihat kesal dan marah. Tentang kata-katanya itu, sepertinya ia serius berbicara seperti itu kepadaku

"Mianhae floopy" teriakku dari kejauhan berharap floopy memaafkanku.

























.
.
.
.




















Jimin pov

"Jimin hyung, ayo berangkat. Floopy sudah terlambat ini" aku menarik tangan kecil yang sama dan selalu membuatku rindu untuk menggenggamnya. Walau tangannya kecil, tapi tangannya sangat hangat saat menggenggam tanganku.

"Memangnya kau sudah sarapan? Ini sudah semester 2 hyung tidak mau kau sakit" tanyaku padanya, aku tak mungkin membiarkan ia sakit lagi.

"Sudah" jawabnya kesal sambil mendengus. Kulihat mukanya memerah menahan emosi. Mukanya sekarang terlihat lucu. Jujur saja floopy terlihat imut jika sedang marah dan menangis. Dan tak lupa, ia juga terlihat lucu pada saat tertidur.

"Katakan pada hyung ada apa sebenarnya?" sambil menahan tawa, kuusahakan untuk tidak melepaskan tawaku di depannya. Jika terlepas, habis sudah.

"Di jalan saja hyung" katanya lalu mendorong tubuhku menuju mobil.

"Ne" sambil kuusap rambutnya. Dan kamipun berjalan menuju kendaraan.

.
.
.
.

"Floopy kenapa? Kok memasang muka marah terus?" tanyaku, pasalnya raut wajahnya membuatku tertawa terus.

"Tadi taetae hyung memakan sarapanku" ia kini sedang mempoutkan bibirnya. Dan kelakuannya itu membuatku semakin tertawa.

"Ouw, jadi karena itu. Baiklah, ayo ke minimarket. Biar hyung belikan" kataku yang seketika membuat raut wajahnya berubah 60 persen.

BTS WITH THE PHOBIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang