7 - [Kesekian Kali]

280 14 1
                                    

Di setiap saya menatap kamu, sepertinya di situ saya menemukan arti kata teduh yang sebenarnya.

Perempuan dengan rambut yang sudah tidak lagi rapi terlihat sedang berkutat dengan soal yang sudah dipandanginya sejak tadi namun masih belum menemukan jawaban. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Sudah dicobanya rumus yang diberikan gurunya tadi namun tetap saja hitungannya tidak ada yang tepat.

Andai saja Pak Roy bukan tipe guru killer mungkin Naura tidak akan berpikir keras seperti ini, apalagi ini pelajaran yang masuk dalam ujiannya. Kertas yang tadinya putih bersih sudah terisi penuh dengan coretan. Diketuk-ketukannya pensil yang ia pegang sambil memikirkan bagaimana maksud soal tersebut. Naura berharap ada keajaiban datang menghampirinya agar soal itu terjawab.

"Ini gimana sih caranya?!" gerutu Naura dengan nada kesal.

"Waktu tinggal lima menit lagi, selesai tidak selesai segera di kumpulkan!" perintah Pak Roy di depan sana.

"Buset dah... lo udah semua Ra?" tanya Nadine dengan suara pelan.

Naura menggeleng. Ia sudah pasrah. Sepertinya nilainya sudah bisa ia tebak untuk kali ini atau bahkan ia sudah siap jika remedi diadakan.

"Waktu sudah habis. Cepat kumpulkan atau saya tinggal!" Pria itu memperbaiki kacamatanya dan membereskan semua buku yang dibawanya lalu berjalan ke luar kelas.

Sebelum beranjak menuju depan, Naura mengeluarkan ponselnya dan membuka kameranya. Tujuannya hanya untuk mengambil foto soal tersebut.

Semua murid sudah berlari-larian bahkan ada yang hampir terjatuh lantaran berusaha mengejar Pak Roy yang sudah mulai menjauhi kelas. Naura pun menghampiri guru yang mempunyai kumis tebal itu lalu menyerahkan lembar jawabannya. Lalu ia kembali berjalan ke bangkunya. Rasanya ia sedang mengalami bad mood. Ia memilih mengeluarkan headset dan memutar musik dengan volume sedikit keras.

"RA KANTIN YUK!" Nadine yang berada di ambang pintu kelas pun berteriak kepada Naura.

"WOY RAAA!"

Merasa ada yang memanggilnya, akhirnya Naura mem-pause musik yang berputar dan menoleh mencari ke sumber suara. Pandangannya tertuju pada Nadine yang sudah menatapnya geram.

"NGGAK DEH, GUE LAGI MALES."

"LO MAU TITIP NGGAK?"

"NGGAK!"

Nadine pun langsung melangkah pergi sedangkan Naura melanjutkan aktivitasnya-mendengarkan musik.

Ia pun sudah merasa jenuh dengan apa yang ia lakukan. Merasa mood-nya sedang memburuk membuatnya kebingungan harus melakukan apa. Ke kantin? Tidak, Naura ingin sendiri saat ini. Tidak ingin ada yang mengganggunya. Ini adalah kelakuan buruk yang ia miliki. Mood-nya selalu berubah kapan saja. Contohnya tadi pagi ia merasa bahagia lalu satu menit kemudian bisa saja berubah menjadi pendiam. Tidak jelas karena apa.

Tiba-tiba ia teringat dengan buku yang waktu itu ia pinjam. Sudah waktunya untuk dikembalikan. Untungnya, Naura selalu membawa buku itu. Akhirnya ia memutuskan untuk menuju ke perpustakaan sekaligus menenangkan pikirannya.

***

Tiga laki-laki yang berada di sudut pojok kantin terlihat sedang menertawakan sesuatu. Bagasyang sudah tertawa keras sambil memegangi perutnya. Ali yang sudah memukul-mukul meja kantin sehingga membuat orang sekelilingnya melirik ke arahnya. Begitupun dengan Azka yang juga sedang tertawa terbahak-bahak sampai-sampai memejamkan mata sehingga yang terlihat adalah garis matanya saja.

Aku, Kamu, dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang